Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Gelombang Tinggi dan Angin Kencang Menerpa Pesisir Kolo

12 Januari 2013 | Sabtu, Januari 12, 2013 WIB Last Updated 2013-01-12T10:12:38Z

TIGA hari terakhir, wilayah pesisir Kelurahan Kolo Kecamatan Asakota diterpa angin kencang dan gelombang tinggi. Akibatnya, satu kios pinggir pantai diterjang ombak besar, sedangkan pekerjaan pemecah gelombang sebagian hancur. Meskipun tidak banyak merusakan bangunan, namun gelombang tinggi juga memaksa para nelayan memarkir perahu dan bagangnya.

Catatan S.Samada:
SEJAK Rabu hingga Kamis (10/01), sekitar 50-an bagang nelayan Kolo diparkir di So Sanau dan Buntu guna menghindari hempasan gelombang laut di pantai Kolo yang besar dan tinggi. Gulungan ombak dengan tiupan angin kencang itu sekan-akan memberi isyarat pada penduduk untuk berhati-hati bila melaut. Sebab, jika dipaksa akan memakan korban.
Pemilik Bagang, Julkifli yang berada bersama-sama teman-teman nelayan lainnya mengatakan, sudah dua hari ini angin cukup kencang, disertai gelombang pasang. Bagang-bagang terpaksa harus diikat kuat agat tidak terbawa arus dan lepas kendali. “Lihat saja mas, ada bagang yang jangkarnya terbawa arus akibat angin kencang. Ya angin tahun ini cukup kencang dan tak seperti biasanya. Kata orang-orang tua cuaca sekarang agak ekstrim”, cetusnya.
Apa dengan cuaca seperti ini, para nelayan tetap melaut? “Kita sih tetap pergi tapi tidak ke sekitar tempat biasa di laut dekat kampong. Biasanya sih nelayan cari ikan ke sekitar Desa Sarita, Punti Sorimandi”, ujarnya.
Pantauan langsung Suara Mandiri, Kamis siang, gelombang tinggi dan besar menghancurkan sebagian proyek pemecah ombak sepanjang 20 sampai 30 meter di sekitar So Toro Nanga Kolo. Pemecah ombak yang baru diselesaikan pembangunannya sekitar Agustus 2012 itu diterjang badai gelombang sejak Rabu kemarin.
Warga setempat, Arif Rizal kepada Koran ini mengaku, tiga hari terakhir pantai Kolo dan sekitarnya diterpa angin kencang dan gelombang tinggi mencapai 3 – 4 meter. Kemungkinan besar akan lebih tinggi lagi kalau melihat cuaca yang tak bersahabat seperti saat ini. “Kondisi iklim yang ekstrim ini diperkirakan akan berlanjut hingga bulan Maret 2013. Setiap hari, pagi hingga sore hujan dan angin terus melaju. Selain perlu disyukuri juga perlu diwaspadai akibat negatifnya”, cetus guru SMPN 10 Kota Bima ini.
“Kalau kondisi cuaca seperti ini terus terjadi dalam waktu lama, bukan tidak mungkin pekerjaan pemecah ombak akan hancur semua, apalagi proyek tersebut terlihat tidak kokoh dibandingkan dengan namanya pemecah ombak. Bukannya ombak yang pecah tapi bangunanya rusak akibat derasnya gelombang”, ujarnya, sembari mengatakan bahwa atap genteng SDN 68 Kota Bima yang berdekatan dengan So Toro Nanga ikut rusak sebagian kecilnya akibat angin kencang sehari sebelumnya.
Di lokasi lain sekitar area wisata Pantai Kolo, So Keu bangunan kios kecil ukuran sekitar 2,5x 3 meter tembok bagian belakang yang berhadapan langsung dengan bibir pantai roboh dan hanya menyisakan tembok samping sedikit dan atapnya. Beruntung barang dagangan pemilik dan sejumlah barang lainya sudah diamankan terlebih dahulu.
Sudirman yang ditemui SM di kediamannya, Kamis siang mengaku, kios yang baru dibangunnya itu harus roboh disaat baru memulai usaha perkiosan. “Saya kini pasrah, sebab itu sudah takdir. Semoga ada pihak yang mau bantu membangun kembali kiosnya di tempat yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga”, harapnya.
Ayah dua anak ini menceritakan, kejadiannya sekitar pukul 01.00 dini hari. Sejak sore hari memang ombak di sekitar pantai Kolo sudah menunjukkan akan besar. “Pas setelah shalat Isya, saya berinisiatif memindahkan barang-barang, karena melihat air laut sedikit naik saat itu. Tau-tahunya benar, pas tengah malam tembok kios diterpa gelombang besar dan hancur”, kisahnya.
Dirman menambahkan, keberanian dirinya membangun kios tersebut tentu sudah melihat bahwa arus gelombang masih sangat jauh jaraknya dari bibir pantai, sehingga diperkirakan tidak mungkin diterpa gelombang. Tapi ternyata, perkiraan itu salah, gelombang yang disertai angin kencang serta air laut yang pasang menerpa tembok kios yang dibangun dengan menghabiskan dana sekitar Rp 5 – 7 juta rupiah.
Menurut kerabat korban, peristiwa besar dan tingginya gelombang serta angin yang sangat kencang baru pada tahun ini disbanding dengan tahun-tahun sebelumnya. “Cuaca saat ini mengingatkan cuaca yang pernah terjadi tempo dulu menurut para tetua di Kolo. Karena gelombang besar ini sudah hampir sampai ke tepi jalan. Ini harus diwaspadai, bukan tidak mungkin akan menuju jalan aspal,” ungkapnya.
Sementara itua, di wilayah Kabupaten Bima, Desa Mawu Kecamatan Ambalawi yang searah dengan jalur pesisir pantai Kolo dan sekitarnya, tinggi gelombang juga mencapai 4 meter yang menghantam bibir pantai hingga ke pinggir jalan utama.
Bahkan menurut informasi yang diterima dari warga setempat, Julkifli, bahwa sejumlah warga pesisir pantai sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman. “Sebagian warga pesisir pantai sudah pergi ungsi ke tempat lain untuk menghindari bahaya terjangan gelombang pantai yang dahsyat,” katanya. (*)     
×
Berita Terbaru Update