Kota
Bima, (SM).- Meski intensitasnya
kecil, hujan yang turun terus menerus Kamis sor e hingga malam hari di wilayah
Kota Bima, mengakibatkan beberapa wilayah terrendam banjir luapan sungai. Di
Lingkungan Salama Kelurahan Nae, rumah-rumah dan sekolah di sepanjang bantaran
sungai setempat, terrendam banjir yang datang tiba-tiba Jum’at dinihari sekitar
pukul 24.30 wita.
Pantauan SM di lokasi
banjir, TK Yaa Bunayya dan SD Integral Lukman Al Hakim Bima terrendam banjir
luapan anak sungai yang persis ada di depan sekolah dibawah naungan Yayasan
Nurul Jadid tersebut. Meski tidak ada korban jiwa dan material yang jumlahnya
besar, tapi masuknya air di lingkungan sekolah dan ruang sekolah sempat
mengagetkan dan menyibukkan para penghuninya untuk membersihkan sisa-sisa
banjir berupa lumpur yang tebalnya sekitar 3 – 5 centimeter.
Ustad Ipul yang tidur
di Musholah sekolah setempat mengaku, ketika sedang nyenyak tidur, dirinya
dikagetkan ketika karpet musholah terasa basah dibadannya. Begitu tahu itu
banjir, dirinya langsung membangunkan rekan-rekan lain yang tidur dan
mengamankan beberapa barang dan peralatan mushalah, serta di beberapa ruang
belajar TK. “Sekitar pukul 24.30 wita air itu terasa membasahi karpet dan
badan. Saat itu juga saya bangun dan amankan barang-barang”, akunya.
Kepala TK Yaa
Bunayya, Sri Asmiati, S.Pd.I yang dikonfirmasi, Jum’at pagi mengatakan, semua
ruangan TK, baik untuk belajar maupun ruang makan ikut terrendam banjir dan
menyisakan lumpur. “Alhamdulillah semua administrasi sekolah tidak ada yang
rusak, hanya ruang kelas terrendam lumpur. Lagi pula administrasi sekolah
tersimpan di ruang Tata Usaha di gedung SD yang letaknya agak tinggi,” ujarnya.
Kata dia, dengan
kondisi dipenuhi lumpur, terpaksa sekolah diliburkan selama dua hari, dan masuk
kembali pada hari Senin tanggal 14 Januari 2013. “Kami mohon maaf kepada para
orang tua murid karena tidak bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar selama
dua hari, sebab ruangan dipenuhi lumpur yang harus dibersihkan dulu dan
dikeringkan,” ungkapnya.
Ustadzah Asmiati
mengaku, meski tidak mengalami kerugian yang berarti, namun kondisi ini membuat
pihaknya sedikit kerepotan. Bayangkan untuk membersihkan musholah baru bisa
selesai pada subuh hari karena lumpurnya lumayan tebal. Sedangkan ruang kelas
baru bisa dibersihkan pada pagi hari oleh guru-guru secara gotong royong.
“Semoga tidak ada banjir susulan lagi, sehingga tidak membuat kita repot
membersihkannya”, harap Asmiati.
Ia menambahkan,
kerusakan lain yang terlihat yakni pagar sekolah di samping Mushalah roboh
sepanjang 20 meter lebih. Hal ini mungkin akan dipercepat juga perbaikannya
untuk menghindari para murid main di luar dan ke sungai.
Melihat situasi
seperti ini, dan untuk menghindari terpaan serta luapan banjir dari arah timur,
perlu kiranya dibangunkan bronjong, atau pagar tembok yang kuat dan tinggi
mulai di ujung tanah sekolah atau sekitarnya sehingga sedikit lebih aman. Untuk
itu pihaknya mengharapkan bantuan pemerintah dan pihak swasta. (sam)