Bima, (SM).- Setelah tiba
di Bima, jenazah almarhum, Anas Wiriyanto (31) direncanakan pihak keluarga
langsung dimakamkan di TPU Penato’i Kelurahan Penato’i secara syariat Islam dan
dilakukan keluarga dan rekan almarhum.
Hingga hari Jum’at sore kemarin,
jenazah korban penembakan oleh Densus 88 Mabes Polri di Kelurahan Kandai Dua
Kecamatan Woja Kabupaten Dompu itu dalam perjalanan menuju Bima dari RS Polri
Kramat Jati, Jakarta.
Informasi yang diperoleh dari
keluarga almarhum, jenazah bapak empat orang anak itu baru diijinkan oleh Mabes
Polri untuk dibawa pulang ke Bima Kamis 31 Januari 2013. Keesokan harinya,
Jum’at, baru diterbangkan menuju Bima.
Almarhum tewas seketika setelah
dihujani timah panas dari moncong senjata Densus 88 Mabes Polri dalam
penggerebekan di lokasi perladangan yang dikelola Abdullah, warga Desa O’o
Kabupaten Dompu pada 5 Januari 2013 lalu.
Prosesi pengembalian jenazah
almarhum dari Mabes Polri ke keluarga tergolong ruwet, membutuhkan waktu hampir
sebulan lamanya. Setiba di Bima, keluarga berencana langsung memakamkan
almarhum setelah melalui proses.
“Kami rencanakan jenazah almarhum
dimandikan, dikafani dan disholatkan ulang. Habis itu langsung kita kuburkan
yang insya Allah di TPU Penato’i. Kita tidak ingin ada acara ini dan itu lagi,”
ucap, Idham, kakak kandung almarhum yang ditemui, kemarin.
Pihak keluarga telah ikhlas
menerima kematian almarhum. Keluarga mengaku tidak ingin persoalkan lagi atas
kematian almarhum dan ingin tidak ada persoalan lain yang muncul setelah
dilakukan pemakaman. “Kita anggap sudah selesai,” tuturnya.
Almarhum, Anas Wiriyanto, lahir
tahun 1980 di Desa Hidirasa Kecamatan Wera Timur, tamat SD dan SMP di Kecamatan
Wera dan melanjutkan ke bangku Sekolah Menengah Atas di SMEAN Bima (sekarang
SMKN 1 Kota Bima).
Menurut keluarga, selama duduk
dibangku sekolah, mulai SD sampai SMEA, almarhum tergolong siswa yang cerdas,
tamat dengan rengking sebagai juara 1 umum. Usai tamat di SMEA tahun 2001,
almarhum melanjutkan ke bangku kuliah mengambil jurusan Akutansi Hukum Laut di
STIE STIE Wiwaha, wilayah Yogyakarta. Usai
peroleh gelar S1, Anas kemudian melanjutkan sekolah dengan keinginan meraih
gelar S2 di UGM dengan jurusan Penilaian Property.
Sayangnya, almarhum tidak
melanjutkan studi S2-nya dengan alasan tidak mau sekolah lagi. Almarhum
kemudian pulang kampung ke Bima dan tinggal bersama keluarga besarnya di
Kelurahan Penato’i lebih kurang selama 2 tahun. Semasih lajang, ia sempat
berkerja di dealer sepeda motor Suzuki Bima-Dompu sebagai akuntan.
Menurut, Idham, keluarga tidak
mengetahui jika almarhum pernah mengajar di Pondok UBK Sanolo. “Kalau almarhum
yang pernah ngajar di Pondok UBK, itu semua bohong. Keluarga mulai tidak tahu
keberadaan almarhum sejak dua tahun terakhir, tahun ini memasuki tahun ketiga.
Tiba-tiba kita dengar Anas ditembak Polisi,” kisahnya.
Selama dua tahun, keberadaan Anas
Wiriyanto, tidak diketahui persis oleh keluarga. Istri almarhum pun, selama itu
pula tetap berada di Bima. “Isterinya saja sering tanya kabar Anas pada kita,
saking tidak ada yang tahu keberadaannya,” tandas Ridwan. (ima)