Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Mahasiswa Monggo Kembali Goyang PT. Bunga Raya

04 Januari 2013 | Jumat, Januari 04, 2013 WIB Last Updated 2013-01-04T02:18:39Z

Bima, (SM).– Sejumlah kalangan intelektual yang mengatasnamakan diri Himpunan Mahasiswa Monggo kembali menggoyang PT. Bunga Raya dengan aksi unjuk rasa susulan yang berlangsung di depan halaman kantor Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, Kamis (3/1) pagi.

Liputan SM, pada aksi kedua kalinya ini sejumlah masa aksi membawa keranda mayat sebagai simbol matinya aparatur desa dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. Demo susulan tersebut dilakukan karena tuntutan mengusir PT. Bunga Raya untuk meninggalkan desa tersebut belum ada tindaklanjutnya.
Pernyataan sikap yang sama disampaikan mahasiswa melalui Juanidin selaku korlapnya. Massa meminta PT. Bunga Raya secepatnya meninggalkan Desa Monggo karena kehadirannya dalam melakukan eksploitasi kekayaan alam seperti galian C samasekali tidak memberikan dampak positif untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya warga Desa Monggo.
Selain meminta PT. Bunga Raya angkat koper, mahasiswa juga meminta aparatur desa setempat untuk menjelaskan penggunaan konstribusi tetap dari PT. Bunga Raya bagi desa pada tahun 2012 sebesar Rp 7 juta dan dari CV. Lam- Lama Rp 5 juta. “Kami ingin aparatur desa bisa keluar dan menemui kami di luar untuk menjelaskan penggunaan dana desa tersebut dan jangan hanya duduk diam didalam ruangan,” teriak massa.
Setelah ditekan oleh para pendemo, akhir Kades Monggo, Drs. Abdullah H.Yusuf keluar menemui para pendemo di depan pintu kantor desa guna memberikan penjelasan yang dijaga ketat aparat keamanan.
Kades dalam penjelasannya mengatakan, sumbangan dari PT. Bunga Raya Rp 7 juta dan CV. Lam-Lam Rp 5 juta untuk Desa Monggo pada tahun 2012 telah dipergunakan untuk pembangunan masjid raya desa.
Kata dia, selama PT. Bunga Raya melakukan kegiatan operasi di wilayah Desa Monggo sama sekali tidak memberikan konstribusi khusus untuk APPKD Desa Monggo, tapi hanya memberikan insentif pada anggota BPD Rp 500 ribu per bulan serta Rp 500 ribu untuk karang taruna desa. “Jika para mahassiwa ingin menanyakan penggunaan dari hasil konstribusi untuk BPD dan Karang Taruna silahkan tanyakan langsung pada anggota BPD serta pada pengurus Karang Taruna,” jawabnya.
Setelah mendapatkan penjelasan, para pendemo kembali mengucil dan menuding para anggota BPD setempat sebagai perman yang minta jatah dengan lebih mengedapankan kepentingan pribadi dibanding memperjuangkan nasib masyarakat sesuai tugas dan fungsinya sebagai legislator masyarakat di wilayah desa.
Selama aksi berlangsung, aksi mahasiswa Monggo tidak melakukan tindakan anarkis sedikitpun berkat penjagaan ketat oleh aparat kepolisian, Danramil dan Pol-PP. Hanya pada saat itu, massa sempat membakar ban bekas dan keranda mayat di jalan lintas desa setempat. (pul)
×
Berita Terbaru Update