Kota Bima, (SM).- Anggota DPR RI duta
Partai Golkar, Muhammad Lutfi, disorot pengurus dan kader Partai berlambang
pohon beringin. Lutfi dianggap tak berkontribusi untuk partai dan
konstituennya.
Baiq Isty Rufaidah sesaat sebelum membuka
sesi dialog pada rapat Konsolidasi memenangkan Pilkada Kota Bima dan Pilgub NTB
di Lesehan Putri, Selasa kemarin, berkomentar banyak soal peran dan kontribusi
legislator Senayan kelahiran Bima itu. Lutfi dianggap kurang melakukan
konsolidasi di akar rumput. “Partai Golkar adalah partai besar. Nah, kita harus
bisa berbuat untuk terus membesarkan partai ini,” ucap Wakil Ketua Organisasi
DPD Partai Golkar NTB itu.
Ironisnya, Lutfi dibanding-bandingkan
dengan H. Muhammad Syafruddin, duta Partai Amanat Nasional (PAN) di Senayan.
Kata dia, kiprah Syafruddin dengan memampang pose dan baligo berbagai bentuk
dan ukuran, merupakan kegiatan yang patut dicontohi dalam mempromosikan agenda
partai. “Kita jangan mau kalah dengan kader partai lain. Harusnya kita
memberikan yang lebih dari orang lain,” katanya dengan nada semangat.
Selain Lutfi, Baiq juga mengingatkan pada
calon Walikota Bima Hj. Ferra Amalia, SE serta Calon Gubernur NTB DR. H.Zaini
Aroni untuk terus berada di tengah-tengah masyarakat. Karena untuk meraih
kemenangan, harus bisa meraih hati akar rumput. “Berkontribusi untuk rakyat itu
penting. Dan langkah itulah yang harus kita lakukan untuk meraih kesuksesan,”
terangnya.
Di luar ruang rapat konsolidasi partai
Golkar, Abdurahman, kader Golkar yang juga mantan anggota DPRD kabupaten Bima,
mengaku malu memiliki wakil di parlemen seperti Lutfi. Pasalnya, Lutfi dianggap
tak bisa membangun partai dengan kapasitasnya sebagai anggota DPR RI. “Sebagai
kader Partai Golkar, saya malu dengan keberadaan Lutfi di parlemen,” sentilnya.
Muhammad Lutfi yang dikonfirmasi usai
acara merasa tidak masalah dengan sentilan-sentilan yang disampaikan pengurus
pun kader partai berlambang pohon beringin itu. Menurutnya, hal demikian
sesuatu yang lumrah terjadi dalam kepartaian. “Itu hal biasa dalam partai.
Tidak ada yang patut dipersoalkan,” jelasnya.
Menurut dia, kontribusi atau apapun yang
dilakukannya terhadap konstituen tidak mesti digembar-gemborkan. Bagi Lutfi,
membuat gambar berukuran besar dan dipampang diberbagai sudut desa, hanya
buang-buang duit saja. Kata dia, akan lebih bermakna jika uang untuk baligo
diberikan kepada yang membutuhkan.
“Kita ini beragama Islam. Nah kalau memberikan
sesuatu kepada orang lain, tidak perlu dibesar-besarkan. Ibaratnya, kalau
tangan kanan yang member, tangan kanan tak boleh tahu. Karena itu mengarah pada
ria,” terang Lutfi. (SM.01)