Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Lima Kecamatan Diterjang Banjir Bandang

28 Mei 2012 | Senin, Mei 28, 2012 WIB Last Updated 2012-05-28T09:36:15Z
Tim SAR Pos Bima serta beberapa Warga Desa Rabakodo Kecamatan Woha tengah melakukan upaya evakuasi terhadap Ado dan Ismail, warga desa Rabakodo yang terjebak banjir bandang, Sabtu (26/5).(Foto: Firman SM)
Bima, (SM).- Hujan yang turun dengan lebat di wilayah Desa Kawuwu Kecamatan Langgudu sejak pukul 01.15 Wita pada hari Sabtu (26/5) menyebabkan lima wilayah di Kabupaten Bima seperti Kecamatan Langgudu, Belo, Monta, Woha, dan Kecamatan Palibelo diterjang banjir bandang. Bahkan banjir yang datangnya mulai pukul 06.00 Wita merendam rumah dan ratusan hektar lahan pertanian warga.
Menurut H.M Sidik (75) warga Desa Cenggu, banjir bandang yang terjadi sekarang merupakan banjir terbesar. Apalagi banjir itu datangnya di musim kemarau, padahal musim hujan saja tak pernah ada banjir se-dahsat ini. “Umur saya sudah tujuh puluh lebih tahun, baru sekarang saya rasakan banjir bandang yang dahsyat”, ungkapnya.
Informasi yang di lapangan, sejumlah rumah warga Desa Ngali terendam banjir dengan ketinggian sampai dada orang dewasa terjadi di Dusun Lewi, Dusun Sigi, Dusun Rade Bari.  Rumah di tiga dusun itu digenangi air hingga setinggi jendala rumah.
Diduga banjir banding tersebut merupakan ‘kado kiriman’ Sungai Na’e Desa Kawuwu dengan Sungai Lante Desa Sambori Kecamatan Lambitu yang bermuara akhir di salah satu sungai di Desa Ngali. Beruntung, tidak ada korban jiwa dibalik musibah banjir tersebut, kecuali warga mengalmi kerugian materi.
Salah seorang warga Ngali, Julfin, SH pada wartawan saat kejadian mengatakan, saat ini warga Ngali dalam keadaan dan suasana mencekam, karena sejumlah pemukiman penduduk sedang direndam banjir setinggi dada orang dewasa.
Selain mengalami kerugian harta benda, sejumlah lahan pertanian yang ada di tiga lokasi seperti di So Tolo Monta, So Dana Mpungga, So Santula, So Bente juga ikut hanyut tergenang air hingga mengakibatkan juga kerugian bagi sejumlah warga.
Camat Belo, M Chandra Kusuma mengungkapkan, banjir bandang itu cukup mengagetkan warga Kecamatan Belo, terutama masyarakat di Desa Ncera, Soki, Lido, Ngali dan Renda. Akibat banjir bandang, tanaman bawang merah yang siap panen hancur. Tidak itu saja, bawang yang sudah dipanen, bahkan sudah deal harganya dengan pembeli ikut terbawa banjir. “Demikian juga dengan tanaman padi yang diperkirakan akan gagal panen”, ujarnya.
Kata Chandra, lahan pertanian warga Ncera seluas 100 Ha yang dipakai untuk tanaman bawang, padi dan kacang tanah juga rusak. Selain itu, lahan warga Soki 18 Ha, lahan pada masyarakat Lido 16 Ha dan lahan bawang Merah 14 hektar.
Sedangkan lahan tanaman bawang merah yang rusak milik warga Ngali sekitar 400 hektar. Lahan padi masyarakat Renda 75 ha, bawang merah 125 hektar serta lahan padi masyarakat Cenggu 103 hektar dan 40 hektar tanaman bawang merah.
Di samping kerusakan lahan, banjir bandang juga menghanyutkan satu buah tiang listrik dan satu buah jembatan putus. “Syukurlah ketika jembatan patah, saya sudah kembali dari Soki”, ujar Chandra.
Menurut alumni STPDN Jatinangor ini, banjir bandang yang datangnya sekitar pukul 6 pagi itu, selain merusakkan lahan pertanian dan tanaman petani, juga ikut menghanyutkan beberapa unit rumah warga Ngali. “Kalau dinilai dengan uang, kerugian petani bawang bisa mencapai Rp 50 juta per orang. Tidak ada satupun petani yang sanggup selamatkan hasil panen berupa bawang merah”, terangnya.
Akibat lainnya, terputusnya jalur transportasi dari dan ke Desa Cenggu – Tente Kecamatan Woha karena jalan dilewati air banjir setinggi dada orang dewasa. Masyarakat Belo yang hendak menuju Tente terpaksa mengambil jalan lingkar. “Termasuk untuk kendaraan roda dua, roda empat dan benhur”, cetusnya.
Sedangkan pengguna jalan yang tak melalui jalan lingkar utara terpaksa menunggu airnya surut. “Banyak antrian kendaraan, dan orang yang melintas terpaksa pakai pembantu agar tidak terseret arus yang cukup deras di batas Cenggu dan Tente”, urai Chandra.
Masih menurut Camat Belo, lingkungan sekolah baik SMPN 2 Belo maupun SMAN Belo serta kantor Camat, kantor Danposramil serta PDAM ikut terendam banjir setinggi perut orang dewasa.
Guna mengurangi resiko banjir, jelasnya, harus dibangun tanggul di sebelah selatan pemukiman warga Cenggu. Pasalnya, setiap musim, banjirnya akan meluap, dari sebelah selatan pemukiman ataupun lapangan sepak bola desa Cenggu. “Kantor saya tidak masuk air, karena sudah ditinggikan bangunannya. Kalau sebelumnya, sudah jadi langganan terendambanjir”,  cetus Chandra. (SM.12/11)
×
Berita Terbaru Update