Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Sekda Usir Wartawan Hendak Liput Pertemuan

10 Januari 2013 | Kamis, Januari 10, 2013 WIB Last Updated 2013-01-11T02:23:07Z

Bima, (SM).- Fakta yang satu ini menjadi deretan potret miris yang dialami wartawan selaku pemilik profesi menyuguhkan informasi pada publik dalam kerangka pencerdasan bangsa. Rabu (9/01), sejumlah wartawan yang hendak meliput jalannya pertemuan antara warga dan jajaran Pemerintah Kabupaten Bima di salah satu aula kantor Bupati Bima, tiba-tiba saja diusir oleh Sekda Drs H Masykur HMS, untuk tidak melakukan peliputan pada prosesi pertemuan yang membahas sengketa tanah di wilayah Kecamatan Sape dan Lambu.

Di tempat dan momentum yang sama pula, sebelumnya, sejumlah wartawan yang ikut memadati ruang rapat saat itu, tiba-tiba dikejutkan peringatan untuk meninggalkan ruang rapat oleh beberapa aparatur pegawai setempat.
Tidak terima dengan pengusiran untuk melakukan peliputan jalannya rapat antara warga Sape dengan pemerintah tersebut, sejumlah wartawanpun dengan nada sedikit kesal, menanyakan perihal tidak diperbolehkannya meliput pertemuan dimaksud. Lucunya, beberapa aparat pemerintah yang dari awal merasa risih dengan kehadiran sejumlah wartawan, mengoceh rapat ini tertutup dan tidak diperkenankan wartawan melakukan peliputan. Tidak itu saja, oknum aparat yang melarang tersebut, sempat berkata, pihaknya merasa bingung mana wartawan dengan alasan tidak jelas wartawan mana karena tidak mengenakan identitas kewartawanan.
Sejumlah wartawan yang semakin risih dengan sikap arogan yang diperlihatkan pemangku kepentingan di rapat tersebut, langsung menunjukan identitas yang memang tetap dibawah kemanapun saat wartawan bertugas. “Kami wartawan jelas,“ kata Abbie wartawan Mingguan Stabilitas yang memang berseragam medianya sembari memperlihatkan kartu pers miliknya.
Perdebatan antara oknum aparatur Pemkab pada momentum rapat yang mestinya sudah harus dimulai semakin menjadi. Pasalnya, Sekda yang awalnya sudah duduk manis di depan sejumlah wakil masyarakat Sape dan Lambu yang datang menuntut hak pengelolaan tanah eks jaminan, pun ikut angkat bicara, “teman-teman wartawan keluar dulu, nanti kami akan menyampaikan hasilnya lewat jumpa pers,“ ujarnya.
Mendengar pernyataan Sekda yang senada dengan peringatan anak buahnya yang melarang wartawan meliput langsung, membuat sejumlah wartawan semakin mempertanyakan apa maksud dibalik perintah wartawan untuk keluar tersebut.
Kata wartawan saat itu, UU Keterbukaan Informasi Publik tidak mengharamkan siapapun untuk mengakses informasi, khusus wartawan dalam bekerja. Tetapi penegasan sejumlah wartawan bahwa pekerjaan yang tengah dilakoninya dilindungi undang-undang, tidak mempan. Belum lagi saat sejumlah wartawan menanyakan pada wakil masyarakat Sape dan Lambu terkait boleh tidaknya wartawan meliput, diterima dan diperbolehkan. Namun Sekda dan sejumlah oknum aparatnya, bersih kukuh melarang wartawan untuk meliput, dengan janji akan menyampaikan secara resmi usai pertemuan berlangsung.  
Akhirnya dengan rasa kecewa dan tidak ingin pertemuan tertunda karena keinginan untuk tetap meliput, mengalah dengan harapan janji untuk jumpa pers dipenuhi Sekda. Anehnya, jumpa pers yang dijanjikan sebenarnya tidak akan terjadi. Atas dasar kebutuhan pemberitaan dari pertemuan itu, wartawan mendatangi Kasubag Pemberitaan, Yan Suryadin M.Si, untuk difasilitasi pertemuan dengan Sekda. Meski faktanya sejumlah wartawan diterima Sekda, namun harus menunggu beberapa saat karena Sekda masih menerima tamu.
Sekda yang ditanya apa maksudnya melarang dan mengusir wartawan saat pertemuan dimaksud, secara tegas tidak ingin disebut mengusir. “Bukan mengusir. Saya tidak mengusir. Hanya meminta pada teman-teman untuk tidak meliput dulu. Nanti saya akan jelaskan setelah pertemuan dengan masyarakat,“ tampiknya.
Sekda mengaku, sangat respek dengan wartawan dan tidak ada niat sedikitpun untuk melarang wartawan mendapatkan informasi. (ris)

×
Berita Terbaru Update