Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Mahasiswa Tuding Banyak Penjahat Intelektual di STISIP

20 Desember 2012 | Kamis, Desember 20, 2012 WIB Last Updated 2012-12-20T14:08:33Z

Kota Bima, (SM).- Dalam waktu dekat, Perguruan Tinggi Swasta STISIP Mbojo-Bima akan menggelar wisuda angkatan tahun 2012. Namun kegiatan tahunan itu diragukan mampu mencetak mahasiswa yang berkualitas secara intelektual, pasalnya hampir 90 persen mahasiswa yang diwisuda, tugas akhirnya atau skripsi dibuat oleh oknum dosen setempat.

Mahasiswa kampus setempat, Delian Lubis menyorot praktek kejahatan intelektual di STISIP Mbojo-Bima. Skripsi yang mestinya menjadi tugas penting yang harus diselesaikan mahasiswa, malah menjadi proyek oknum dosen setempat. Dan itu tidak sedikit, hampir 90 persen mahasiswa yang akan di wisuda tahun ini, skripsinya bukan hasil keringat sendiri. “Jelang wisuda, banyak oknum dosen yang berubah jadi penjahat intelektual.  Memudahkan jalan mahasiswa meraih predikat sarjana,” sorotnya, Rabu kemarin di kampus setempat.
Lubis mengaku, dirinya mengetahui itu bermula dari cerita sejumlah mahasiswa kampus tersebut. Tanpa malu, mahasiswa mengaku bangga jika skripsinya sudah selesai dan dibuat oleh oknum dosen. Saat ujian skripsi pun hanya bersifat formalitas belaka, karena dosen penguji merupakan dosen yang membuat skripsi mahasiswa yang diuji. “Banyak juga mahasiswa yang berbangga diri karena sudah ujian skripsi dan menunggu waktu wisuda, meski saat ujian mereka tidak mampu menjawab pertanyaan dosen sedikit pun,” ungkapnya. 
Menurut mahasiswa semester akhir itu, praktek kejahatan intelektual seperti harus segera dihilangkan. Karena pada dasarnya, pendidikan itu adalah memanusiakan manusia, bukan membodohkan manusia. “Dosen membuat skripsi itu sama halnya membodohkan mahasiswa. Bukan malah mentransformasikan ilmu yang mestinya bisa didapat oleh mahasiswa di bangku kuliah,” tegasnya.
Ia juga mengaku heran dengan dosen di STISIP Mbojo-Bima yang tidak melakukan kejahatan intelektual seperti itu, namun mengetahui adanya tindakan pembodohan tersebut. Praktek seperti semacam itu terkesan dibiarkan dan tumbuh subur di lingkungan kampus. “Untuk itu, kami memastikan, wisuda dalam waktu dekat ini tidak lebihnya pengakuan diri atas kebodohan yang dilakukan dengan cara berjamaah,” tambahnya.
Di tempat berbeda, Ketua STISIP Mbojo-Bima Dra. Hj. Nurmi, MSi yang dimintai tanggapan tentang hal itu, justru menjawab dengan kalimat No Coment. Demikian pula dosen senior STISIP Mbojo-Bima, Drs. Arif Sukirman, MH yang dimintai tanggapan, tak ingin berkomentar dan menyarankan untuk menanyakan langsung ke Ketua kampus setempat. Aneh bukan?. (bnq)
×
Berita Terbaru Update