Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Arif Sukirman: Legislator Kehilangan Roh

14 Juni 2012 | Kamis, Juni 14, 2012 WIB Last Updated 2012-06-14T04:57:00Z

Kota Bima, (SM).- Akademisi STISIP Mbojo Bima, Drs Arif Sukirman MH pada Suara Mandiri mengatakan, anggota DPRD Kota dan Kabupaten Bima adalah legislator yang telah kehilangan roh sebagai figur pembawa kebenaran dan menyuarakan harapan rakyat sebagaimana titahnya.

Hal itu dikatakannya ketika men jawab pertanyaan wartawan mengenai sepak terjang anggota dewan, sampai-sampai situasi kantornya dalam keadaan sepi, seperti yang dilansir Suara Mandiri, baru-baru ini.
Bahkan katanya, lembaga dewan yang terhormat itu telah dieksploitasi (dimanfaatkan) untuk kepentingan meraup keuntungan pribadi, bukan lagi sebagai lembaga pengabdian. “Anggota dewan lebih mementingkan perut ketimbang berbuat untuk kepentingan masyarakat banyak”, sorotnya.  
Dijelaskannya, tiga fungsi DPR yang diembannya, bagaikan pisau tumpul tak berguna lagi. Fungsi kontrol yang mesti dijalankan semaksimal mungkin oleh dewan pada eksekutif, dilakukan setengah hati. Asal ada kepentingan sifat pembiaran menjadi hal yang biasa.
Sementara hak budget yang mesti diperankan secara sempurna sebagai salah satu kewajiban lembaga dewan pun tak berfungsi baik. Mestinya kondisi kota yang acap disclaimer ini, bisa ikut diemban pula oleh anggota dewan. Begitupun hak legislasi yang diharapkan mampu melahirkan aturan yang berpihak pada kepentingan dan kemajuan daerah, tidak mampu dilahirkan secara baik oleh lembaga aspirasi rakyat tersebut.
Kesan yang muncul atas citra dewan tersebut, duganya, semakin membuat masyarakat krisis kepercayaan lagi pada legislator bahkan lembaga dewan yang telah selalu diekploitasi demi kepentingan pribadi anggotanya itu. “Hanya kepercayaan terpaksa yang ada di masyarakat atas dedikasi buruk yang diperankan anggota dewan”, sentilnya.
Ia menyarankan, anggota dewan mesti kembali jadi manusia yang berhati nurani dan berpihak pada rakyat. Bukan yang menjadikan lembaga dewan sebagai tempat mencari pekerjaan. Sebab, kalau itu jadi maindsetnya, sudah pasti anggota dewan telah kehilangan roh sebagaimana fitranya.
“Kalau memang studi banding, konsultasi atau apapun namanya yang memerlukan penganggaran yang besar, tentu bisa dihemat bahkan tidak perlu diselengarakan, jika tidak bermanfaat dan tidak ada out put bagi pengembangan daerah secara nyata dan berkesinambungan, “ujarnya.
Jikapun, berbagai tunjangan yang diperoleh dirasakan tidak sesui kejra pengabdian yang dilakukan, mestikah harus diambil. ”Sangat sedikit anggota dewan yang menolak uang yang diperoleh seeprti itu”, heranya. (SM.08)   
×
Berita Terbaru Update