Bima,
(SM).- Sekolah
Menegah Atas Persatuan Guru Republik Indonesia atau SMA PGRI Sape, salah satu
lembaga pendidikan swasta di Kecamatan Sape dengan siswa 90 persen berasal
dari keluarga tidak mampu.
Kepala SMA
PGRI Sape, Junaidy, S.Pd Fis mengatakan, siswa SMA PGRI Sape rata-rata secara
ekonomi dari keluarga yang tidak mampu. Kondisi tersebut menjadi pemicu
kurangnya motivasi belajar dan terjadinya penyimpangan prilaku sosial siswa
seperti perkelahian antarsiswa, kurang menghargai guru dan lain sebagainya.
Guna
meminimalisir munculnya masalah dimaksud, semua komponen penyelenggara
pendidikan di SMA PGRI Sape, mulai kepala sekolah hingga penjaga sekolah harus
memiliki komitmen menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, terutama tindakan
dan tutur kata serta perilaku.
Lanjut
Junaidy untuk mewujudkan kondisi tersebut sekolah menerapkan 11
cara anak belajar dari kehidupan yang di ambil dari buku Psikologi
komunikasi Drs. Jalaludin Rakhmat MSc, jika anak di besar dengan
celaan, ia akan belajar memaki, jika dibesarkan dengan permusuhan maka
akan belajar berkelahi, kalau dicemooh akan rendah diri, jika dihina akan
belajar menyesali diri, jika ditoleransi akan belajar menahan diri, kalau
dibesarkan dengan dorongan maka akan belajar percaya diri., kalau besar
dengan pujian akan belajar mengharagai, jika di besarkan dengan baik
perlakuan akan belajar keadilan, kalau merasa aman, akan menaruh
kepercayaan,
Masih
menurut Junaidy mudah mudahan denagn pendekatan seperti ini untuk
dua tahun kedepan siswa SMA PGRI Sape diharapkan dapat membawa
perubahan baik di lingkungan masyarakat terutama di lingkungan sekolah
untuk mencapai kemajuan dan minimal tifdak menjadi pribadi sebagai
sumber penyakit social. (war)