Kota Bima,(SM).- Pemandangan
buruk saat bersandar kapal penumpang di Pelabuhan Bima, memang bukan hal baru.
Kesemrawutan penumpang pun pengantar, acap kali terjadi. Bahkan aksi
desak-desakan sulit dihindari. Seperti Jumat (24/8) malam lalu, pemandangan
yang sama ditemukan. Sedikitnya enam orang penumpang jatuh dan tak sadarkan
diri.
Melihat aksi desak-desakan itu,
tak sedikit yang mengeluhkannya. Bahkan mempertanyakan sikap Administrator
Pelabuhan (Adpel) Bima yang terkesan menutup mata dengan kondisi tersebut.
Adpel dinilai tak mampu mengatasi hal yang sudah sekian tahun terjadi.
Penumpang kapal tujuan
Bima-Makassar, Nurdin mengeluhkan pelayanan pengelolaan Adpel Bima tersebut.
Arus keluar masuknya pengunjung dan pengantar yang tidak teratur itu sudah
berlangsung lama dan terkesan dibiarkan. “Orang yang pingsan saat seperti ini
seringkali terjadi. Adpel seolah membiarkan ini terjadi,” ujarnya dengan nada
keheranan.
Mahasiswa Makassar itu mengaku
kesal dengan cara pengelolaan itu. Petugas yang disiapkan di Pelabuhan juga
tidak tegas melihat kondisi tersebut. Seandainya hal tersebut bisa di tata
dengan baik, pemandangan buruk yang berujung jatuh pingsannya manusia, tidak
akan terjadi. “Jika ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin desak-desakan itu
akan jatuh korban meninggal,” tegasnya.
Dirinya menduga, model pelayanan
petugas seperti itu sengaja dibiarkan. Desak-desakan dan merebut tempat yang
lebih cepat di atas kapal, seolah sudah menjadi hal yang lumrah. Namun, tak ada
sedikit pun petugas berupaya untuk meminimalisir kericuhan semacam itu.
Hal sama juga di lontarkan
Munawir. Mahasiswa yang menimba ilmu di Kota Makassar itu mempertanyakan
langkah antisipasi petugas Akpel menangani masalah itu. “Dari tahun ke tahun
kami tak melihat tak ada yang mengatur suasana seperti ini,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, dirinya juga
mempertanyakan perubahan pengaturan tentang timbangan barang yang digunakan
oleh petugas Adpel Bima. Selain sudah karatan, timbangan yang digunakan petugas
tersebut rusak dan tidak layak untuk digunakan lagi. “Ketentuan yang tertera
dalam tiket itu, jika barang seberat 25 Kg atau dibawah itu, maka tidak di
timbang. tapi, para petugas itu tetap menggunakan timbangan itu,” ujarnya.
Untuk itu, dirinya meminta kepada
Adpel Bima, terlebih kepada Pemerintah Kota
dan Kabupaten Bima agar melihat sisi lain penderitaan masyarakat yang setiap
tahun selalu mengalami kondisi seperti itu.
Kepala Adpel Bima yang coba
didatangi Sabtu (25/8) di kantornya, tidak ada di kantor. Staf kantor setempat
mengaku Kepala Adpel tidak berada di kantor. (SM.07)