Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kehadiran Komnas HAM, Indikasi Adanya Pelanggaran HAM

16 Februari 2013 | Sabtu, Februari 16, 2013 WIB Last Updated 2013-02-16T03:57:18Z


Bima, (SM).- Turunnya Komnas HAM di Bima-Dompu, merupakan indikasi awal adanya pelanggaran HAM. Dalam kasus penindakan terorisme di Bima-Dompu, berdasarkan investigasi TPFR Bima beberapa waktu lalu telah menyimpulkan adanya ketidakakuratan data Densus 88 yang berakibat terbunuhnya seorang warga lokal Bima, Bahtiar Abdullah (34), yang dituduh Densus 88 merupakan pelarian dari Poso.

Ketua Tim Pencari Fakta dan Rehabilitasi (TPFR) Bima, Hadi Santoso,ST,MM dalam siaran persnya, Jum’at kemarin mengatakan, data-data valid yang membuktikan Bahtiar Abdullah (alm) tidak pernah ke Poso, dan data lainnya telah disampaikan secara resmi pada Team Komnas HAM yang turun di Bima-Dompu (14/02/13).
Menurutnya, selama berada di Bima-Dompu, TPFR dipercaya oleh Komnas HAM bersama-sama menyusun schedule investigasi dan turun langsung kelapangan dan menemui saksi-saksi. Investigasi bersama Komnas HAM membuat TPFR mampu lebih optimal, yang pada akhirnya menemukan kejanggalan dan ketidakakuratan pihak Densus 88.
Kejanggalan dimaksud, antara lain tentang data pelarian Poso yang sebelumnya diklaim Densus ada 7 orang, ternyata pada akhirnya hanya mampu menunjukkan 6 orang yang terindikasi dari Poso. Secara lugas pihak kepolisian bahkan mengatakan, "data kami kan bisa saja salah." “Jika kesalahan ini menyangkut hitungan angka biasa, tidak masalah. Sayangnya, ini adalah menyangkut nyawa manusia yang bisa sangat fatal akibatnya,” urainya.
Kemudian, semakin terbukti berbagai bentuk intimidasi secara langsung maupun tidak langsung kepada lembaga-lembaga Islam dan masyarakat di wilayah Bima-Dompu, yang diduga dilakukan oknum Densus dan aparat lainnya. Ketiga, adanya indikasi kuat kekejaman dan rekayasa yang luar biasa yang dilakukan Densus 88 pada saat pembunuhan sdr Bahtiar Abdullah di Manggenae Dompu (4/1/13).
Karena itu TPFR Bima akan melakukan atau menghimbau, menunggu hasil finalisasi dari Team Komnas HAM, untuk selanjutnya akan melakukan tindakan yang diperlukan, atas adanya indikasi kuat ketidakprofesionalan, rekayasa data, dan kekejaman luar biasa dari pihak Densus 88.
Hadi meminta agar kedatangan dan hasil dari Komnas HAM ini menjadi momentum bagi masyarakat Bima-Dompu, untuk lebih jeli dalam menyikapi setiap kejadian yang ada. Jangan percaya begitu saja pada klaim-klaim yang dilakukan pihak luar yang tidak bertanggung jawab yang didasari kepentingan proyek dan kapitalisme global.
Selanjutnya, meminta kepada masyarakat Bima yang pernah merasakan kedzaliman atau intimidasi dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melaporkan hal tersebut kepada Komnas HAM melalui fasilitasi TPFR Bima, meminta kepada para korban tindakan kesewangan Densus 88 atau pihak tertentu untuk membuat testimoni tertulis agat selanjutnya dikirim kepada Komnas HAM atau TPFR Bima.
Dan terakhir, meminta pada seluruh komponen masyarakat Bima-Dompu untuk lebih menguatkan tali silaturrahim demi mendeteksi dini adanya berbagai bentuk rekayasa yang menjadikan masyarakat Bima-Dompu sebagai "kambing hitam". “Semoga Allah SWT selalu memberikan basyiroh (kepekaan hati) untuk membedakan kebenaran dan kebathilan,” pintamya. (sam)

×
Berita Terbaru Update