Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Stock Obat Habis, Pasien Jamkesmas Kesulitan

09 April 2012 | Senin, April 09, 2012 WIB Last Updated 2012-04-09T14:46:22Z

Pasien Jamkesmas RSUD Bima kembali merasa disulitkan dengan ketiadaan persediaan obat. Antisipasinya, pasien miskin harus membeli obat di luar RSUD. Nampak pada gambar, salah seorang pasien miskin yang juga pernah membeli obat diluar RSUD Bima sedang dirawat petugas setempat. (Foto: Bin SM)
Bima, (SM).- RSUD Bima sudah dari dulu melayani pengobatan pasien yang menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Namun, pasien miskin yang memiliki kartu tersebut acapkali dibebani dengan pembelian obat. Pihak RSUD Bima yang mestinya menyediakan kebutuhan obat untuk pasien Jamkesmas, namun seringkali menyuruh pasien membeli obat di luar RSUD Bima.

Selama beberapa hari terakhir ini saja, sedikitnya ada sekitar delapan orang pasien miskin yang membeli obat. Berdasarkan data yang diperoleh Koran ini dari petugas setempat, delapan orang pasien itu masing-masing, Yayat yang dirawat di Sal Bedah, membeli obat pethidine, kemudian Fatmawati, Rosnawati, Siti Masita, Nurahmi, Siti Rahmawati, Asmiati yang dirawat di Kamar Bersalin  (KBR)  juga membeli obat yang sama. Demikian juga Haerudin yang dirawat di sal bedah. Dan yang terakhir, kemarin pagi, pasien atas nama Hidayatullah membeli obat jenis Diasepam dan SA di luar Apotek RSUD Bima.
Pembelian obat tersebut, menurut pengakuan salah seorang petugas RSUD Bima yang tidak ingin dikorankan namanya itu, tentu tidak diperbolehkan. Karena, RSUD Bima yang sudah menerima layanan pasien Jamkeksmas, tidak boleh menyuruh pasien miskin membeli obat. “Di RSUD Bima tidak boleh terjadi kekurangan obat untuk pasien Jamkesmas. Negara sudah menanggung semua biaya pengobatan untuk semua pasien miskin. Jadi tak ada alasan perawat atau dokter menyuruh pasien miskin membeli obat diluar,” tegasnya.
Kendati harganya tergolong murah, lanjut dia, bukan berarti cara dan prilaku menyuruh pasien miskin membeli obat diluar harus dibiasakan. Karena, kebutuhan membeli obat seperti SA, Diasepam atau pethidine tidak hanya sekali dua kali di beli dalam sehari. “Kalau sehari-hari obat semacam itu terus dibeli. Mereka (pasien miskin) dapat uang dari mana. Pihak RSUD Bima harus segera mengatasi persoalan ini, kasihan mereka yang miskin,” tambahnya.
Di Sal Bedah Wanita, Nurhidayah warga Kelurahan Rite dan orang tua pasien Kaharudin mengaku pernah membeli obat di luar RSUD Bima. Nurhidayah mengaku pernah sekali membeli obat seharga Rp20 ribu. Sedangkan Kaharudin, diakuinya pernah membeli obat seharga Rp100 ribu untuk kebutuhan operasi kencing batu anaknya.
Direktur RSUD Bima, dr. Hj. TIni Wijanari yang ditemui diruangannya mengaku kaget dengan masalah tersebut. Malah dirinya balik bertanya pasien miskin mana yang membeli obat di luar. Setelah Koran ini menunjukan data nama pasien, Tini justru berdalih, jika pasien membeli obat, pihak RSUD Bima akan menggantinya. “Biasanya nanti setelah mereka keluar dari RSUD Bima, kepala Ruangan setempat akan mengurus semua kwitansi pembelian obat pasien Jamkesmas. Kemudian, uang akan diganti,” ujarnya.
Menjawab adanya kekurangan obat, sehingga pasien miskin membeli di luar RSUD Bima, menurut Tini karena dari pabrik juga mengalami kekosongan. Sehingga pihaknya kesulitan mencari jenis obat yang dimaksud. “Biasanya pada bulan-bulan tertentu jenis obat seperti itu juga kehabisan stock. Kendati harganya sangat murah, tapi jarang bias di dapat,” tambahnya. (SM.07)


×
Berita Terbaru Update