Tempat terkaparnya terduga teroris setelah terkena tembakan Densus 88. |
Penyergapan hari pertama
berlangsung Jum’at (4/1) sekitar pukul 17.00 Wita, di jalan umum antara Desa
Mangge Nae Kecamatan Dompu Kabupaten Bima dengan Desa Rora Kecamatan Madapangga
Kabupaten Bima. Peristiwa penggerebekan berlangsung cukup lama, sekitar 30
menit. Antara pasukan Densus 88 Mabes Polri dengan terduga teroris sempat baku tembak. Ratusan
kendaraan yang melintas di jalur setempat terhenti dari dua arah.
Informasi yang dihimpun, selang
terjadi kontak senjata, akhirnya dua orang terduga teroris tewas dengan luka
tembak. Sementara dari pihak Kepolisian, dilaporkan tidak ada yang menjadi
korban luka atau meninggal. Sejauh ini, belum diperoleh kepastian identias dua
terduga teroris yang dinyatakan tewas di lokasi penyergapan tersebut. Mabes
Polri merilis nama ke dua korban yakni Roy
dan Bachtiar yang disebut-sebut asal Bima.
Saksi mata, Adi, menceritakan,
saat itu dirinya kebetulan sedang melintas di jalur setempat. Kala itu Ia
mendengar suara letusan senjata api yang beruntun. Ratusan kendaraan tidak bisa
melewati pada jalur lokasi baku
tembak. “Saya melihat dari jarak lumayan jauh. Tapi dapat dilihat jelas
kejadian itu,” kisahnya, yang ditemui di Desa Mangge Nae, Sabtu. Ia
menyebutkan, Polisi yang tidak mengenakan seragam itu menggunakan mobil Avanza
warna hitam.
Sedangkan pelaku yang digerebek
juga menggunakan mobil warna hitam. “Kalau tidak salah saya ingat, mereka
datang dari arah Dompu,” tuturnya. Di lokasi penyergapan itu, ditemukan
slongsong peluru jenis FN sekitar 17 butir dan dua butir pucuk timah dan darah
berceceran.
Penyergapan kedua, terjadi di
ladang milik Dae Darfiah di So Diwu Padau Kelurahan Kandai Dua Kecamatan Woja
Kabupaten Dompu, Sabtu (5/1) dini hari sekitar pukul 05.30 Wita. Kabarnya 3
orang tewas dalam peristiwa itu.
Saksi mata, H Mustamin,
mengatakan, saat itu dirinya melihat banyak aparat Kepolisian yang berjalan
kaki mendekati ladang, tempat penyergapan. Sesaat kemudian, terdengar olehnya
suara tembakan beruntun.
Cerita H.Mustamin, suara tembakan
beruntun tersebut berlangsung beberapa saat. Kemudian dilihatnya ada tiga orang
yang digotong ke luar dari lokasi ladang oleh sejumlah orang. “Katanya ada satu
orang yang melarikan diri,” kisahnya di lokasi penyergapan.
Hingga berita ini dikorankan, belum
diperoleh kejelasan identitas ke tiga orang yang meninggal tersebut. Namun
rumor yang berkembang, ketiganya berasal dari Makasar. Menurutnya, lokasi
ladang tersebut dalam beberapa tahun terakhir tidak dimanfaatkan oleh pemilik.
Setahu dia, yang menggarap ladang tersebut saat ini adalah orang lain yang
tidak diketahui namanya. “Tapi saya kenal, orang Desa O’o,” ungkapnya.
Informasi yang dihimpun, warga
Desa O’o yang menggarap ladang lokasi penyergapan tersebut, Abdullah, orang tua
almarhum Ustad Firdaus, yang tewas saat ledakan di Pondok UBK Sanolo Kabupaten
Bima, Juli 2011 lalu. (Ima)