Kota Bima, (SM).- Kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Kelurahan
Sambinae berakhir dengan kurang memuaskan. Sebagian orang tua peserta, terlebih
Qori dan Qoriah merasa dipermalukan saat pembagian hadiah juara. Pasalnya,
pemenang mata lomba Kaligrafi kategori Mushab, menerima hadiah amplop kosong
dari panitia.
Praktis, atas tingkah pongah panitia, mengundang kemarahan orang
tua peserta. Malam itu juga, tiga orang tua Qori dan Qoriah yang memenangi mata
Lomba Kaligrafi kategori Mushab melakukan protes. Bahkan salah satu orang tua
Qori, Bunyamin, menyerahkan uang pribadinya sebanyak Rp1,4 juta kepada panitia,
untuk dijadikan amplop hadiah peserta.
“Saking kesalnya, Pak Bunyamin malam itu sempat mengeluarkan uang
pribadinya kepada panitia untuk dijadikan hadiah, namun tak diterima oleh
panitia,” ujar Sofyan Hadi, salah seorang orang tua peserta yang menerima
amplop kosong, Kamis kemarin.
Sofyan mengaku, malam itu dia mengetahui hadiah amplop kosong
tersebut setelah diceritakan oleh anak dan isterinya. Saat itu juga dirinya
mendatangi panitia. Tiba di sana, orang tua peserta di mata lomba yang sama,
termasuk Pak Bunyamin lebih awal melakukan protes pada panitia. “Semalam itu
ribut. Kami orang tua merasa dipermainkan dengan dengan akhir penyelenggaraan
ini. Masa pemenang diberikan amplop kosong, kemana uang Rp44,9 juta dana untuk
penyelenggaraan MTQ tersebut,” tanyanya dengan nada kesal.
Saat melakukan protes pada panitia, dia melanjutkan, panitia hanya
bisa menjawab lalai dan mengaku tak ada mata lomba. Namun pihaknya tak
mempercayai alasan panitia, karena Kaligrafi kategori Mushab merupakan mata
lomba andalan Kelurahan Sambinae pada ajang yang lebih tinggi. Lagi pula, mata
lomba itu sudah mulai diikuti peserta sejak awal mulainya pelaksanaan MTQ
tingkat Kelurahan. “Kaligrafi kategori Mushab itu mata lomba inti, bukan mata
lomba tambahan atau hiburan. Ko’ bisa bisanya di beri hadiah ampol
kosong. Alasan mereka tak masuk akal,” sorotnya.
Sofyan menambahkan, hingga kini, dia dan dua orang tua peserta
pada mata lomba itu, belum menerima hadiah dari panitia. Tapi, hal itu tidak
menjadi persoalan besar mereka. Namun yang membuatnya merasa terusik, psikologi
anak mereka yang jatuh saat mengetahui anak mereka menerima ampolp kosong.
“Kasihan anak-anak Pak, psikologi mereka terganggu. Masa’
terima hadiah amplop kosong. Lantas dimana bentuk tanggungjawab panitia dalam
memotivasi anak-anak ini untuk tetap bisa berlomba dengan baik,” tambahnya.
Ketua Karang Taruna “Garuda” Kelurahan Sambinae, Ismail juga
menyoroti penggunaan anggaran dana MTQ setempat. Berdasarkan laporan ketua
panitia, jumlah dana dari Pemerintah Kota Bima untuk MTQ sebanyak Rp25 juta,
kemudian ditambah swadaya masyarakat hingga mencapai Rp44.900.000. Rincian
penggunaannya, sebanyak Rp25 juta untuk pembangunan arena, perlengkapan dan
lain-lain. Kemudian, Rp10 juta untuk hadiah, dan Rp5 juta untuk pembinaan Qori
Qoriah pada ajang yang lebih tinggi, selebihnya mereka tak mendapatkan laporan.
“Kami heran, penggunaan dana untuk biaya pembangunan arena MTQ,
perlengkapan dan lain-lain ko’ banyak sekali. Sedangkan hadiahnya sangat
sedikit, bahkan ada peserta yang menerima amplop kosong. Sangat berbeda dengan
penampilan panitia yang mampu membeli batik untuk seragam saat
penyelenggaraan,” ujarnya.
Karena dinilai banyak kesenjangan pada akhir penyelenggaraan,
Ismail mengaku bersama dengan anggota Karang Taruna lainnya akan meminta
pertanggungjawaban panitia. Bila perlu mereka akan mendesak sejumlah organisasi
internal Kelurahan untuk mengaudit penggunaan dana MTQ Kelurahan Sambinae.
Di tempat yang sama, Ketua RT 01 Kelurahan Sambinae, Adnan
membeberkan keluhan masyarakat mengenai patokan bantuan swadaya yang ditetapkan
panitia. Untuk suami isteri yang PNS saja, dipatok sebesar Rp250 ribu, yang
satu PNS sebesar Rp150 ribu, kemudian yang pensiunan PNS sebanyak Rp50 ribu dan
masyarakat umum sebesar Rp10 ribu.
“Minta sumbangan masyarakat bukan lagi atas kerelaan, tapi ditargetkan
sesuai status dan kondisi ekonomi. Bisa dibayangkan besarnya sumbangan dari
masyarakat, minus dana dari Pemerintah sebanyak Rp25 juta, hingga mencapai
Rp44.900.000,” urainya.
Kata dia, kendati penetapan sumbangan tersebut sudah menjadi
kesepakatan panitia dan LPTQ, tapi tidak boleh terkesan memaksa. Masih bagus
jika hadiahnya memuaskan peserta, tapi panitia malah memberikan amplop kosong
bagi sebagian peserta. “Tentu masyarakat mempertanyakan kemana dana sebanyak
itu,” tambahnya.
Amiruddin |
Namun setelah acara usai dan memasuki acara penyerahan hadiah, ada
perbedaan keputusan dari semula. Usai berkomunikasi dengan panitia, tim dari
Musabaqah mencoret mata lomba Kaligrafi kategori Mushab karena tak ada
pesertanya. “Malam itu, karena sudah diputuskan untuk di coret, untuk mata
lomba tersbeut akhirnya hanya diberikan hadiah amplop secara simbolis,”
ujarnya.
Ditanya alasan kenapa dicoret, padahal sejak awal ada peserta yang
mengikuti, bahkan di 10 RT yang ada di Kelurahan Sambinae? Amirudin menjawab
tidak mengetahui alasan Musabaqah. “Itulah yang menjadi persoalannya, kami juga
tidak tahu alasannya. Nanti akan coba kita tanyakan ke tim Musabaqah,” katanya.
Dia menyebutkan, jumlah nominal hadiah yang mestinya diterima tiga
pemenang pada mata lomba Kaligrafi kategori Mushab sebanyak Rp700 ribu. Karena
terjadi miskomunikasi, tiga pemenang tersbeut tetap akan diberikan hadiah.
Mengenai penggunaan dana, saat dimintai rincian, Amirudin tak
mampu menunjukannya. Dia mengaku Bendahara yang lebih tahu. Namun dana yang
terkumpul sebanyak Rp44.900.00 sudah digunakan sesuai hasil rapat dengan
panitia.
“Tentu kami akan mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran
tersebut. Lagi pula penggunaannya sesuai hasil rapat. Yakni sebanyak Rp25 juta
untuk pembangunan dan perlengkapan, kemudian Rp10 juta untuk hadiah, Rp5 juta
dikembalikan ke Kelurahan dan selebihnya digunakan untuk pengeluaran tak
terduga,” jelasnya. (SM.07)