Bima,
(SM).- Polisi
tidak sengaja memergoki empat oknum Kepala Desa (kades) di Kecamatan Monta
tengah pesta Minuman Keras (Miras) bersama wanita pakaian menyolok di kawasan
Pantai Kalaki, Sabtu (12/1) pukul 17.00 Wita. Aparat Polres Bima Kabupaten itu
sekembali dari TKP penimbunan Minyak Tanah (Mitan) di Desa Bolo Kecamatan
Madapangga. “Kami melintas di Pantai Kalaki dan melihat ada ramai di warung
pinggir jalan yang biasa digunakan untuk minum-minuman keras,” ujar Wakapolres
Bima Kabupaten, Kompol Hasripudin via SMS.
Setiba di
lokasi tersebut, sambungnya, terlihat ada 2 mobil Avanza warna hitam yang
parkir. Melihat kondisi yang tidak lazim, pihaknya mendekati warung tersebut.
Namun wanita-wanita yang ada di lokasi berlari sembari membawa botol bir untuk
disembunyikan. “Beberapa orang keluar dari dalam dan masuk ke dalam mobil itu
dan yang saya kenal ada empat Kepala Desa di Kecamatan Monta,” sebutnya.
Namun
mantan Kepala Detasemen Brimob Bima itu enggan membeberkan identitas ke empat
pemimpin tersebut. “Mereka baru saja kembali dari pelantikan Kepala Desa di
Pemkab dan mampir untuk pesta Miras,” ungkapnya.
Ke empat
Kades itu, kata dia, sudah dinasehati tentang agama dan ingatkan mereka sebagai
pemimpin yang harus berikan teladan yang baik dan menyarankan agar konsentrasi
selesaikan persoalan sengketa lahan pertanian, bukan malah pesta Miras.
Ia
mengakui, ke empat orang Kades dan para wanita tersebut tidak diamankan ke
Mapolres, karena mereka hanya pemakai. “Kami hanya ingatkan saja dengan harapan
timbul kesadaran dan rasa malu untuk tidak buat maksiat dikemudian hari,”
timpalnya.
Pemilik
tanah, pensiunan pejabat teras Pemkab Bima, juga dipanggil aparat Kepolisian
saat itu untuk diingatkan. Kata dia, pemilik tanah juga kecewa adanya aktifitas
di kawasan tersebut dan sudah sering kali diingatkan, tapi tidak digubris.
“Pemilik
tanah rencanakan akan bongkar paksa warung remang-remang tersebut yang acap
kali dijadikan sebagai tempat protitusi liar dan pesta Miras. “Pemilik warung
saya ingatkan sudah tiga dan nasehati agama bagaimana mudhorat yang dapat
ditimbulkan,” tuturnya.
Pihaknya
juga mensinyalir, di warung tersebut dijadikan sebagai lokasi prostitusi liar,
karena di lokasi tersebut selalu ada wanita dengan pakaian yang menyolok serta
ada kamar tidur yang tersembunyi di belakang warung. (Ima)