TIGA hari terakhir, wilayah pesisir
Kelurahan Kolo Kecamatan Asakota diterpa angin kencang dan gelombang tinggi.
Akibatnya, satu kios pinggir pantai diterjang ombak besar, sedangkan pekerjaan
pemecah gelombang sebagian hancur. Meskipun tidak banyak merusakan bangunan,
namun gelombang tinggi juga memaksa para nelayan memarkir perahu dan bagangnya.
Catatan
S.Samada:
SEJAK Rabu hingga Kamis (10/01), sekitar
50-an bagang nelayan Kolo diparkir di So Sanau dan Buntu guna menghindari
hempasan gelombang laut di pantai Kolo yang besar dan tinggi. Gulungan ombak
dengan tiupan angin kencang itu sekan-akan memberi isyarat pada penduduk untuk
berhati-hati bila melaut. Sebab, jika dipaksa akan memakan korban.
Pemilik Bagang,
Julkifli yang berada bersama-sama teman-teman nelayan lainnya mengatakan, sudah
dua hari ini angin cukup kencang, disertai gelombang pasang. Bagang-bagang
terpaksa harus diikat kuat agat tidak terbawa arus dan lepas kendali. “Lihat
saja mas, ada bagang yang jangkarnya terbawa arus akibat angin kencang. Ya
angin tahun ini cukup kencang dan tak seperti biasanya. Kata orang-orang tua
cuaca sekarang agak ekstrim”, cetusnya.
Apa dengan cuaca
seperti ini, para nelayan tetap melaut? “Kita sih tetap pergi tapi tidak ke
sekitar tempat biasa di laut dekat kampong. Biasanya sih nelayan cari ikan ke
sekitar Desa Sarita, Punti Sorimandi”, ujarnya.
Pantauan langsung
Suara Mandiri, Kamis siang, gelombang tinggi dan besar menghancurkan sebagian
proyek pemecah ombak sepanjang 20 sampai 30 meter di sekitar So Toro Nanga
Kolo. Pemecah ombak yang baru diselesaikan pembangunannya sekitar Agustus 2012
itu diterjang badai gelombang sejak Rabu kemarin.
Warga setempat, Arif
Rizal kepada Koran ini mengaku, tiga hari terakhir pantai Kolo dan sekitarnya
diterpa angin kencang dan gelombang tinggi mencapai 3 – 4 meter. Kemungkinan
besar akan lebih tinggi lagi kalau melihat cuaca yang tak bersahabat seperti
saat ini. “Kondisi iklim yang ekstrim ini diperkirakan akan berlanjut hingga
bulan Maret 2013. Setiap hari, pagi hingga sore hujan dan angin terus melaju.
Selain perlu disyukuri juga perlu diwaspadai akibat negatifnya”, cetus guru
SMPN 10 Kota Bima ini.
“Kalau kondisi cuaca
seperti ini terus terjadi dalam waktu lama, bukan tidak mungkin pekerjaan
pemecah ombak akan hancur semua, apalagi proyek tersebut terlihat tidak kokoh
dibandingkan dengan namanya pemecah ombak. Bukannya ombak yang pecah tapi
bangunanya rusak akibat derasnya gelombang”, ujarnya, sembari mengatakan bahwa
atap genteng SDN 68 Kota Bima yang berdekatan dengan So Toro Nanga ikut rusak
sebagian kecilnya akibat angin kencang sehari sebelumnya.
Di lokasi lain
sekitar area wisata Pantai Kolo, So Keu bangunan kios kecil ukuran sekitar 2,5x
3 meter tembok bagian belakang yang berhadapan langsung dengan bibir pantai
roboh dan hanya menyisakan tembok samping sedikit dan atapnya. Beruntung barang
dagangan pemilik dan sejumlah barang lainya sudah diamankan terlebih dahulu.
Sudirman yang ditemui
SM di kediamannya, Kamis siang mengaku, kios yang baru dibangunnya itu harus
roboh disaat baru memulai usaha perkiosan. “Saya kini pasrah, sebab itu sudah
takdir. Semoga ada pihak yang mau bantu membangun kembali kiosnya di tempat
yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga”, harapnya.
Ayah dua anak ini
menceritakan, kejadiannya sekitar pukul 01.00 dini hari. Sejak sore hari memang
ombak di sekitar pantai Kolo sudah menunjukkan akan besar. “Pas setelah shalat
Isya, saya berinisiatif memindahkan barang-barang, karena melihat air laut
sedikit naik saat itu. Tau-tahunya benar, pas tengah malam tembok kios diterpa
gelombang besar dan hancur”, kisahnya.
Dirman menambahkan,
keberanian dirinya membangun kios tersebut tentu sudah melihat bahwa arus
gelombang masih sangat jauh jaraknya dari bibir pantai, sehingga diperkirakan
tidak mungkin diterpa gelombang. Tapi ternyata, perkiraan itu salah, gelombang
yang disertai angin kencang serta air laut yang pasang menerpa tembok kios yang
dibangun dengan menghabiskan dana sekitar Rp 5 – 7 juta rupiah.
Menurut kerabat
korban, peristiwa besar dan tingginya gelombang serta angin yang sangat kencang
baru pada tahun ini disbanding dengan tahun-tahun sebelumnya. “Cuaca saat ini
mengingatkan cuaca yang pernah terjadi tempo dulu menurut para tetua di Kolo.
Karena gelombang besar ini sudah hampir sampai ke tepi jalan. Ini harus
diwaspadai, bukan tidak mungkin akan menuju jalan aspal,” ungkapnya.
Sementara itua, di
wilayah Kabupaten Bima, Desa Mawu Kecamatan Ambalawi yang searah dengan jalur
pesisir pantai Kolo dan sekitarnya, tinggi gelombang juga mencapai 4 meter yang
menghantam bibir pantai hingga ke pinggir jalan utama.
Bahkan menurut
informasi yang diterima dari warga setempat, Julkifli, bahwa sejumlah warga
pesisir pantai sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman. “Sebagian warga
pesisir pantai sudah pergi ungsi ke tempat lain untuk menghindari bahaya terjangan
gelombang pantai yang dahsyat,” katanya. (*)