Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kelompok Disaran Profesional, Disnak tak Konsisten?

02 Juni 2012 | Sabtu, Juni 02, 2012 WIB Last Updated 2012-06-04T02:40:11Z
Ratusan kelompok tani ternak rata – rata pernah mendapatkan pembinaan dari pihak Dinas Peternakan Dompu agar membangun kegiatan secara provesional supaya memperoleh bantuan sosial berupa sapi, tapi faktanya Dinas Peternakan (Disnak) Dompu tidak konsisten dengan ketentuan yang mereka buat. Berikut Catatan Dedi Suryadi

Masyarakat  Dompu terhipnotis oleh program pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten terkait bantuan sosial (Bansos) berupa ternak sapi. Program tersebut terhitung sudah berjalan dalam dua tahun  terakhir. Antusias masyarakat membangun kelompok ternak di desa/kelurahan mulai dari kota hingga ke pelosok Desa.
Membentuk kelompok tani ternak bukan hal yang mudah. Mereka butuh pengorbanan dan kerja keras. Disamping memiliki lahan, harus ada kandang yang layak dan kebun bibit, aula pertemuan, kandang jepit, serta sarana pendikung lainnya. Lagi pula, Disnak Dompu menerbitkan ketentuan petunjuk  standar kelompok yang layak memperoleh bantuan.
Dari itulah, para kelompok berkompetisi secara sehat tanpa mengenal jumlah materi yang harus dikeluarkan, dengan harapan bisa mendapatkan penilaian yang lebih baik dari tim verifikasi kelompok tingkat Kabupaten dan Provinsi NTB. Sebab pengatahuan mereka, itu syarat mutlak untuk mendapatkan Bansos ternak sapi. Hal demikian mereka lakukan berbulan – bulan bahkan lebih daripada itu.
Selain mengacu pada petunjuk tenis dari Disnak, pengurus dan anggota kelompok tetap mendapat pembinaan secara tehnis oleh petugas lapangan guna memacu motivasi atau semangat mereka. ‘’Saat tim verifikasi turun menilai kelompok ternak, mereka tetap memberikan bimbingan agar profesional. Sebab kata tim, hasil penilaian mereka merupakan syarat bagi kelompok yang akan menerima bantuan,’’ujar Syafar Ketua Kelompok Doro Mbolo dengan scoring nilai tertinggi pertama tingkat Kabupaten Dompu yakni 790.
Namun Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten  terindikasi tidak konsisten dengan pernyataan  dan aturan yang dibuat. Masyarakat yang membangun kelompok seolah dikebiri dengan hal itu. Menguatnya kepentingan pribadi membuat Disnak tidak obyektif dalam  menetapkan kelompok yang menerima Bansos.
Faktanya,  scoring nilai hasil verifikasi tim kabupaten dan Provinsi NTB terhadap kelompok dilapangan, justru dijadikan sebagai kertas usang yang tidak bernilai apa - apa. Malah, dari 27 kelompok penerima bantuan, 3 diantaranya  diduga fiktif. Padahal masih banyak kelompok yang layak sesuai hasil scoring, tapi tidak terkafer dalam program itu.
Parahnya lagi, kelompok dengan  perengkinan  nomor satu, dua dan tiga tingkat Kabupaten tidak diloloskan, hanya karena mementingkan kelompok dengan  csoring nilai terendah. Lucunya lagi, Disnak Dompu berusaha menutupi dugaan penyimpangan tersebut dengan cara mengumukan sejumlah kelompok yang lolos melalui media online yang   hampir  sebagian masyarakat Dompu belum mengatahui alamat websitenya.
Disnak berusaha lempar ‘batu sembuyi tangan’ dengan dalih kebijakan Provinsi yang menetapkan kelompok tersebut. Namun tak sedikit anggota tim verifikasi Kabupaten dari Disnak itu sendiri yang tidak ingin disebutkan namanya, menolak alasan tersebut, karena tidak sesuai realita yang sebesarnya.
Sebab pengakuan tim, kuat dugaan bahwa Provinsi tidak menginterfensi terlalu jauh soal penetapan kelompok penerima bantuan dari Dompu dan hanya menindaklanjuti saja hasil kerja tim verifikasi di daerah. ‘’Kami saja yang ingin lobi ke provinsi agar diloloskan kelompok kami, malah disuruh minta ke Kadisnak Dompu oleh pihak Provinsi,’’kata sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
Wajar saja jika sejumlah kelompok murka di Kantor Disnak Dompu sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan Disnak Dompu. ‘’Kami melihat penyimpangan syarat nepotisme terhadap penetapan kelompok tani ternak sudah nyata. Masa kelompok yang ada disamping kelompok kami diloloskan lantaran ada orangtua Kadisnak di situ. Padahal kelompok lebih bagus dan nilainya tertinggi kedua di Kabupaten Dompu,’’kata Saminun, ketua Kelompok Tani Makmur tertinggi kedua dengan nilai 790.
Dompu bergelojak dalam dua tahun terakhir terkait persoalan ini  karena rakyat merasa disakiti. Bukan hal yang tidak mungkin jika tindakan Disnak Dompu telah menciderai pemerintahan dibawa kendali   Bang-Syam bahkan secara politik. ‘’Kejadian seperti ini sudah berlangsung dua tahun dan kami merasa dihianati oleh pihak Disnak Dompu. Apa mungkin Bupati sengaja membiarkan hal ini terjadi,’’tegas Abdul Munir Sekretaris Kelompok Ruma Tua dengan memperoleh hasil scoring  tertinggi ketiga di kabupaten Dompu yakni 775.
Bentuk ketidak adilan yang dilakukan Disnak Dompu harus segera dihentikan. Bupati Dompu pun harus bersikap tegas sesuai dengan otoritasnya yakni meninjau kembali kelompok yang diloloskan tahun 2012 sebagai penerima Bansos. Terlebih lagi, oknum pejabat yang bermain dalam persoalan ini harus mendapatkan sanski tegas, sebelum kepercayaan rakyat terhadap pemerintah saat ini benar – benar akut. “Jika Bupati masih memiliki rasa adil, maka kami minta agar meninjau kembali kelompok yang lolos tersebut dan memberikan bansos kepada kelompok yang layak,” tegas Abdul Munir. (***)
×
Berita Terbaru Update