Siapa yang sangka Wakil Mentri ESDM Widjajono Partowidagdo meninggal dalam dekapan pesona gunung Tambora, dengan membawa sejumlah impian diantaranya ingin menggalang dana untuk memperbaiki kerusakan jalan di Kecamatan Pekat sepulang dari pendakian.
Oleh: Dedi Suryadi Dompu
Oleh: Dedi Suryadi Dompu
PASCA Wamen meninggal, mengumbar berbagai macam cerita dari orang – orang yang pernah bercengkarama dengannya. Wamen tiba di Dompu pada Jum’at (20/4) pagi. Kedatangannya dalam rangka perjalanan pribadi yaitu mendaki gunung Tambora.
Gunung yang terkenal dengan letusan terdhasyat pada tahun 1518 itu, rupanya telah menggrogoti dan menantang adrenalin pejabat negara yang memang hobi memanjat gunung ini untuk menaklukannya.
Menurut kisah Kepala Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan (Diskoperindagtamben), H.Khaerul Insyan SE,MM kepada media ini, sebelum menuju Tambora, Wamen pernah mengutarakan keinginananya menggalang dana dari para donatur di Jakarta guna memperbaiki kondisi jalan di wilayah Pekat.
Wamen memang sangat prihatin dengan kerusakan jalan yang menghubungan para pegiat panjat gunung menuju obyek wisata Tambora. ‘’Wamen pernah bertanya sama saya, pak Ihsyan berapa biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki jalan di Kecamatan Pekat. Saya bilang puluhan miliar. Wamen mengatakan akan berusaha menggalang dana sepulang dari Dompu,’’kata Khaerul Insyan kepada Suara Mandiri.
Tambahnya, melihat pesona Tambora yang dikorelasikan dengan sejarahnya, Wamen teramat kagum. Bahkan Dosen ITB setiap kali menyebut nama Tambora, selalu bernada optimis. Katanya Tambora akan menjadi obyek wisata yang paling banyak diminati para wisata domestik maupun manca negara. “Dia bilang Tambora akan bangkit sebagai obyek wisata yang paling di idolakan, “tiru Khaerul Insyan.
Namun impian Wamen terhadap Tambora tak kesampaian, karena dia terlalu cepat dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa. Meski demikian Khaerul Insyan berharap masih ada orang yang peduli terhadap Tambora dan melanjutkan cita – cita mulia Wamen.
Pemberitaan sebelumnya Wamen meninggal dunia pada posisi sekitar 50 meter sebelum mencapai kaldera Tambora saat melakukan pendakian bersama 23 orang tim. Pihak bersama Wamen kala itu diantaranya Kepala Dinas Pertambangan Bima, Kabid Pertambangan Dompu, Kepala Fulkanologi Tambora dan para peminat lainnya. Kuat dugaan Wamen meninggal akibat kelelahan. (**)Namun impian Wamen terhadap Tambora tak kesampaian, karena dia terlalu cepat dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa. Meski demikian Khaerul Insyan berharap masih ada orang yang peduli terhadap Tambora dan melanjutkan cita – cita mulia Wamen.