Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tambang Marmer Kadole Minta Dihentikan

28 Agustus 2012 | Selasa, Agustus 28, 2012 WIB Last Updated 2012-08-28T05:11:46Z

Kota Bima, (SM).- Meski pekerjaan tambang marmer di Lingkungan Kadole Kelurahan Oi Fo’o sudah mulai berjalan, namun riak protes dari sejumlah kalangan masih saja ada. Senin kemarin, Front Rakyat Menggugat (FRM) Kota Bima menggelar aksi di depan kantor Walikota Bima dan meminta agar pertambangan itu dihentikan.

Alasan mereka, selain kurangnya sosialisasi, cacat hukum dan cacat administrasi, kekhawatiran akan dampak negatif dari keberadaan aktifitas eksplorasi perusahaan tambang bukan suatu hal yang mengada-ngada, tapi menjadi ancaman nyata.
Koordinator Lapangan, Syaiful mengatakan, Indonesia merupakan Negara yang kaya raya akan sumber daya alam yang menjanjikan kesejahteraan rakyat, demikian pula di daerah Kota Bima. Namun realitas yang terjadi, kekayaan itu seperti sudah dirampas oleh para petinggi negeri ini, untuk kepentingan pemilik modal. “Kekayaan alam ini telah dijual untuk kepentingan asing, dan kepentingan penguasa. Bukan untuk kepentingan rakyat,” sorotnya.
Menganggap proses pertambangan marmer juga yang tidak sesuai aturan, dan masih banyaknya tahapan administrasi yang dilewati, Syaiful mengajak masyarakat Kota Bima untuk berpikir jernih mengenai keberadaan tambang dan menolaknya. “Di mana-mana pertambangan itu tak ada yang mensejahterahkan rakyat. Malapetaka dan bencana akan muncul,” ujarnya.
Orator lain, Irwan mengungkapkan tentang kehidupan baru masyarakat Kadole yang direlokasi untuk kepentingan pertambangan, sangat jauh dari kesejahteraan. Dulu masyarakat setempat yang masih bisa bertani dan berladang, kini lahan sudah dirampas untuk kepentingan pemilik modal. “Inilah yang kami namakan penindasan. Rakyat ditindas oleh sistem dan kepentingan para investor,” tegasnya.
Selain tak adanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat setempat, kebutuhan sehari-hari warga yang direlokasi juga belum tercukupi dengan baik, seperti  janji Pemerintah Kota Bima yang ingin memberikan fasilitas kebutuhan hidup warga setempat. “Tidak hanya warga, kesejahteraan warga lingkar tambang juga direlokasi,” ungkapnya.
Kemudian orator lain, Adi Supriyadin menyatakan, kebijakan tambang yang diterapkan Pemerintah Kota Bima juga kebijakan sesat, sebab munculnya pertambangan di lingkungan Kadole Kelurahan Oi Fo’o dipaksakan oleh perselingkuhan pemilik modal dan Pemerintah Kota Bima.
“Kasus Lambu jadi contoh nyata pemaksaan kehendak yang dilakukan pemerintah. Jika hal ini juga masih terus terjadi di Kota Bima, kami pun tak akan berdiam diri. Perlawanan tetap kami kobarkan untuk mengusir inventor”, tegasnya. (SM.07)
×
Berita Terbaru Update