Bima, (SM).-
Peringatan Valentine’s Day atau yang biasa dikenal oleh generasi muda dengan
hari kasih sayang itu rupanya diharamkan oleh syari’at agama Islam. Tapi
anehnya, penggemar acara yang berbaur syirik itu justru kian diminati.
“Sesunggunya cinta dalam Valentine’s Day hanyalah cinta
semua yang akan merusak akhlak dan moral agama. Padahal, Valentine’s Day bukan
hanya diingkari oleh pemuka-pemuka Islam saja melainkan juga oleh pemuka agama
lain,” ungkap, Komandan Brigade Mesjid Bima, Burhanuddin.
Hari Valentine’s Day tersebut biasa diperingati tanggal 14
Februari pada setiap tahunnya. Di Bima khususnya, peringatan hari kasih sayang
ala budaya barat itu kian tumbuh subur. Justru peminatnya dari kalangan muda.
Menurut Burhan, kalimat hari Valentine’s menyebarkan kasih
sayang dan cinta sangat memprihatinkan seolah Islam tidak mengenal cinta dan
kasih. Padahal dalam Islam, ajaran cinta kasih memiliki kedudukan tersendiri
sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah, At-Taubah, Al-Fath dan Al-Maidah.
Sejarah hari Valentine’s sendiri, kata dia, masih berbeda
pendapat. Yang paling popular, kisahnya, adalah kisah Velentinus yang diyakini
pada masa Caludius II yang kemudian menemui ajal pada 14 Februari 269 M.
Namun kisah ini ada beberapa versus lagi. Kata dia, yang
jelas dan tidak saling memiliki silang pendapat adalah kalau menilik lebih jauh
lagi kedalam tradisi Paganisme (Dewa Dewi) Romawi Kuno. “Pada waktu itu sebuah
perayaan disebut Lupercalia,” kisahnya.
Dalam perayaan itu, sambungnya, terdapat upacara penyucian
di masa Romawi uno, 13-18 Februari. Dua hari pertama dipersembahkan untuk Dewi
Cinta, Juno Februata. “Pada hari ini pemuda mengambil nama gadis dalam kotak,”
ulasnya.
Kemudian, lanjut dia, setiap pemuda mengambil secara acak
dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk
bersenang-senang dan menjadi objek hiburan. “Pada 15 Februari mereka meminta
perlindungan Dewa Lupercalia terhadap gangguan srigala,” urainya.
Ketika Yahudi masuk Roma, ungkapnya, mereka mengadopsi
upacara tersebut dan mewarnainya dengan nuansa Yahudi, antara lain mengganti
nama gadis. Diantara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Kemudian agar lebih mendekatkan lagi dengan ajaran Yahudi, pada 469 M Paus
Glasius, menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan dengan nama
Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada
14 Februari.
“Begitulah wahai saudaraku seiman, hari Valentine’s berasal
dari mitos zaman Romawi yang seluruhnya tidak lain adalah bersumber dari
paganism syirik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor,” paparnya.
Selain itu, perayaan hari Valentine’s salah satu makar
orang Yahudi dan Nasrani yang diselundupkan dalam tubuh umat Islam supaya
diikuti. Ingatlah saudaraku, musuh-musuh Islam selalu berusaha sekuat tenaga
untuk keluarkan kita dari ajaran agama kita,” tuturnya.
Mengucapkan selamat hari Valentine’s ataupun hari perayaan
lainnya dan bertukar hadiah berkaitan dengan hari Valentine’s ataupun hari-hari
besar agama lainnya, tegas dia, adalah haram. “Kami himbau umat muslim Bima tidak
ikutan rayakan hari valentine’s,” pintanya.
Sebagai sesama muslim yang mengaku beriman kepada Allah
SWT, tegasnya lagi, wajib saling mengingatkan dalam hal persoalan agama.
“Karena kalau tidak, nanti di ‘Pengadilan’ Allah kita akan dituntut karena tidak
ingatkan saudara semuslim,” ujarnya.
Pada tahun ini, tepatnya tanggal 14 Februari 2013,
ungkapnya, pihaknya akan melakukan swipping jika terjadi acara-acara yang
berbaur memperingati Valentine’s Day. “Kami akan turunkan Laskar maksimal,”
janjinya. (ima)