Kota
Bima, (SM).- Trauma
menjadi alasan puluhan guru SMPN 15 Kota Bima memilih mogok mengajar, ditambah
status pelaku pemerkosa yang sampai saat ini belum kunjung tertangkap menambah
paranoid para guru. Melalui Kepala Sekola (Kasek), guru mendesak polisi segera
menangkap pelaku, pihak-pihak terkait diharapkan segera bersikap sehingga
kejadian yang sama tidak kembali menimpa guru lain kedepannya.
Kepala
SMPN 15 Kota Bima, Drs. H. Hafid Ibrahim, M.Si dikonfirmasi, Selasa (15/1)
mengatakan, sebelumnya memang terjadi aksi mogok mengajar seluruh guru dengan
alasan masih merasa trauma atas kejadian pemerkosaan yang menimpa salah satu
guru. Apalagi kejadian pemerkosaan tersebut dinilai begitu tragis. “Selain
memperkosa pelaku juga bahkan sampai melakukan penganiayaan dan melakukan
pengancaman,” kata dia.
Keresahan
guru berlasan, status buron pelaku menambah ketakutan para guru, apalagi bila
melihat kondisi sekolah yang memang begitu jauh dari pemukiman warga. Hanya
satu harapan guru, segera polisi tangkap pelaku sehingga para guru dan pegawai
dapat beraktivitas secara normal dan tidak lagi merasa terancam.
Kata dia,
beban psikologis guru masih begitu besar, apalagi menimpa rekan sesama guru,
selain alasan trauma juga sebagai bukti dukungan moral kepada korban lantaran
tidak maksimalnya kerja polisi yang dinilai lamban mengungkap dan menangkap
pelaku. “Status buron pelaku menjadikan guru saat ini masih merasa takut untuk
ngajar, ketakutan tersebut dinilai wajar lantaran tidak jelasnya lokasi
pelarian pelaku,” ungkapnya.
Jelas
H.Hafid, padahal pihaknya telah melaporkan kejadian tersebut pada
instansi-instansi terkait guna bersama-sama mendesak pihak kepolisian lebih
maksimal memburu pelaku. Apalagi pelaku hanya satu orang sehingga tidak mungkin
sulit ditangkap. ”Sudah satu bulan kok belum ditangkap,” keluh H. Hafid,
sembari mengaku dengan kondisi saat ini tidak mungkin tidak pelaku dapat
menebar ancaman di saat situasi seperti ini.
Untuk
masalah mogok, diakui H. Hafid sedikit demi sedikit walaupun masih trauma
beberapa guru sudah mulai mengajar, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) walaupun
belum maksimal tetap berjalan sambil menunggu hasil kerja polisi. “Walaupun
aksi mogok guru tetap memikirkan nasib siswa oleh karena alasan itu pula
sebagian guru mulai masuk mengajar,” cetusnya.
Kepada
Pemerintah Kota (pemkot) Bima atau instansi terkait, H.Hafid berharap dapat
memikirkan nasib korban yang saat ini begitu terpukul atas kejadian menimpanya.
Pemerintah dapat mulai memikirkan memberikan kebijakan para korban untuk
dipindahkan tugaskan pada sekolah yang lebih dekat, dengan demikian bisa saja
memberikan sedikit mengurangi beban psikologis yang dialami korban. (dd)