Pembatasan
kerja mulia wartawan kembali terjadi. Persisnya, moment kepulangan Bupati Bima
H.Ferry Zulkarnaen ST, usai menjalankan perawatan dari sakit yang mendera di
Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, Rabu lalu di Bandara Sultan Muhammad
Salahuddin Bima, akses peliputan tidak diperoleh sejumlah wartawan.
Berikut catatan Wartawan Suara Mandiri.
TERPANTAU, pengamanan Very-Very Imported Person (VVIP) alias
super ketat melebihi pengamanan Presiden dipraktekkan Humasprotokol Setda
Kabupaten Bima. Bukan saja wartawan, ratusan penjemput dari berbagai kalangan
termasuk puluhan pejabat eselon II dan III, beberapa anggota DPRD setempat
serta aparatur Pemkab dilarang melewati pintu ruang tunggu penumpang khusus
pejabat daerah Kabupaten Bima yang terletak di sebelah selatan pelataran
Bandara. Hanya orang tertentu saja yang diperbolehkan masuk di ruang tunggu
tersebut.
Kunci pintu ruang tunggu khusus pejabat Pemkab di Bandara
yang dibawah kendali pegang Kabag Humas, Drs Aris Gunawan. Sejumlah orang
termasuk wartawan yang hendak mengabadikan kedatangan Ferry yang mencoba
menerobos blockade puluhan anggota Sat Pol PP setempat di depan pintu masuk,
tidak bisa berbuat apa-apa. Kasat Pol PP yang dimintai tolong untuk memberikan
akses masuk untuk meliput, pula tidak bisa berbuat apa-apa, “Kunci dipegang
Kabag Humas. Saya saja tidak bisa masuk,” ujarnya sembari menunjuk puluhan
anggotanya yang hanya bisa berjaga di depan pintu masuk saja.
Moment kedatangan Bupati Bima dengan menumpang pesawat Lion
Air dari Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali yang sempat delay hingga pukul 12.00
wita yang semakin mendekati waktunya, membuat sejumlah wartawan semakin was-was
tidak mendapatkan gambar dan kesempatan meliput dari dekat. Karenanya, usaha
untuk diberikan akses peliputan terus diusahakan. Lobi dan pendekatan langsung
pada sejumlah pihak termasuk staf Humasprotokol pun dilakukan, namun hasilnya
tetap nihil. Pintu ruang tunggu sebagai akses masuk menuju halaman di sekitar
landasan pacu Bandara, tetap terkunci.
Kabag Humasprotokol yang dihubungi wartawan, agar bisa
memberikan peluang wartawan untuk meliput bersikukuh melarang masuk ruang
tunggu. Alasan sederhana yang disampaikannya via seluler itu, akan memberikan
hasil peliputan dan foto humas pada wartawan, “nanti ambil di saya saja
kebutuhan beritanya,” singkat Aris sembari menutup komunikasi via Handphone.
Animo wartawan yang sudah menunggu kedatangan bupati sejak
pukul 08 pagi, akhirnya tidak mendapatkan hasil pemberitaan yang maksimal. Saat
Bupati beserta keluarga tiba dan turun dari pesawat, wartawan hanya bisa
mengintip dari kejauhan di sela-sela ratusan penjemput lainnya. Praktis moment
kedatangan bupati tidak terakses secara totalitas.
Tidak diketahui apa maskud Kabag Humasprotokol melakukan
pengamanan VVIP yang hanya ketat pada banyak orang sementara orang tertentu
lain diperbolehkan masuk, pada kedatangan Bupati Bima. Padahal peliputan
wartawan untuk sebuah berita, disamping profesi pekerjaan menuntut demikian,
juga menjadikan informasi orang nomor satu di Kabupaten Bima tersebut, menjadi
diketahui secara luas oleh masyarakat, baik seperti apa kondisi kesehatan dan
fisik bupati usai dirawat secara intensif di Jakarta, pula atas pemberitaan
yang disuguhkan media, isu miring terhadap kesehatan Bupati bisa diminmalisir.
Situasi ini memberikan kesan, Humas hanya membutuhkan media
untuk publikasi yang menguntungkan mereka saja dan emergency seperti beredarnya
isu miring di tubuh Pemkab, termasuk informasi sesat yang mengabarkan Bupati Ferry
meninggal dunia. Pada situasi ini Humas dengan sigapnya meminta media untuk
memberikan informasi sesat itu tidak benar adanya. Namun disaat wartawan ingin
mendapatkan infromasi akurat dan moment yang faktual, Humas justeru melarangnya.
Ada apa?
Humas dan Protokol Setda Bima, melalui
Kasubag Pemberitaan Suryadin, M.Si yang dikonfirmasi mengatakan, sedikitpun
tidak ada niat untuk membatasi tugas rekan-rekan media, tapi sebelumnya sudah
ada kesekapatan awal dengan pihak maskapai kalau lokasi ruangan VIP disterilkan
dari seluruh warga yang menjemput.
Dikatakannya, saat kepulangan
bupati memang sudah disepakati bahwa setiba di Bandara tidak diperkenakan
adanya para warga atau para penjemput untuk berada dalam ruangan VIP, termasuk
para pejabat seperti Kepala-kepala SKPD tidak ada yang diijinkan masuk untuk
menjaga terjadinya hal-hal yang tidak dinginkan.
“Intinya tidak ada niat kami batasi
teman-teman wartawan untuk meliput secara langsung dalam ruangan atau saat
bupati turun dari pesawat. Kami hanya melaksanakan hasil kesepakatan dengan
pihak maskapai,” terangnya.
Disinggung bagaimana dengan
berkembangnya rumor bahwa saat kepulangan bupati pelayanan publik pada Pemkab Bima
diduga lumpuh, Suryadin mengaku, rumor
tersebut tidak benar adanya, karena saat bupati pulang dari Jakarta seluruh
pegawai yang ada di lingkup Pemkab Bima tetap menjalankan tugas atau bekerja
seperti biasa. “Pelayanan publik tetap berjalan lancer. Rumor yang berkembang
tersebut isu yang tidak benar,” tegasnya.
Ia menambahkan, kalaupun ada
pejabat yang datang menjemput bupati itu adalah Kepala-kepala SKPD sebagai
bentuk loyalitas mereka selaku bawahan terhadap kepala daerah, tapi yang jelas
pelayanan public tetap lancar dan tidak lumpuh. (ris/pul)