Guru-guru Tagih Janji Bupati
Bima, (SM).- Janji Bupati
Bima H. Ferry Zulkarnain ST untuk memberikan bantuan rehab 3 Ruang Kelas
Belajar (RKB) dan ruangan Laboratorium SMPN 2 Lambu yang rusak parah karena
dimakan usia dipertanyakan kembali oleh guru-guru setempat. Pasalnya janji
tersebut hingga kini belum terrealisasi, padahal janji Bupati itu diungkapkan saat melakukan
kegiatan Bulan Bakti Gotong Royong (BBGR) di Desa Kaleo, maupun saat BBGR di
Desa Rato Kecamatan Lambu, sebelum Pemilukada lalu.
Kepala
SMPN 2 Lambu, Muhamad Saleh, S.Pd melalui Wakaseknya Drs Ruslin yang ditemui di
ruang kerjannya, Kamis kemarin mengatakan, tiga RKB dan ruangan
laboratorium yang dibangun tahun 1995 lalu itu sudah rusak parah dan
tidak layak sebagai sarana belajar karena di khawatirkan akan membahayakan siswa.
Kata
dia, untuk mengatasi sistem KBM, pihaknya terpaksa membuat kelas gemuk dengan
menggabungkan jumlah siswa dalam satu kelasnya yang mencapai 41 orang. Kondisi
ini tentu para siswanya berdesak-desakan saat menerima mata pelajaran. “Ini
kami lakukan sudah bertahun-tahun, padahal normalnya dalam satu kelas hanya
berisi 28 orang”, urainya.
Dijelaskannya,
jumlah siswa SMPN 2 Lambu 446 orang, terdiri dari kelas tiga 146 orang,
kelas dua 136 orang dan kelas satu 158 orang, sedangkan guru PNS 15
orang, GTT 15 orang dan guru honda 7 orang.
“Dengan
banyaknya siswa tersebut tidak sebanding dengan jumlah guru yang mengajar, dan
5 orang guru yang dimutasi karena menjadi kepala sekolah dan menjadi guru di
sekolah lain belum ada gantinya sampai saat ini“, terang Ruslin.
Menurut
Ruslin, guna mendapatkan bantuan rehab, pihaknya setiap tahun mengajukan
proposal kepada Bupati Bima dan Bupati Ferry sendiri pada saat melakukan
kegiatan BBGR di Desa Kaleo dan Rato Kecamatan Lambu telah berjanji akan
memberikan bantuan rehab SMPN 2 Lambu, namun kenyataannya sampai saat ini belum
ada realisasinya.
“Sekolah
lain seperti SMPN 6 Lambu, SMPN 3 dan SMPN 4 Lambu yang baru dibangun saja
sudah dapat bantuan dari Bupati, padahal sekolah tersebut baru dibangun lalu
direhab. Sementara SMPN 2 Lambu yang rusak parah tidak diperhatikan”,
sentilnya.
Lanjutnya,
volume penerimaan siswa tiap tahun di SMPN 2 Lambu juga meningkat antara 30
sampai 40 orang pertahun kendati ada MTs Ulil Albab di Desa Simpasai, namun
siswa yang asal Simpasai-Lambu lebih cenderung masuk SMPN 2 Lambu, namun
tidak dibarengi dengan perbaikan fisik bangunan yang rusak. “Sekolah kami
seolah-olah dianak-tirikan oleh Pemerintah Kabupaten Bima”, keluhnya.
Ia
mengharapkan pada Bupati Bima untuk memberikan bantuan rehab SMPN 2 Lambu
karena RKBnya tidak layak dijadikan sarana belajar siswa sebab membahayakan
keselamatan siswa dan guru yang sedang mengajar, apalagi gedungnya sudah retak
dan lapuk karena dimakan usia, atapnya dimakan rayap dan tidak mempunyai
meubeler untuk sarana belajar.
“Kami
juga minta menempatkan guru kesenian, guru mulok dan guru TIK, sebab di sekolah
kami tidak ada guru yang dimaksud”, pintanya.
Lebih
lanjut Ruslin menambahkan, terkait dengan pentaan lingkungan sekolah, SMPN 2
Lambu memiliki penataan lingkungan cukup indah, dengan lingkungan yang asri
dapat memberikan kesejukan pada siswa yang sedang belajar, sehingga dengan
sendirinya siswa merasa betah untuk belajar di sekolah dan mudah menyerap mata
pelajaran. (SM.13)