Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tumor di Paha, Gadis di Sambina’e Berhenti Sekolah

01 Agustus 2012 | Rabu, Agustus 01, 2012 WIB Last Updated 2012-08-01T09:14:13Z

Keterbatasan ekonomi lah yang jadi alasan tepat bagi keluarga Fatimah (39) dan Jufrin (45) urung mengantarkan anaknya berobat dari jeratan penyakit tumor. Ya, anak ketiga keluarga miskin itu, Maesarah (15) sejak duduk di bangku kelas enam SD, mengidap penyakit yang membuat paha kirinya besar sebelah. Karena derita itu, gadis malang tersebut memutuskan untuk berhenti sekolah.

Orang tua dan keluarga nya yang tinggal di Kelurahan Sambinae pun kini tak bisa berbuat banyak, hanya pasrah sembari menunggu uluran tangan, terlebih pemerintah. Karena untuk mengobati penyakit itu, tak cukup biaya yang sedikit. Uang senilai puluhan juta, bagi orang tua Maesarah yang sehari hari menjadi pemecah batu dan buruh pelabuhan itu, merupakan benda yang sangat langka.
Jufrin dan Fatimah nampak malu dan enggan berbicara perihal penyakit yang diderita anaknya itu. Bahkan Maesarah sendiri, saat menerima kedatangan pekerja media untuk berbincang, hanya bisa menunduk dan sesekali mengangguk serta menggeleng. Namun aneh, tak terlihat wajah muram dan rasa sakit di dirinya.
Bibinya, Khadijah menuturkan, awalnya orang tua mengira daging kecil yang tumbuh di bagian paha kanan Maesarah itu hanya daging biasa. Karena dianggap tak membahayakan, maka sehari hari paha kanannya sering di urut dan di pijat dengan berbagai ramuan, agar kempis dan menghilang. Namun upaya tersebut gagal, bukannya hilang, daging itu malah perlahan-lahan semakin membesar. “Daging itu pertama diketahui saat Maesarah kelas Lima SD. Awalnya kecil, semakin bertambahnya usia, daging itupun semakin membesar,” ujarnya, Selasa kemarin.
Karena daging yang tumbuh itu tak kunjung hilang, pihak keluarga akhirnya memutuskan untuk mengantar Maesarah diperiksa dan di kemoterapi di RSUD Mataram. Hasilnya, begitu mencengangkan keluarga, dokter setempat member keterangan bahwa hasil diagnose, daging yang tumbuh itu, tumor. “Dokter bilang itu tumor, tapi tidak ganas. Mungkin karena dulunya masih kecil. Tapi sekarang, tumor itu semakin membesar, hampir sebesar paha,” katanya.
Usai dari RSUD Mataram, Khadijah melanjutkan, dokter menyarankan untuk berobat ke Bali. Karena di Bali yang diderita Maesarah, akan bisa menemukan kesembuhan. Namun karena tak punya biaya, niat tersebut urung di lakukan. “Karena tidak ada biaya, terpaksa kembali ke kampung,” tandasnya.
Kondisi paha Maesarah kini semakin membesar, sehingga untuk berjalan dan beraktifitas saja susah. Namun, kendati memiliki tumor di bagian paha, Maesarah mengaku tak pernah merasakan sakit sedikitpun. Biar di cubit pada bagian yang membengkak, tapi tak sakit rasanya. “Dia bisa beraktifitas seperti biasa. Bermain dengan teman sebaya, bahkan membantu orang tuanya yang sedang memecah batu,” terangnya.
Meski begitu,  sehari hari dia tidak bisa bergerak leluasa seperti sebelumnya. Karena tumor tersebut menyebabkan gesekan antara paha kanan dan paha kirinya. Setiap dia bergerak atau berjalan, dua pahanya pasti saling bersentuhan, dan membuatnya merasa tak nyaman. “Sehari hari meski memakai celana pendek yang berukuran besar, Maesarah tetap memakai sarung, untuk menutupi tumor itu,” bebernya.
Ditanya adakah perhatian Pemerintah Kota Bima? Khadijah mengaku pekan lalu Wakil Walikota Bima langsung datang dan menemui Maesarah. Bahkan memberikan bantuan dana sebesar Rp2,5 juta untuk biaya transportasi pengobatan.
Kini, untuk mewujudkan keinginan Maesarah bisa sekolah kembali seperti sedianya, orang tua dan keluarga hanya bisa menaruh harapan besar pada bantuan pemerintah. Jika tidak, mungkin seumur hidupnya Maesarah akan terus menderita penyakit itu. Tak kunjung sembuh dan tak kunjung ada biaya.
Di tempat yang sama, Lurah Sambinae Imam A. Susanto, S.STP yang kebetulan turut hadir mengantarkan pekerja media mendatangi Maesarah mengatakan, tak ada apa yang bisa dibantu oleh Pemerintah Kelurahan juga selain terus mendorong Kepala Daerah untuk bisa membantu kesembuhan Maesarah.
Bahkan karena serius nya Wakil Walikota untuk membantu, uang Rp2,5 juta itu disarankan untuk biaya transportasi berobat d RSU Bali. Selanjutnya masalah biaya operasi di Bali, akan di tanggung oleh Pemerintah Kota Bima. “Wakil Walikota sudah berjanji akan membantu kesembuhan Maesarah,” katanya. (Bin)
×
Berita Terbaru Update