Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

HTI Bongkar Motif Deradikalisasi

28 Mei 2012 | Senin, Mei 28, 2012 WIB Last Updated 2012-05-28T09:43:17Z
Pengurus Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) cabang Bima mengadakan diskusi tentang ‘proyek' deradikalisasi dengan tema “membongkar motif deradikalisasi” di Lesehan Putri Kota Bima, Ahad (27/5).(Foto: Firman SM)
Bima, (SM).- Pengurus Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) cabang Bima mengadakan diskusi tentang ‘proyek’ deradikalisasi dengan tema “membongkar motif deradikalisasi” di Lesehan Putri Kota Bima, Ahad (27/5).
Diskusi untuk yang pertama kali digelar di Bima dengan judul yang fantastis tersebut menghadirkan pembicara dari HTI pusat di Jakarta Haris Abu Ulya dan Al Maroky serta Amir JAT Wilayah Nusra Ustad Abdul Hakim.
Sebenarnya acara diskusi itu juga menghadirkan pembicara dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bima Ustad Abdurrahman Haris. Namun yang bersangkutan tidak hadir pada saat acara berlangsung. Belum diperoleh kepastian alasan ketidakhadirannya.
Animo peserta untuk menghadiri acara diskusi tersebut, sangat antusias. Sekitar 200-an orang menghadiri acara diskusi yang bernuansa islami. Peserta kebanyakan dari Jama’ah serta aktifis Islam.
Amir JAT Wilayah Nusra, Ustad Abdul Hakim dalam materi menyampaikan sejarah tentang kejayaan Islam. Mulai dari sejarah perjuangan Rasullullah SAW melaksanakan dakwah hingga penegakkan syari’at Islam. Sejarah penyebaran agama Islam oleh Rasullulah, selama 23 tahun melakukan dakwah. Selama perjuangkan penyebaran agama Allah tersebut, Rasul kerab mendapatkan tantangan dan rintangan dari yahudi dan nasrani.
Ustad Abdul Hakim menceritakan, selama 13 tahun Rasul di Mekkah, terusir dan teraniaya. Kemudian hijrah ke Madinnah. Saat hijrah tersebut, Rasul mendapatkan kejayaan, dengan kepemimpinan hingga kejayaan.
Sejarah tersebut kemudian diteruskan oleh dua orang sahabat. Selama kepemimpinan khilafah dan syariat Islam berjaya, kaum yahudi dan nasrani tertunduk sampai-sampai memohon ditelapak kaki muslimin.
Pada masa kejayaan khalifah Turki Ustmania tersebut, kisahnya, kaum yahudi meminta pada Sultan Abdul Hamid II untuk mendapatkan sejengkal tanah di Palestina. Sejengkal tanah yang diminta itu, untuk ditancapkan bendara yahudi.
Permintaan sejengkal tanah tersebut tidak secara gratis, dibarengi dengan 4 tawaran sekaligus. Diantaranya, tawaran pertama dengan imbalan 150 juta dinar emas, hutan-hutang Daulah Ustmani dibayar, akan dibangun pangkalan militer.
Namun Daulah ustmani saat itu tidak tergiur dengan tawaran kaum yahudi. “Ustmani menjawab, meski tubuhku dipotong-potong atau disayat-sayat, lebih aku sukai daripada kalian masuk di tanah Palestina,” kutipnya mengisahkan.
Selama massa penjajahan Belanda, lanjutnya, ada 4 Kerajaan yang paling ditakuti yakni, Kerajaan Banten, Kerajaan Gowa, Kerajaan Aceh serta Kerajaan Bima. “Empat kerajaan itulah yang jalankan Syari’at Islam,” kenangnya.
“Nenek-nenek kita kala itu memakai rimpu, kakek-kakek kita berjenggot. Saat itu para pendahulu melaksanakan Syari’at Islam. Muslimah kita hari ini banyak yang sudah memakai cadar,” kisahnya lagi.
“Tidak benar kalau Bima sarang teroris. Tapi yang benar, Bima adalah pejuang-pejuang untuk menegakkan pelaksanaan Syariat Islam,” sambungnya.
Pernyataan ustad Abdul hakim tersebut rupanya disepakati oleh dua pembicara lainnya. Masing-masing Haris Abu Ulya dan Al Maroky mengatakan. “Bima bukan sarang teroris, tapi Bima adalah pejuang penegakkan Syari’at Islam,” ucap mereka. (SM.06)
×
Berita Terbaru Update