Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Warga Malaysia Terlantar di Bima

07 Februari 2013 | Kamis, Februari 07, 2013 WIB Last Updated 2013-02-07T02:00:45Z

Awalnya membantu, justru dililit persoalan. Mely Lodyais (44) dan putranya, Tomy Lodyais (9), Warga Negara Malaysia itu hidup terlantar apa adanya tanpa keluarga dan bekal setelah ditinggal seorang pria.
#Firmansyah, Wartawan Suara Mandiri

SEORANG ibu dan anak keluar dari pelataran Mushola Mapolres Bima Kabupaten setelah dipanggil seorang Polisi untuk sarapan pagi. Rupanya ibu paruh baya dan seorang anak itu bernama Mely Lodyais dan Tomy Lodyais, asal negara tetangga, Malaysia.
Singkat cerita, kedua orang itu adalah Warga Negara Malaysia yang sudah berada di Bima sejak 10 hari terakhir. Mely dan putranya, Tomy, tiba di Indonesia berawal dari tujuan membantu seorang pria yang diketahuinya bernama Mawar.
Mawar, menurut cerita Mely, seorang pemuda asal Kabupaten Dompu yang dibantunya pulang ke desa asal dari perantauan di Malaysia. Pada awalnya Mely tidak mengenal Mawar, hanya saja ia terenyuh dengan nasib yang dialami Mawar.
Pada Suara Mandiri, Mely menceritakan ihwal perkenalan dengan Mawar hingga tiba di Bima. Suatu hari di kediamannya, Mely didatangi seseorang yang sudah dikenali namun tidak mengetahui siapa namanya. Seseorang itu meminta pertolongan untuk bicara dengan Kepolisian Malaysia atas nasib temannya, Mawar yang tengah dililit persoalan dan ditahan Polisi Malaysia.
Kisah Mely, Mawar berurusan dengan Polisi Malaysia karena laporan majikannya dengan tuduhan bahwa Mawar tidak berkerja selama sepekan, padahal jaminan kerja selama sebulan sudah dipenuhi.
“Saya dimintai tolong untuk membebaskan Mawar yang ditahan Polisi Malaysia. Karena iba, saya mau saja menolong, kemudian saya datangi kantor Polisi tempat Mawar ditahan,” akunya.
Mely mengaku memberikan jaminan pada Polisi Malysia bahwa Mawar adalah orang yang baik dan sudah dikenalinya lama. Karena adanya jaminan, Polisi Malaysia melepaskan Mawar dari jeratan hukum.
“Selama berada dalam tahanan Polisi Malaysia, Mawar kerap mendapat siksaan fisik yang dibuktikan di sekujur badannya terlihat bekas luka memar.
Setelah keluar, Mawar meminta lagi pertolongan pada dirinya. Karena iba, tanpa pikir panjang diirnya langsung manut saja memenuhi permintaan tersebut.  “Saya antar ke pelabuhan dan kasi duit buat kembali ke Indonesia,” kenangnya.
Setiba di pelabuhan, Mawar meminta dirinya agar ikut serta pulang ke Indonesia, sehingga bisa mengembalikan duit kepulangannya. “Saya terima saja ajakannya Mawar,” cetusnya.
Total biaya yang sudah dikeluarkan selama membantu Mawar sebesar 1900 Ringgit. Apesnya, saat transit tiba di di Indonesia dan transit di Kota Makasar menunggu kapal menuju Bima, musibah pertama menimpa dirinya,“ uang saku saya kecopetan disaat-saat mencari penginapan,” akunya dengan sekali menyeka air mukanya.
Tetapi akhirnya tiba juga di Kabupaten Dompu, di rumah keluarganya Mawar, hingga tidak ada lagi uang di sakunya.
“Saya cuma sehari tidur di Dompu. Keesokan harinya, Mawar janjikan ada kapal jam 9 menuju Malaysia. Saya tunggu sampai jam 11, tapi dia tidak juga muncul. Sore hari baru ia muncul dengan sepeda motor,” kisahnya.
Saat itu Mawar menjanjikan pada dirinya mengantar ke Pelabuhan Bima, tapi malah diajak ke rumah keluarganya di Desa Boro Kecamatan Sanggar. “Setiba di sana, saya diinapkan di rumah keluarganya Hamdan. Saya sudah pasrah tidak bisa pulang lagi ke Malaysia,” sambungnya.
Hati Mely benar-benar kalut ketika Mawar, meninggalkannya di Desa Boro tanpa kejelasan. Mawar yang ditunggu berhari-hari tak kunjung datang menjemputnya. Mely akhirnya pasrah dan akhirnya menikah dengan Hamdan.
Baru menikah beberapa hari, keberadaan Mely di Desa Boro diketahui pihak kepolisian. Meski sudah resmi menikah secara siri dengan Hamdan, namun keberadaan Mely tetap saja dianggap liar, tanpa dokumen lengkap.
Saat itu juga Mely diasingkan dari suaminya oleh pihak Kepolisian dengan tujuan untuk difasilitasi kepulangannya ke Negara Malaysia. “Saya sudah ihklas untuk pulang kembali ke negara saya, walau saya sudah punya suami sah,” keluhnya.
Hingga hari Rabu pagi, Mely dan putranya pasrah menunggu nasib selanjutnya. Apakah benar-benar akan difasilitasi pulang kembali ke negara asalnya di Malaysia ataukah akan tetap berada di Bima untuk selama-lamanya. (*)    
×
Berita Terbaru Update