Kota Bima, (SM).- Setelah terjadi penggantian Direktur Utama
Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bima dari Ir H.Ramli HI kepada
direktur baru, Toto, pendapatan PDAM Bima melalui pembayaran rekening air untuk
beberapa bulan terakahir menurun drastis, sehingga pembayaran gaji
karyawan setiap bulannya terpaksa mengutang pada Koperasi PDAM yang
nilainya mencapai ratusan juta rupiah.
Beberapa Karyawan PDAM
Bima kepada wartawan baru-baru ini menyatakan, pembayaran gaji karyawan PDAM
Bima terpaksa mengutang uang Koperasi PDAM Bima senilai Rp 114 juta.
Kalau tidak, puluhan karyawan PDAM Bima akan melakukan demo. Ironisnya,
dampak dari adanya pinjaman itu, anggota koperasi tidak lagi bisa melakukan
peminjaman. “Karyawan yang merupakan anggota koperasi kini tidak bisa lagi
pinjam uang koperasi”, akunya.
Kata mereka, Ketua
Koperasi PDAM Bima, H.Junaidin saat ini sudah melakukan penagihan
kepada Direktur Keuangan H.Abdullah beberapa kali, tapi belum dilakukan
pembayaran dengan alasan bermacam-macam.
Menurut mereka,
terjadinya peminjaman uang koperasi untuk pembayaran gaji karyawan, baru pada
kepemimpinan H.Abdullah sebagai Direktur Keuangan. Menurut sumber, rendahnya pemasukan uang setiap bulan
melalui rekening air, bukan kesalahan pelanggan yang tidak mau membayar, tapi
kesalahan para direktur yang tidak mau melakukan kros cek pada seluruh cabang,
apakah benar para pelanggan tidak membayar atau bagaimana.
“Kelemahan lainnya pada
bagian tehnik, apabila ada laporan warga tentang air yang macet, petugas
seringkali terlambat memperbaikinya”, duga para sumber.
Direktur Keuangan,
H.Abdullah yang dikonfirmasi wartawan membenarkan bahwa pihaknya
sudah mengutang uang koperasi yang mencapai Rp 114 juta, tapi bukan untuk
membayar gaji para karyawan, tetapi pihaknya berkomitmen dengan koperasi
PDAM dalam hal pengadaan tawas atau bahan kimia, sehingga PDAM berhutang
dan bukan kali ini saja tapi sudah terjadi sewaktu Direktur lama.
Dia mengaku, penyebab
rendahnya pemasukan, semua cabang rata-rata pendapatannya menurun, terutama
cabang Woha dan Monta. Hal ini disebabkan adanya kerusakan jalur pompa air
suplai dari Pela Perado yang macet, sehingga para pelanggan enggan membayar,
yang berdampak pada menurunnya pendapatan. (edo)