Kota Bima, (SM).- Dalam
waktu dekat, Perguruan Tinggi Swasta STISIP Mbojo-Bima akan menggelar wisuda
angkatan tahun 2012. Namun kegiatan tahunan itu diragukan mampu mencetak
mahasiswa yang berkualitas secara intelektual, pasalnya hampir 90 persen
mahasiswa yang diwisuda, tugas akhirnya atau skripsi dibuat oleh oknum dosen
setempat.
Mahasiswa kampus setempat, Delian
Lubis menyorot praktek kejahatan intelektual di STISIP Mbojo-Bima. Skripsi yang
mestinya menjadi tugas penting yang harus diselesaikan mahasiswa, malah menjadi
proyek oknum dosen setempat. Dan itu tidak sedikit, hampir 90 persen mahasiswa
yang akan di wisuda tahun ini, skripsinya bukan hasil keringat sendiri. “Jelang
wisuda, banyak oknum dosen yang berubah jadi penjahat intelektual.
Memudahkan jalan mahasiswa meraih predikat sarjana,” sorotnya, Rabu kemarin di
kampus setempat.
Lubis mengaku, dirinya mengetahui
itu bermula dari cerita sejumlah mahasiswa kampus tersebut. Tanpa malu,
mahasiswa mengaku bangga jika skripsinya sudah selesai dan dibuat oleh oknum
dosen. Saat ujian skripsi pun hanya bersifat formalitas belaka, karena dosen
penguji merupakan dosen yang membuat skripsi mahasiswa yang diuji. “Banyak juga
mahasiswa yang berbangga diri karena sudah ujian skripsi dan menunggu waktu
wisuda, meski saat ujian mereka tidak mampu menjawab pertanyaan dosen sedikit
pun,” ungkapnya.
Menurut mahasiswa semester akhir
itu, praktek kejahatan intelektual seperti harus segera dihilangkan. Karena
pada dasarnya, pendidikan itu adalah memanusiakan manusia, bukan membodohkan
manusia. “Dosen membuat skripsi itu sama halnya membodohkan mahasiswa. Bukan
malah mentransformasikan ilmu yang mestinya bisa didapat oleh mahasiswa di
bangku kuliah,” tegasnya.
Ia juga mengaku heran dengan
dosen di STISIP Mbojo-Bima yang tidak melakukan kejahatan intelektual seperti
itu, namun mengetahui adanya tindakan pembodohan tersebut. Praktek seperti
semacam itu terkesan dibiarkan dan tumbuh subur di lingkungan kampus. “Untuk
itu, kami memastikan, wisuda dalam waktu dekat ini tidak lebihnya pengakuan
diri atas kebodohan yang dilakukan dengan cara berjamaah,” tambahnya.
Di tempat berbeda, Ketua STISIP
Mbojo-Bima Dra. Hj. Nurmi, MSi yang dimintai tanggapan tentang hal itu, justru
menjawab dengan kalimat No Coment. Demikian pula dosen senior STISIP
Mbojo-Bima, Drs. Arif Sukirman, MH yang dimintai tanggapan, tak ingin
berkomentar dan menyarankan untuk menanyakan langsung ke Ketua kampus setempat.
Aneh bukan?. (bnq)