Bima,
(SM).-
Pengurus Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) cabang Bima mengadakan diskusi tentang
‘proyek’ deradikalisasi dengan tema “membongkar motif deradikalisasi” di
Lesehan Putri Kota Bima, Ahad (27/5).
Diskusi
untuk yang pertama kali digelar di Bima dengan judul yang fantastis tersebut
menghadirkan pembicara dari HTI pusat di Jakarta Haris Abu Ulya dan Al Maroky
serta Amir JAT Wilayah Nusra Ustad Abdul Hakim.
Sebenarnya
acara diskusi itu juga menghadirkan pembicara dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Bima Ustad Abdurrahman Haris. Namun yang bersangkutan tidak hadir pada
saat acara berlangsung. Belum diperoleh kepastian alasan ketidakhadirannya.
Animo
peserta untuk menghadiri acara diskusi tersebut, sangat antusias. Sekitar
200-an orang menghadiri acara diskusi yang bernuansa islami. Peserta kebanyakan
dari Jama’ah serta aktifis Islam.
Amir
JAT Wilayah Nusra, Ustad Abdul Hakim dalam materi menyampaikan sejarah tentang
kejayaan Islam. Mulai dari sejarah perjuangan Rasullullah SAW melaksanakan dakwah
hingga penegakkan syari’at Islam. Sejarah penyebaran agama Islam oleh
Rasullulah, selama 23 tahun melakukan dakwah. Selama perjuangkan penyebaran
agama Allah tersebut, Rasul kerab mendapatkan tantangan dan rintangan dari
yahudi dan nasrani.
Ustad
Abdul Hakim menceritakan, selama 13 tahun Rasul di Mekkah, terusir dan
teraniaya. Kemudian hijrah ke Madinnah. Saat hijrah tersebut, Rasul mendapatkan
kejayaan, dengan kepemimpinan hingga kejayaan.
Sejarah
tersebut kemudian diteruskan oleh dua orang sahabat. Selama kepemimpinan
khilafah dan syariat Islam berjaya, kaum yahudi dan nasrani tertunduk
sampai-sampai memohon ditelapak kaki muslimin.
Pada
masa kejayaan khalifah Turki Ustmania tersebut, kisahnya, kaum yahudi meminta
pada Sultan Abdul Hamid II untuk mendapatkan sejengkal tanah di Palestina.
Sejengkal tanah yang diminta itu, untuk ditancapkan bendara yahudi.
Permintaan
sejengkal tanah tersebut tidak secara gratis, dibarengi dengan 4 tawaran
sekaligus. Diantaranya, tawaran pertama dengan imbalan 150 juta dinar emas,
hutan-hutang Daulah Ustmani dibayar, akan dibangun pangkalan militer.
Namun
Daulah ustmani saat itu tidak tergiur dengan tawaran
kaum yahudi. “Ustmani menjawab, meski tubuhku dipotong-potong atau
disayat-sayat, lebih aku sukai daripada kalian masuk di tanah Palestina,”
kutipnya mengisahkan.
Selama
massa penjajahan Belanda, lanjutnya, ada 4 Kerajaan yang paling ditakuti yakni,
Kerajaan Banten, Kerajaan Gowa, Kerajaan Aceh serta Kerajaan Bima. “Empat
kerajaan itulah yang jalankan Syari’at Islam,” kenangnya.
“Nenek-nenek
kita kala itu memakai rimpu, kakek-kakek kita berjenggot. Saat itu para
pendahulu melaksanakan Syari’at Islam. Muslimah kita hari ini banyak yang sudah
memakai cadar,” kisahnya lagi.
“Tidak
benar kalau Bima sarang teroris. Tapi yang benar, Bima adalah pejuang-pejuang
untuk menegakkan pelaksanaan Syariat Islam,” sambungnya.
Pernyataan
ustad Abdul hakim tersebut rupanya disepakati oleh dua pembicara lainnya.
Masing-masing Haris Abu Ulya dan Al Maroky mengatakan. “Bima bukan sarang
teroris, tapi Bima adalah pejuang penegakkan Syari’at Islam,” ucap mereka. (SM.06)