Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Jasad Sirajuddin, Terduga Teroris Dipulangkan

28 Februari 2013 | Kamis, Februari 28, 2013 WIB Last Updated 2013-02-27T17:30:02Z
Peti jenazah sirajuddin (19), terduga teroris yang dipualngkan.


Dompu, (SM).- Jasad terduga teroris, Sirajuddin alias Eja (19) warga Desa Bakajaya yang tewas dalam upaya penggerebekan yang dilakukan tim detasemen khusus (Densus) 88 Mabes Polri di areal perladangan wilayah Kelurahan Kandai Dua Kecamatan Woja beberapa waktu lalu, akhirnya dipulangkan oleh keluarganya, Selasa (26/2) malam sekitar pukul 23.15 wita.

Anak sulung dari pasangan Jikra dan Surhani, baru diijinkan untuk dibawa pulang pihak keluarganya setelah lebih dari satu bulan membeku di ruangan jenazah Mabes Polri.
Menurut keterangan Baharuddin, keluarga Eja, upaya penjemputan terhadap jasad Sirajuddin di Mabes Polri mulai pekan kemarin. Awalnya, tidak diijinkan petugas Mabes untuk melihat  jasad Sirajuddin, namun petugas hanya menunjukan dalam bentuk foto jenazah para terduga teroris yang tewas dari berbagai operasi penyergapan tim Densus, termasuk di Kabupaten Dompu. “Dari situ kami tidak lihat ada foto Sirajuddin,” katanya.
Kendati demikian Baharuddin mengaku tetap mendesak petugas Mabes Polri agar mengantarkan langsung mereka ke ruang tempat penyimpanan jenazah terduga teroris. Pihaknya ditunjuki satu persatu jenazah yang disertai identitasnya. Tapi tak satupun yang dikenali. Setelah giliran melihat jenazah mister X akhirnya dijumpai ternyata itulah Sirajuddin. “Jenazah Sirajuddin ini tanpa identitas dan hanya disebut mister X,” terangnya.
Meski orangtua Sirajuddin mengenali anaknya, tetapi pihak Mabes tetap berupaya mengklaim bahwa pria yang tewas itu warga Poso bernama Fais. Fais merupakan terduga teroris pelarian dari Poso dengan ciri – ciri salah satunya memiliki tai lalat di pipi sebelah  kanan, sedangkan Sirajuddin mempunyai tanda tai lalat di pipi sebelah kiri.
Keesokan harinya (Senin), jasad Sirajuddin dipulangkan dengan menggunakan transportasi udara menuju pulau Lombok, kemudian menuju rumahnya di Bakajaya menggunakan mobil ambulan.
Setiba jenazah Sirajuddin di rumah orangtuanya, isak tangis para keluarganya tanpak tak terbendung. Apalagi jika merenungi penyebab kematian pemuda ini sungguh sangat tragis.
Kembali Baharuddin menuturkan, sejak putus sekolah di SMK Woja, Sirajuddin menjadi pelayan bakso di Desa O’o Kecamatan Dompu. Keluarganya mengetahui persis bahwa Sirajuddin tidak pernah sekalipun keluar dari Dompu, apalagi ke Poso.

Keluarga Minta Jenazah Diotopsi
Setelah melihat kondisi jenazah Sirajudin (almarhum), pihak keluarga memutuskan menunda pemakamannya sebelum dilakukan otopsi.
Warga berkumpl setelah polisi takberi ijin otopsi jenazah.
Keluarganya ngotot ingin melaksanakan otopsi, setelah melihat pada jasat Sirajuddin terlihat jahitan panjang dari dada sampai ke perut. Mereka menduga telah terjadi kejanggalan perlakuan pihak tim forensik Mabes Polri terhadap jasad korban. Kemungkinan, saja organ tubuh bagian dalam telah diambil untuk kepentingan tertentu. Karena itu jasad Sirajuddin perlu dilakukan otopsi ulang. “Kami tidak akan makamkan jenazah ini sebelum diotopsi. Karena kami mau tahu organ tubuh anak kami masih utuh atau tidak,” tandas Ismail, paman Sirajuddin (alm) yang keseharian sebagai perwira di Kodim 1614 Dompu.
Kembali dia menegaskan, pihak Mabes Polri memberikan keterangan bahwa  jahitan panjang di dada sampai perut Sirajuddin adalah hasil otopsi yang dilakukan tim medis forensik Mabes Polri. Namun keluarga merasa keberatan dengan otopsi tersebut karena tanpa mendapat pesetujuan terlebih dahulu dari keluarganya. “Apa dasar Mabes Polri melakukan otopsi tanpa persetujuan kami,” tegasnya mengakhiri pembicaraan.
Sementara itu, perwakilan keluarga Sirajuddin yang didampingi anggota DPRD Dompu dari PNI Marhaenisme Hj Nurlaela Khaerunnisa SE dan anggota dewan dari PPD Ilham Yahyu S.Pd mendampingi ke Polres Dompu untuk meminta rekomendasi terkait rencana otopsi kembali terhadap jenazah korban.
Mereka berhasil bertemu dengan Kapolres Dompu AKBP Benny Basir Warmansya SIK. Pertemuan itu berlangsung lebih dari satu jam. Alhasil, Kapolres tak berani memberikan persetujuan otopsi sebelum mendapat perintah dari Kapolda NTB. “Yang punya kewenangan dengan masalah ini Mabes Polri, bukan kami. Saya tidak berani bertindak tanpa perintah minimal dari Kapolda,” tegas Kapolres.
Sejauh ini dirinya masih melakukan koordinasi dengan Kapolda NTB. Pihak Kapolda akan mengadakan rapat khusus terkait masalah ini, sebelum memberikan keputusan untuk otopsi. “Makanya proses agak lama. Kapolda harus rapat dulu. Kami harap pihak keluarga agar bersabar menunggu,” katanya.
Mendengar kabar terkait sikap kepolisian yang terkesan mempersulit mengeluarkan ijin otopsi ulang terhadap jasad Sirajuddin, membuat warga Bakajaya geram. Mereka melakukan pemblokiran jalan negara yang menghubungkan Kabupaten Bima dan Sumbawa dengan kayu dan batu sembari menuntut kepolisian agar mengeluarkan ijin otopsi dimaksud. Akibat tindakan warga, arus transportasi dari arah barat dan timur macet total. (dym)   
×
Berita Terbaru Update