Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Wamen Meninggal Sebelum Sampai Kaldera Tambora

23 April 2012 | Senin, April 23, 2012 WIB Last Updated 2012-04-23T03:33:13Z

Dompu, (SM).- Wakil Manteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Prof. Widjajono Partowidagdo meninggal dunia saat melakukan pendakian gunung berapi Tambora Sabtu (21/4) meliwati jalur Doro Peti Kecamatan Pekat.

Ibnu Kaldun S.Sos warga Dompu yang ikut mendaki Tambora bersama rombongan itu, ditemui di kediamannya Ahad (22/4) menuturkan, Wamen gagal sampai ke kaldera Tambora. Pasalnya, pejabat negara tersebut mengalami kondisi kritis sekitar 50 meter dari lokasi kaldera.
Sumber berita dari salah satu stasiun televisi swasta menyebutkan bahwa Wamen  menghembuskan nafas terakhir saat berada di Pos 1  kawasan Tambora.
Beda halnya dengan keterangan Ibnu Khaldun. Menurutnya, Wamen meninggal dalam perjalanan evakuasi di pertengahan Pos 3 dan Pos 2. Sebab di lokasi itu, denyut nadi Wamen sudah terhenti. Dari mulai proses evakuasi saya memeriksa denyut nadi Wamen. Awalnya ada tapi lamban. Namun di pertengahan Pos tiga dan Pos dua, denyut nadinya sudah tak ada lagi, terangnya.
Ibnu Khaldun menjelaskan, Wamen tiba dengan rombongannya di lokasi pendakian pada Jum’at Sore. Dosen ITB ini  datang menggunakan mobil pribadi  Kepala Dinas Pertambangan Kabupaten Bima. Tak ketinggalan, Kabid Pertambangan Dompu dan dua orang stafnya, dua orang kru TV One, serta Abdul Haris Kepala Kantor Fulkanologi Tambora ikut dalam ekspedisi tersebut. Jumlah peserta pendaki Tambora mencapai 22 orang, katanya.
Tim mulai melakukan pendakian pada sore itu juga dengan menggunakan tiga unit kendaraan roda empat. Wamen dari Pos 1 ke Pos 2 menumpangi mobil Kadis Pertambangan Bima. Tim sampai di Pos dua sekitar pukul 17.00 Wita, ungkapnya.
Namun  di pertengahan Pos 2 dan Pos 3, mobil tumpangan Wamen tak dapat melanjutkan pendakian karena mengalami gangguan akibat medan yang berat berupa pasir dan bebatuan. Keadaan demikian, kata pria yang akrab disapa Adun memaksa Wamen ganti mobil. Dia menaiki mobil Hartop yang ditumpangi sumber ini yang dikendarai Andi staf Bagian Hukum Setda Dompu. Laju kendaraan kami tidak mengalami hambatan hingga di Pos 3. Kami sampai sekitar pukul sekitar pukul 20.15 Wita, akunya.
Karena sudah malam, Tim memilih bermalam di Pos 3. Wamen sempat diwawancarai oleh wartawan TV One Salam, beberapa menit.  Sedangkan yang anggota Tim yang lain sibuk membangun tenda. Sehabis diwawancarai, Wamen beristirahat dan satu tenda dengan  Kadis Pertambangan Bima. Suhu pada malam itu sangat dingin. Dia sempat melihat muka Wamen tampak pucat seperti orang yang kelelahan. Sebelum dia istirahat saya dan salah satu staf Wamen sempat memijat tubuh kaki Wamen. Soalnya dia mengeluh kakinya keram, urainya.
Sekitar pukul 04. 30 Wita,  Tim pun bersiap – siap menuju puncak kawah Tambora dengan berjalan kaki karena medannya cukup terjal sehingga tak bisa dilalui kendaraan. Jarak tempuh antara Pos 3 ke Kaldera diperkirakan mencapai 1 KM lebih, katanya.  
Dalam perjalanan menuju kaldera, Ibnu Khaldun bersama Abdul Haris dan dua orang staf Wamen jalan beriringan. Cuaca kala itu cerah dan tak ada kabut. Wamen selalu mengeluh kelelahan. Dia hampir puluhan kali beristirahat. Sayangnya tak ada satupun tenaga kesehatan yang ikut dalam rombongan. Bahkan persediaan obat – obatan pun tak maksimal. Yang ada hanya sebotol minyak cengkeh dari peserta. Wamen sempat minta balsem, tapi tak ada yang bawa. Yang ada hanya minyak cengkeh. Hanya itu yang diolesin pada bagian tubuh Wamen yang sakit, ujarnya lagi.
Jarak sekitar 50 meter sebelum kaldera, Wamen tak berdaya untuk melanjutkan pendakian. Dia diawali kejang – kejang dan sesak nafas. Itu terjadi sekitar pukul 08.00 Wita. Melihat kondisi Wamen memburuk, Tim memutuskan untuk menghentikan perjalanan menuju kaldera dan harus turun mengevakuasi Wamen. Dirinya memerintahkan Andi untuk mengambil tiang bendera di atas kawah Tambora. Tiang itu dipatahkan menjadi dua bagian, guna menandu Wamen. Sedangkan kain sarung dari para anggota Tim. Jam 9 pagi saya mengirim SMS kepada Bupati Dompu dan meminta bantuan supaya Wamen segera dievakuasi, katanya.
Sementara Abdul Haris, bersusah paya menghubungi Tim Orari agar menyebarkan kabar tentang keadaan Wamen. Namun sayang, meski nyambung tapi para pegiat Orari tak percaya dengan berita itu. Malah mereka bermain – main. Jam 11.30 wita kami mendapat kabar bahwa bala bantuan helikopter Newmont tiba di Tambora. Tapi mereka tak bisa mendarat di pos 3 karena kabut tebal. Karenanya heli kopter menunggu di Pos 1, katanya.
Proses evakuasi terhadap Wamen menuju Pos 3 memakan waktu yang cukup lama. Disamping kabut sudah mulai muncul, stamina anggota Tim pun tak normal sehingga mereka sering beristirahat. Proses evakuasi memakan waktu lama karena kabut tebal”, cetusnya.
Sampai di Pos 3 Wamen dinaikan ke mobil hartop yang dikendarai Andi. Dimana dirinya bersama dua orang crew TV One ikut satu mobil dengan Almarhum. Tubuh Wamen diletakkan di atas tas – tas yang tertata. Mereka sampai ke Pos 1 sekitar pukul 16.15 Wita.
Sementara dua orang dokter yakni 1 orang dokter dari Puskemas Doro Peti dan doker dari Newmont 1 orang tengah menunggu. Dari hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa Wamen telah meninggal dunia.
Sore itu juga jazat Wamen diterbangkan menggunakan heli kopter Newmont menuju Denpasar Bali. (SM.15)   
×
Berita Terbaru Update