Kota Bima, (SM).- Maraknya
aktifitas penggalian batu dan tanah di sepanjang jalan lintas Bima-Sape
sudah sangat meresahkan pengguna jalan, nyawa pengguna jalan setiap saat bisa
jadi taruhan. Pemerintah Kota (Pemkot) Bima dituding sengaja membiarkan
aktifitas galian yang terjadi. Padahal satu nyawa penambang batu sebelumnya
telah melayang dan kini nyaris menalan tiga nyawa penumpang mobil. Pengguna
jalan meminta pemerintah bertindak tegas jangan malah menunggu nyawa
pengguna jalan berikutnya melayang.
Sejumlah pengguna jalan menuding
lemahnya pengawasan pemerintah, atau sikap tidak respek sehingga terjadi
pembiaran terhadap aktifitas penggalian padahal sangat membahayakan. Sama
disampaikan Duta PKS DPRD Kota Bima. Drs. Irsad, kepada Koran ini dikantor
DPRD, Senin (7/6) Irsad tegas mengatakan, kejadian longsoran batuan hingga
nyaris menewaskan penumpang dan supir mobil pick up adalah akibat sikap
pembiaran oleh pejabat pemerintah.
Apalagi kejadian yang sama sudah
dua kali, pertama sampai menewaskan warga yang melakukan penggalian, kini
bahkan nyaris menewaskan pengguna jalan. Harusnya pejabat pemerintah saat
musibah pada kejadian pertama menjadikan musibah tersebut sebagai langkah awal
untuk bertindak tegas pada para penambang batu, bukan malah kembali memberikan
mereka melakukan penggalian.
Pemerintah jangan lagi mencari
alasan pembenaran, segera bersikap jadikan acuan untuk bersikap terhadap para
penambang batu sehingga kedepan tidak lagi muncul kejadian yang sama, cukup
satu nyawa melayang akibat kejadian yang sama jangan muncul lagi kejadian
selanjutnya.
Saya berharap, pejabat pemerintah jangan hanya saat muncul musibah baru
seolah-olah prihatin namun jauh sebelumnya dijadikan pembelajaran, jangan saja
aktifitas penggalian disepanjang jalan lintas Bima-Sape juga dimanapun adanya
aktifitas yang dinilai dapat mengancam nyawa manusia segera ditindak lanjuti.
Senada disampaikan Herman warga
Kecamatan Sape, salah satu pengguna jalan, dirinya mengaku sangat was-was
ketika melintas di lokasi kejadian, tidak saja dilokasi tersebut namun dari
pantauannya ada tiga titik aktifitas penggalian yang sangat riskan terjadi
longsor. Kejadian yang mennimpa mobil pick-up menandakan kondisi tebing
sepanjang jalan aktifitas penggalian batu dan tanah oleh warga sudah sangat
berbahaya.
Menurut Herman, setiap saat batuan yang sekarang berada di tebing-tebing
sepanjang lokasi aktifitas galian bisa saja longsor, tentunya yang menjadi
korban bukan pejabat yang kini duduk-duduk diruangan kantor tetapi pengguna
jalan. ”Ya kita-kita ini bisa saja suatu saat jadi korban,” pungkasnya. Lanjut
Herman, seolah-seolah pemerintah daerah tutup mata, apalagi sebelumnya telah
menelan korban nyawa.
Kalau terus dibiarkan seperti saat ini tidak menutup kemungkinan korban
yang lebih bayak bisa saja terjadi, kalau pemerintah tetap bersikap cuek tidak
segera mengambil sikap tegas untuk menertibkan para penambang. Pemerintah
diharapkan respek, apalagi jalan yang menjadi lokasi aktifitas penggalian
adalah jalan negera yang dilalui oleh bayak kedaraan, baik roda dua maupun roda
empat dan mobil angkutan umum.
Ditambahkannya, Pemerintah
baisanya tanggap bila sudah muncull korban jiwa, sifatnya hanya sesaaat
menyenangkan warga, setelah itu kembali dibiarkan. Ketika kembali muncul
musibah baru kemudian ramai-ramai saling menyalahkan, padahal setelahsebelumnya
muncul korban nyawa harusnyanya bisa mejadi alasan pemerintah dalam bersikap.
Sikap tegas perlu dilakukan guna menghindari terjadinya musibah dikemudian hari.
Herman merasa pesimis kalau pemerintah segera bersikap setelah adanya
insiden yang kini menimpa salah satu pengguna jalan, pemerintah biasanya
seolah .
Sementara pejabat Sekda Pemkot Bima, Ir. M. Rum dikonfirmasi terpisah
mengaku, pihaknya sudah cukup maksimal melakukan penertiban terhadap aktifitas
para penambang batu, bahkan sudah sangat sering dilakukan peneguran baik secara
lisan maupun tulisan. Bahkan telah beberapa kali bersama lurah membuat surat
peryataan untuk tidak lagi melakukan penggalian karena sangat membahayakan
pengguna jalan.
Menurut Rum, aktifitas penambangan batu di penjang jalan lintas Bima-Sape
tidak saja mengganggu dan pengancam keselamatan pengguna jalan namun juga
sangat merugikan pemerintah, dimana dengan adanya aktifitas penggalian secara
tidak langsung dapat merusak struktur tanah yang ada disekitarnya hingga
kemudian merusak jalan itu sendiri.
”Tidak benar kita biarkan
aktifitas penggalian itu, kita selalu tegur kok,” pungkas Rum. Lanjutnya,
yang jadi masalah saat ditertibkan para penggali kerap beralasan pekerjaan menjadi
penggali batu satu-satunya pekerjaan menafkahi keluarga, biarpun dilarang
aktifitas penggalian tetap dilakukan dan ini adalah masalah yang kerap muncul
saat dilakukan penertiban di lapangan. (dd)