Bima, (SM)- Perserikatan Muhammadiyah yang didirikan K.H. Ahmad
Dahlan pada tahun 1912 M terus mengambil peran dan bagian dalam rangka
membantu pemerintah dalam mengatasi persoalan ummat dan bangsa Indonesia dengan
mendirikan dan terus mengembangkan berbagai Amal Usaha yang bergerak pada
bidang keagamaan, sosial, kesehatan dan pendidikan.
Muhammadiyah melaksanakan
sidang Tanwir pada tanggal 21 s/d 24 Juni 2012 di Hotel Horison Kota Bandung
Jawa Barat dengan mengusung tema “Gerakan Pencerahan Solusi untuk Bangsa”
kegiatan ini dihadiri oleh Para Pimpinan dan Elite Muhammadiyah se Indonesia,
tak terkecuali Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Bima Drs. H. Ichwan P.
Syamsuddin, M. AP pun turut mengahadiri kegiatan akbar Muhammadiyah tersebut.
Drs. H. Ichwan P. Syamsuddin, M.Ap
dalam press realisnya mengatakan, Gerakan Pencerahan yang diusung dalam Sidang
Tanwir ini merupakan pernyataan Pikiran Muhammadiyah pada abad kedua
sebagaimana hasil Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 2010 yang
lalu. Agenda strategis yang terkandung dalam pernyataan pikiran Muhammadiyah
tersebut ialah Gerakan pencerahan.
Intinya, gerakan pencerahan (tanwir)
merupakan praksis islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan
memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan dihadirkan untuk member jawaban atas
problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan
persolan-persoalan lainnya yang bercorak structural dan cultural.
Gerakan pencerahan menampilkan Islam
untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme,
konflik, korupsi, kerusakan lingkungan, dan bentuk kejahatan kemanusiaan
lainnya. Gerakan pencerahan yang dimaksud berkomitmen untuk mengembangkan
relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia
baik laki-laki maupun perempuan, menjujung tinggi toleransi dan kemajemukan,
serta membangun tatanan sosial yang utama.
Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah
diharapkan terus bergerak dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk
menghadirkan islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan
(wasuthiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat
dan martabat laki-laki maupun petempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
memajukan kehidupan umat. Komitmen Muhammadiyah tersebut menunjukan karakter Islam
yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan jaman, tanpa harus
kehilangan identitas dan rujukan islam yang autentik. Demikian ungkap Ihwan.
Diakhir penyataan Ihwan berharap
sidang tanwir sebagai lembaga permusyawaratan tertinggi di bawah muktamar dapat
memberi makna pencerahan bagi pimpinan dan elite Muhammadiyah dalam menjalankan
misi dakwahnya. (SM.02)