Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Surat Politik yang Menghebohkan

09 April 2012 | Senin, April 09, 2012 WIB Last Updated 2012-04-09T14:47:42Z

oleh: Wahyudinsyah
Surat yang dilayangkan kalangan tertentu kepada masyarakat kota bima, tidak saja menarik diperbincangkan masyarakat Kota Bima sebagai obyek surat, namun juga sangatlah eksotik bila di lihat dari kacamata komunikasi politik, mengingat isi surat tersebut tidak lain adalah menceritakan kapasitas, hingga prestasi selama H. Qurais menjabat sebagai orang nomor wahid di Kota Bima.

Tidak semua orang bisa melakukan itu, mengingat sepanjang pencalonan bupati atau walikota bima bahkan mungkin seantero negeri, tidak pernah dilakukan hal demikian, mengingat keterbatasan informasi yang bisa kita peroleh untuk hal demikian. Namun surat tersebut telah menjadi “blunder Politik” bagi H. Qurais sendiri. Dalam bantahan yang diungkapkannya di sejumlah media lokal di Kota Bima, ia tidak mengakui beredarnya surat tersebut adalah ulah dirinya, karena ia belum memastikan akan masuk bursa pencalonan Walikota atau tidak.
Faktanya, surat tersebut adalah aktualisasi hak politik seorang warga negara yang kebetulan sedang menjabat Walikota Bima, namun besar kemungkinan adalah memasarkan inisiatif, gagasan dan isu-isu politik H.Qurais selama periode kepemimpinnya. Secara normatif, tidak ada yang dilanggar dalam marketing politik sang Walikota sebagai icon dalam surat tersebut, setidaknya ada tiga hal yang bisa di kutip.
Pertama Meneguhkan Eksistensi, mengingat keterbatasan orang mengakses informasi terhadap prestasi dari sang walikota selama menjalankan pemerintahannya. Ia hanya menegaskan apa yang akan dilakukannya nanti akan lebih baik dari sekarang, atau minimal mempertahankan program yang menjadi brand yang telah ada. Hal ini disadari atau tidak adalah kelemahan dari keterbatasan sumber daya publikasi di daerah. Meski ada sejumlah media cetak dan elektronik, itu tidak begitu ampuh. Karena tidak semua orang dapat mengakses informasi tersebut. Misalnya koran, di Kota Bima dalam menyediakan berita, afiliasi politik media sangat cepat diketahui pubik, baik dari jurnalisnya atau dari ouwner-nya. Qurais menyadari bahwa, pemilih tradisionil pasti tidak mendapatkan akses yang luas tentang prestasinya, maka tidak kurang dari 800 surat dilayangkan kepada sejumlah orang yang memang di anggap bisa menjadi broadcast (penyiar) gratis kepada masyarakat luas.
Kedua Marketing politik, mungkin saja dalam sejumlah item kue yang menjadi jajanan politik yang dipaparkan sejumlah tokoh yang ada dalam surat tersebut ada yang menjadi fokus ekspektasi publik dan menjadi sentimen publik. Karena mungkin saja dalam sejumlah aspek program yang dijalankan Walikota selama ini terlalu banyak program atau masih bercampur dengan program yang pernah dijalankan pendahulunya, sehingga dibutuhkan yang benar-benar fokus asli buah ide dan pikiran kritis Qurais. Bisa pula mendapatkan masukan berharga dari pemerhati politik lokal, atau memancing komentar-komentar tokoh lain yang ingin mencalonkan diri, sehinga menimbulkan komentar beragam, baik membandingkan program, atau membandingkannya dengan kemampuan dan popularitas tokoh lain termasuk Wakil Walikota sendiri, hal ini nantinya akan menjadi Daftar Infentaris Masalah (DIM) yang akan dikalkulasikan secara hukum matematika politik atau teori psikologi masa. Dari sisi ini marketing politik Qurais berada pada arash yang benar, karena telah mampu melempar “bola panas” ke tengah publik.
Ketiga Purifikasi Politik, cara ini adalah mainan baru dan sangat ilmiah bagi kaum akademis dan golongan idealis dalam memperjuangkan hak-hak dalam berpolitik kelak. Mengingat cara ini sangat memberikan output yang mewabah dan menular pada segenap lapisan masyarakat sebagai konstituen. Tentu ini tidak sembarang orang dapat melakukannya dan memiliki efek bias yang tinggi terhadap segala lapisan. Baik untuk partai politik sebagai kendaraan dalam politik termasuk didalamnya mahar dan cos politik, golongan yang seharusnya idealis yang bukan partisan sehingga harus obyektif, penyelenggara yang obyektif, hingga masyarakat sebagai ujung tombak sekaligus pemilik, pengelola dan penikmat hasil politik. Hal ini didasari dengan dua hal utama yang ada dalam diri Qurais, yakni Qurais awalnya bukan orang Parpol (meski sekarang sudah punya) dan masih minim pengalaman dalam mengelola parpol secara ekternal dan internal. Ini terbukti saat dirinya terpental dari pemilihan menjadi ketua Golkar Kota melawan Ketua DPRD Kota Bima. Selanjutnya Qurais bukan Birokrat, karena dalam Birokrasi itu cenderung budaya Paternalistik (kebapakan) yakni hormat atau berterima kasih pada atasan yang dapat memberikan jabatan basah atau dingin. Langkah ini akan mengurangi permainan tidak fair dalam merebut EA 1, seperti pemamfaatan birokrasi dan black campaign.
Blunder
Menariknya lagi, bersurat semacam ini menunjukkan bahwa, sejumlah kalangan terpelajar yang inovatif tentu berada dibaliknya. Bukan golongan oportunis yang hanya pandai “stor muka” dan menjadi pembisik yang tidak obyektif dan cenderung menghasut kala berada di lingkaran kekuasaan. Nampaknya style politik Bima berubah kejawen (kejawa-jawaan). Disinilah belum terkoneksinya pandangan kejawen yang pekewuh (hau ade) dengan karakter bima yang blak-blakan. Pekewuh (hau ade) untuk mengungkapkan keinginan untuk masih tetap berkuasa padahal sebenarnya masih ada kemungkinan, yang mana surat itu ia bantah dalam rentan waktu yang sangat pendek.
Sebenarnya bersurat semacam ini akan memberikan nilai bargaining yang mahal bagi Qurais jika saja dapat mengelolanya dengan baik. Positioning-nya sudah pas berdasarkan rentan waktu  pemilu yang lebih dari satu tahun. Isu ini harusnya mengantar Qurais sebagai Single Fighter yang tangguh layaknya raja hutan, di dengar saja suaranya menakutkan apalagi menjadi lawan. Namun hal tersebut membalikkan keadaan, seakan-akan Qurais adalah sosok yang kaku dalam menanggapi resistensi publik yang beragam.
Adapun pendapat yang mengatakan curi start, secara politik incumbent  dimanapun itu, selalu curi start karena kewenangan dan kekuasaannya. Sedangkan pendapat yang mengatakan agar di kenal masyarakat adalah pendapat yang keliru secara akal sehat, karena tidak ada satu orang dewasapun warga Kota Bima yang sehat jasmani dan rohani  yang tidak mengenal wajah apa lagi nama Walikotanya.
Sebenarnya, hal tepat yang harus dilakukan Qurais adalah membiarkan isu itu menjadi “bola liar”, mengingat faktanya surat tersebut tidak atas nama Qurais pribadi dan lagi pula tidak menyudutkan dirinya. Tidak seharusnya di bantah atau mengingkari dengan lantang, karena itu telihat seakan-akan mementahkan langkah besar yang telah dilakukan oleh penyebar surat tersebut. Karena sudah sering Qurais sendiri berstatement bahwa dirinya tidak akan ikut dalam bursa Cawali berikutnya, akan tetapi statement tersebut akan tereliminasi oleh tingginya ekspektasi publik terhadap diri Qurais jika tidak buru-buru membantah langkah progresif kalangan tertentu dengan bersurat itu.
Artinya setengah jalan yang di lalui Qurais sudah tidak berarti apa-apa lagi di mata publik, karena Qurais terlihat berperan antagonis berdasarkan statement bantahannya terhadap surat terebut yang sebenarnya mengangkat dirinya secara tidak langsung. Kedepannya Qurais harus dengan cara progresif lagi untuk menggugah publik jika dirinya masih punya hasrat politik. Seandainya ia membiarkan isu dalam surat tersebut menjadi santapan publik hingga basi, tinggal di tambah dengan bumbu atau isu baru agar lebih variatif dan modis dalam mengemas isu, sehingga nama Qurais dalam pengemas wacana tetap awet dan akan berjalan di atas angin. Sehingga tujuan utama dari tiga aspek yang saya kaji diatas dari penebar surat dapat terwujud.
Atau bisa jadi Qurais berspekulasi, karena ia sudah menancapkan pengaruh terhadap masyarakat kota Bima dan benar-benar tidak ikut nyalon, kemudian mengalihkan dukungannya pada orang yang ia restui, Sementara dirinya hanya menjadi dalang di balik layar. Wallahualam bissawab.
Penulis. Ketua BEM STIH 2008, Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), anggota Forum Mahasiswa Pascasarja Surakarta NTB (Forms Surakarta-NTB). Sedang menempuh Pascasarjana F,Hukum UMS.
×
Berita Terbaru Update