Kota Bima, (SM).- Setelah dievakuasi oleh Pemerintah Kota Bima untuk kepentingan
pertambangan marmer di Kelurahan Oi Fo’o, ada pergeseran pola hidup yang harus
dirasakan masyarakat lingkungan Kadole kelurahan setempat. Pasalnya, tempat
baru yang dinamakan Kadole Bina Baru itu cukup banyak melahirkan persoalan.
Janji Walikota Bima untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup warga setempat, hingga
kini belum terealisasi.
Enam orang warga yang mengaku wakil warga lingkungan Kadole Bina
Baru, Selasa malam (24/4) mengundang Koran ini. Keenam orang itu masing-masing,
Nasrudin, M. Abdullah, Ismail, Syafrudin, Aswan dan A. Rafik. Mereka
mengungkap janji Pemerintah Kota Bima untuk pemenuhan hidup di tempat
baru, yang kini belum terealisasi. Janji tersebut, cukup mengusik mereka.
Kata Nasrudin, keinginan besar mereka untuk dievakuasi saat itu,
karena telah dijanjikan oleh Walikota Bima untuk hidup lebih baik dari
sebelumnya. Di tempat baru pun, akan dipenuhi dengan fasilitas yang memadai,
demi kelangsungan hidup masyarakat setempat.
Janji yang hingga kini belum terwujud itu, pertama yakni air
bersih dan akan dipasang mesin Sanyo. Kini dengan terpaksa, warga harus keroyok
satu sumur yang sejak dulu ada sebelum mereka tempati. “Satu sumur di sebelah
timur itu digunakan sekitar 30 rumah, setiap hari demikian. Begitu pula dengan
warga lain di sebelah baratnya, juga menggunakan sumur yang terbatas”, ungkap Nasrudin.
Janji lain, Pemerintah Kota Bima akan mengaspal gang dan jalan
setempat, 70-an rumah baru yang ada di tempat itu akan segera disertifikat, masjid
akan dibangun, kemudian untuk Kepala Keluarga yang menumpang hidup pada mertua
dan tetangga akan diberikan tanah seluas dua are. “Janji janji yang disampaikan
sebelum kami dipindahkan itu belum satu pun dipenuhi”, terangnya.
Tak hanya itu, janji yang sangat membuat mereka senang untuk
pindah yakni, Walikota Bima menjanjikan akan memperkerjakan warga setempat.
Kenyataannya, setelah pembangunan kantor di lokasi Oi Fo’o, 11 orang security
justru tidak direkrut dari warga Kadole yang dievakuasi, tapi malah diambil
dari warga Oi Fo’o. “Kami masih ingat janji Walikota Bima saat itu. Kata beluai,
kalian sudah tidak lagi bangun kesiangan, karena sudah ada pekerjaan. Tapi
kenyataan apa, yang dipekerjakan justru orang lain, bukan warga Kadole”,
keluhnya,
Mereka mengaku, setahun lebih hidup di tempat yang baru, justru
melahirkan persoalan baru buat mereka. Hidup bukannya tambah membaik, malah
semakin susah. Contohnya, selain kesulitan air, tapi mereka banyak mengeluarkan
uang untuk sekedar mengambil rumput buat ternak.
“Tinggal di lokasi yang dulu, mengambil rumput untuk ternak, tidak
jauh. Nah sekarang, kita ambil rumput saja harus menggunakan motor karena
lokasinya yang jauh. Belum ditambah lagi dengan kesulitan lain,” ungkapnya.
Menghadapi masalah itu, lanjutnya, mereka sudah berupaya bertemu
dengan Walikota Bima dan Lurah Oi Fo’o. Hasilnya, hanya disodorkan dengan
janji-janji. “Kita ketemu Walikota sekali, kemudian Lurah Oi Fo’o sebanyak dua
kali. Tapi belum ada penyelesaian,” cetusnya.
Mereka menambahkan, daripada terus-terusan hidup susah, dan
Walikota Bima tak juga mewujudkan janjinya. Pekan depan warga lingkungan Kadole
akan mengangkut kembali rumah yang ditempati dari lahan pemberian pemerintah
tersebut. “Jika seminggu depan Walikota tak penuhi janjinya, kami warga Kadole
akan menggelar demo di Kadole dan mengangkat kembali rumah ke tempat semula,”
tegasnya.
Di tempat terpisah, Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Bima,
Muhammad Hasyim yang dimintai komentarnya mengaku tidak tahu dengan adanya
janji Walikota Bima seperti yang dibeberkan oleh warga Kadole. “Saya tidak tahu
adanya janji itu, nanti saya coba konfirmasi dulu dengan bagian yang
menanganinya”, ujar Hasyim singkat. (SM.07)