Bima, (SM).- Gelar Hanta U’a Pua sebagai pentas
budaya tradisional yang acap diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Bima melalui
Dinas Pariwisata setempat, saban tahun, kali ini (2013) tidak terlaksana.
Padahal tradisi budaya yang mencerminkan kebiasaan Kesultanan Bima sepanjang
peradaban itu, salah satu ikon budaya Mbojo.
Gelar Hanta U’a Pua yang selalu ramai bahkan dihadiri
sejumlah tamu penting di luar daerah dan tingkat pemerintah pusat, termasuk
wisatawan mancanegara dan domestik, tahun ini menjadi hambar dan tanpa makna.
Visit budaya Bima yang dihasratkan selama ini pun, tentu terpotong niatannya.
Penyebabnya, pengaruh cuaca yang tidak mendukung, begitu
alasan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, H Nurdin SH pada wartawan,
Jum’at kemarin via seluler. Disamping cuaca sebagai kendala dan penyebab
kegiatan tahunan yang ada diprogram Dinas Pariwisata itu tidak dilangsungkan,
masukan Majelis Adat Dana Mbojo dengan alasan sama karena cuaca yang tidak
menentu yang tidak memungkinkan digelarnya Hanta U’a Pua di pelataran Asi Mbojo
(Istana Bima).
Dirinya membantah, kalau urung dilaksanakan gelar budaya
tradisional bercorak Islami itu, karena tidak didukung dana yang mencukupi.
Tegasnya, murni karena cuaca yang tidak mendukung berikut masukan langsung dari
Majelis Adat Mbojo. ”Anggaran sudah tersedia tiap tahunnya. Bukan masalah
anggaran tapi murni penyebabnya kekhawatiran cuaca yang tidak mendukung,“ tepisnya.
Sebenarnya kata Nurdin, gelar budaya rangkain prosesi Hanta
U’a Pua sebagian sudah terlaksana. Bagian lain dari prosesi yang sudah
dilaksankan diantaranya, zikir maulidan, zikir berjanji dan pencucian benda
pusaka yang digelar beberapa waktu lalu. Hanya penyerahan Qur’an dipelataran
hingga ruang dalam Istana saja yang tidak bisa terlaksana, karena cuaca yang
tidak mendukung sebagiamana dimaksud.
“Kalau dipaksakan dilaksankan pada saat ini dengan cuaca
yang tidak menentu dikhawatirkan, suasana penyerahan Qur’an di singasana Istana
Bima dengan didukung ratusan pelakon dalam gelar hanta U’a Pua, buyar dan
momentnya menjadi tidak sakral,“ ujar Nurdin. (ris)