Aksi dimulai dari pasar bawah
kemudian berlanjut di perempatan, dengan dikawal ketat aparat kepolisian, massa secara bergantian
menggelar orasi. Kata Fan, salah seorang orator, meski yang diperjuangkan itu
pasar, namun pembeli dan penjual juga membutuhkan kenyamanan. “Lihat kondisi
pasar sekarang, becek, bau, lorong-lorong sudah tak layak dipakai. Kondisinya
sangat memperihatinkan,” ujarnya.
Kata dia, pasar juga menjadi
sumber PAD yang tak sedikit untuk Pemkot Bima. Pajak kebersihan sebanyak Rp15
ribu per bulan, pajak dan retribusi sebanyak Rp1000 per hari, namun selama ini
tak pernah dikembalikan ke pedagang, minimal untuk memperbaiki fasilitas pasar
yang ada. “Jika dikalikan pajak dan retribusi yang ditarik itu, sudah berapa.
Tapi pemerintah seolah menutup mata,” sorotnya.
Koordinator Aksi, Don dalam
orasinya juga menilai pajak yang ditarik ke pedagang oleh Pemkot Bima sangat
besar. Namun pemerintah sama sekali tidak pernah memperhatikan kondisi pasar.
Baik itu dari akses jalan, maupun tempat pembuangan sampahnya. “Siapapun yang
ke pasar bawah, pasti akan menggerutu melihat kondisi pasar yang tak terawat,”
katanya.
Untuk itu, pihaknya meminta
Pemerintah Kota Bima memperhatikan dan merenovasi pasar bawah. “Kami tidak
minta banyak, hanya perbaiki jalan di dalam dan di luar pasar, dan
merenovasinya,” tandas Don. (bnq)