Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Wartawan Bima Kutuk Aksi Premanisme Marinir

05 Juni 2012 | Selasa, Juni 05, 2012 WIB Last Updated 2012-06-06T07:54:04Z

Bima, (SM).- Kekerasan demi kekerasan kerap dialami wartawan dalam tugas liputannya, seperti yang terjadi di Padang Sumatera Barat beberapa hari lalu, wartawan dikeroyok sejumlah oknum anggota Marinir. Yang terjadi tersebut, menjadi deretan panjang daftar “luka” yang menimpa jurnalis di tanah air.

Belum padam kasus pengeroyokan yang dilakukan oknum marinir di padang, kabar miris lagi datang di Batam. Oknum TNI merampas kamera wartawan Batam TV. meski semua oknum yang melakukan tindak kekerasan terhadap wartawan telah ditindak, namun patut mengecam tindakan kekerasan tersebut.
Atas insiden tersebut, Senin kemarin wartawan yang tergabung dalam Mbojo Journalist Club (MJC) mengutuk tindakan premanisme itu lewat aksi damai. Aksi yang dimulai di halaman Pemerintah Kota Bima tersebut berakhir audiensi dengan jajaran Kodim 1608 Bima.
Wartawan Tempo, Akhyar HM. Nor dalam orasinya mengatakan, wartawan bukanlah “superman” yang memiliki kekuatan super untuk melakukan perlawanan secara fisik. Bukan juga pendekar silat yang dapat menangkis pukulan orang. Wartawan hanya “bersenjata” pena dan kata, agar negeri ini berjalan di atas rel keadilan dan kebenaran.
“Wartawan dalam liputannya diatur oleh UU nomor 40 tahun 1999. Keberadaannya agar kemakmuran benar-benar dirasakan rakyat, yang hari ini masih tereksploitasi, tertindas, dan mengerang karena kasibukan elit politik, hingga rakyat lapar yang jeritannya tenggelam,” tegas wartawan Bima itu.
Hal sama juga disampaikan wartawan Bima Ekspress, Sofyan As’ari, kekerasan terhadap wartawan, sesungguhnya sama dengan “terror” yang akan terus menghantui kuli tinta itu dalam melakukan tugasnya. Jika proses hukum tidak ditegakkan, hari ini, esok atau lusa, akan ada wajah-wajah para jurnalis yang lebam, bahkan mungkin mengerang nyawa. “Jika pers sebagai pilar harapan di negeri ini, berjalan di antara teror kekerasan, akan dikuatirkan kebenaran kian terbungkam,” katanya.
Koordinator Aksi, Indra Gunawan dalam pernyataan sikapnya meminta untuk segera hentikan kekerasan terhadap jurnalis, lindungi jurnalis dalam melaksanakan liputan karena jurnalis adalah kawan, bukan musuh. Kemudian, meminta agar proses semua oknum yang melakukan kekerasan terhadap wartawan, mendesak panglima TNI menindak tegas anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap wartawan, kekerasan terhadap wartawan adalah teror dan sama halnya memasung kebebasan menyampaikan pendapat serta mengancam demokrasi.
Panglima Penghubung (Pabung) Kodim 1608 A. Haris setelah menerima kehadiran wartawan mengaku dirinya paham dengan tugas, hak dan kewajiban seorang wartawan. Mengenai insiden yang menimpa wartawan di Padang dan Batam, dirinya merasa yakin sudah di tindak tegas oleh atasan. Karena tidak mungkin seorang atasan membiarkan bawahannya berprilaku seperti itu.
Untuk di Bima, lanjutnya, khusus di Kodim 1608, Dandim sudah menegaskan kepada bawahannya untuk tidak menganggap wartawan sebagai musuh. Namun sejatinya, wartawan adalah mitra kerja untuk semua institusi, termasuk Kodim. “Saya yakin, kedepan tak akan terjadi kekerasan terhadap wartawan, khususnya di Bima,” katanya. (SM.07/SM.08)
×
Berita Terbaru Update