Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Cakepsek Tidak Menjamin Dinobatkan Jadi Kepsek

01 Maret 2013 | Jumat, Maret 01, 2013 WIB Last Updated 2013-02-28T17:30:02Z


Dompu, (SM).- Bagi Calon Kepala Sekolah (Cakepsek) yang lolos seleksi 83 orang kemarin jangan senang dulu. Pasalnya, diantara mereka belum tentu akan dinobatkan sebagai Kepala Sekolah (Kepsek). “Lolos Cakepksek hanya salah satu dari sekian syarat untuk diangkat menjadi Kepsek,” ungkap Bupati di Pandopo Kamis (28/2).
Ditegaskannya, penetapan 83 guru menjadi Cakepsek setelah melalui seleksi di tingkat Kabupaten yang diadakan Dinas Dikpora beberapa waktu lalu. Namun para Cakepsek tidak mutlak langsung diangakat menjadi Kepsek.
Akan tetapi masih ada sejumlah petimbangan lain yang menjadi indikator penting untuk diangkat atau tidaknya figur tersebut sebagai orang nomor satu di sekolah dia ditugaskan. “Kita akan lihat lagi. Kalau dia melakukan perbuatan yang melanggar norma dan kedisiplinan, tidaK mungkin Cakepsek demikian diangkat sebagai Kepsek,” tandasnya.
Meski demikian, Bupati tetap mendukung upaya Dikpora mencari bibit terbaik yang akan menduduki jabatan Kepsek. Tentunya Cakepsek tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi dirinya merestrukturisasi system penempatan Kepsek. “Kita dukung langkah seperti ini dan mereka yang lolos Cakepsek bisa menjadi bahan pertimbangan kami,” terangnya.
Tapi, menyangkut penarikan uang sebesar Rp 2 juta per orang Cakepsek yang dilakukan Dikora ia secara tegas tidak melegalkan hal itu. Sebab penarikan itu tidak mendasar. “Saya tidak ingin menimbulkan multi tafsir soal penarikan uang itu. Karena saya tidak pernah menyuruh Kadispora melakukannya,” katanya.
Penarikan uang setelah para Cakepsek ditetapkan. Jika dilakukan sebelum itu, kemungkinan besar orang akan menganggap bahwa mereka yang lolos Cakepsek karena menyogok. “Saya bersukur penarikan uang itu setelah ditetapkan nama Cakepsek,” katanya seraya mebambahkan “menurut saya guru punya gaji, mendapatkan sertifikasi bisa lah mengeluarkan uang sendiri untuk biaya beli buku, ikuti seminar dan pelatihan guna meningkatkan kapasitas. Uang yang ditarik kemarin termasuk untuk mendatangkan para tutor dari daerah lain,” tegasnya.
Lebih lanjut, masalah ini dapat dijadikan pengalaman buruk yang tak boleh diulangi kembali di masa yang akan datang. Jika pun itu dilakukan, maka harus diikat dalam sebuah regulasi yang jelas. “Kalau orang tidak pernah makan cabe, tidak akan merasakan pedasnya. Kalau menganggap cabe pedas, maka jauhi cabe itu. Jika masih melakan  hal yang sama, saya sendiri tidak akan tolerir,” pungkasnya. (dym)
×
Berita Terbaru Update