Oleh: Munir Husen*)
SETIAP
ada pemilihan, apakah itu pemimpin nasional atau pemimpin lokal (daerah)
menjadi bahan diskusi yang serius dan menarik mulai dari warung kopi, lesehan,
baruga, sarangge, sampai di hotel berbintang. Karena, demokrasi membuka
ruang yang sama terhadap setiap warga negara yang memenuhi
syarat menjadi pemimpin. Pemimpin itu merupakan primadona bagi
setiap warga negara yang merasa sanggup untuk mengurus anak bangsa ini, walaupun
menjadi pemimpin itu sangat berat tanggungjawabnya. Banyak yang mencalonkan
diri sebagai pemimpin, ini menunjukkan bahwa warga negara itu cerdas untuk
memilih pemimpinnya. Hal ini menunjukkan bahwa semua warga negara mempunyai hak
dan kedudukan yang sama untuk dipilih dalam sistem demokrasi.
Bangsa ini sangat membutuhkan pemimpin yang mengerti, memahami dan
mendengarkan pengaduan dan rintihan rakyat, karena pemimpim adalah ujung tombak
yang menentukan masa depan bangsa, walaupun senyatanya hasil yang dicari oleh
bangsa ini justru belum sepenuhnya mencerminkan kebutuhan dan keinginan rakyat
karena dengan berbagai faktor. Misalnya, memang tidak mudah menjadi pemimpin,
apalagi pemipin yang dipilih langsung oleh rakyat. Dan sekarang telah muncul
berbagai calon pemimpin. Sederet tokoh dari berbagai latar belakang dan profesi
akan ikut berkompetisi mensukseskan pesta demokrasi dengan menggunakan partai
politik bahkan ada juga yang menggunakan calon independen sebagai kendaraannya.
Sekarang ini, sudah saatnya untuk mencari figur pemimpin yang
berhati rakyat, pemimpin yang memahami betul apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginan rakyat. Artinya, pemimpin yang berupaya untuk memenuhi
janji-janjinya dan melaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Pemimpin yang
selalu bekerja keras untuk mengutamakan kepentingan rakyat di atas segalanya.
Dan mampu menjalankan kepemimpinan secara amanah dan cerdas.
Sebagai anak bangsa wajib berusaha dan berdoa kepada Allah SWT
agar dapat memberikan pemimpin yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
rakyat. Pemimpin adalah pribadi yang sangat menentukan suksesnya suatu bangsa,
kehidupan bangsa sangat tergantung dari pemimpin. Jika rakyat ini memiliki
pemimpin yang adil, maka kehidupan bangsa ini akan sejahtera, adil dan
makmur sesuai dengan cita-cita pendiri republik ini, karena kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh pemimpin akan berpengaruh terhadap kehidupan warga.
Figur pemimpin itu selalu terpelihara dengan terpilihnya
orang-orang yang jujur-ikhlas dalam melaksanakan amanah rakyat yang sudah
memberikan mandatnya pada pemimpin. Pemimpin yang legitimete adalah pemimpin
yang memperoleh dukungan kuat dari rakyat, sebab dalam sistem demokrasi rakyat
memegang kedaulatan-maka sikap, tindakan dan kebijakan yang diambil oleh
pemimpin sedapat mungkin mencerminkan keinginan mayoritas rakyat, yang
telah memberikan legitimasi politiknya.
Memang pada tataran ideal mencari pemimpin itu tidak mudah,
penulis pernah mengutip Dr. Syarifuddin Jurdi M.Si dalam bukunya “Islam
Masyarakat Madani dan Demokrasi” terbitan tahun 2007, bahwa mencari pemimpin
yang ideal sama dengan mencari perawan di tempat pelacuran (tulisan penulis
Suara Mandiri, 2010). Tetapi kita tidak boleh pesimis dengan keadaan yang ada,
itulah tugas kita untuk memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif dan
kriteria yang jelas sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat terhadap
pemimpin. Kalau tidak, maka akan muncul pemimpin-pemimpin yang “DIKARBIT”
maupun pemimpin yang “DIORBIT”. Sehingga berhati-hatilah untuk memilih pemimpin.
Jangan terburu-buru karena ada janji misalnya, karena
penampilannya menyakinkan, tetapi kita perlu waspada dan belajar dari masa lalu
kita yang sering membuat rakyat kecewa inilah yang menjadi titik kulminansi
persoalan. Sebab rakyat tahu siapa sebenarnya lebih layak dan pantas dipilih
menjadi pemimpin, bukan hanya penampilan sesaat, tetapi melihat pengalaman
kesejarahan calon pemimpin, sehingga trek record pemimpin dapat kita ketahui
secara utuh, tidak mudah terkecok oleh penampilan selama perkenalan dengan
masyarakat.
Pemimpin yang dikarbit belum tentu memiliki karakter pemimpin,
sifat dan ketokohannya bisa bergantung pada kedudukan saat memegang jabatan,
bukan karena bakat dan keahlian, sebab pemimpin seperti ini seringkali tidak
mempunyai sifat sungguh-sungguh dalam menepati janji kepada masyarakat bahkan
kepada konstituennya (Tatik Chusniyanti Media Indonesia 7 Juni 2008).
Sehebat apapun pemimpin yang dikarbit maupun yang diorbit tentu
saja ide-ide yang menjadi iconya tidak akan mampu dilaksnakan dengan baik dan
terencana, maka ide tersebut menjadi sia-sia, sulit untuk
dipertanggungjawabkan, masyarakat sekarang sudah melek politik dan mengerti
siapa yang layak jadi pemimpin, mereka tidak akan memilih percuma karena
ketenaran, tapi miskin perbuatannya.
Pemimpin tidak hanya memiliki gagasan yang cemerlang, tapi juga
mampu melaksanakan gagasan-gagasannya dan mampu membuktikan gagasan-gagasan itu
dan melaksanakan program-program nyata bukan cerita fiksi. Kredibilitas
pemimpin dapat diukur dengan adanya sifat konsisten baik dari perkataannya
maupun perbuatannya.
Pemimpin yang didambakan sebetulnya sederhana sekali adalah
pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas, memiliki tekad dan kemauan
keras untuk melaksanakan amanah, memiliki integritas dan konsiten dengan rakyat
pada saat mereka terikat dengan janji politiknya. Sehingga memilih pemimpin
baik kepala daerah maupun anggota legislatif sudah saatnya mengunakan akal
sehat, kejernihan hati dan jiwa kita, karena hati nurani tidak dapat ditipu dan
menipu. Dan tidak terjebak dalam retorika yang menyesatkan sehingga kita harus
meninggalkan cara-cara lama dengan segala macam cara. Sebab kita sebagai rakyat
ikut bertanggungjawab terhadap pemimpin yang kita pilih baik dunia maupun
diakhirat kelak dan akan diminatai pertanggungjawaban. Wallahualam bisawab. (*)
*)Penulis: Dosen STIH Muhammadiyah Bima