Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

OPINI

25 April 2012 | Rabu, April 25, 2012 WIB Last Updated 2012-04-25T03:11:33Z
Menanti Asrama Mahasiswa Kota Bima di Malang

Oleh: Adinul Yaqin
      
ADALAH sebuah keharusan bagi setiap organisasi mana pun dalam kehidupan bermasyarakat untuk memiliki visi-misi, plat form, orientasi, tujuan, target, sasaran dan lain sebagainya. Dalam konteks tersebut adalah organisasi kemahasiswaan dalam hal ini Ikatan Mahasiswa Kota Bima (IMKOBI) Malang sebagai subnya terkecil dari lembaga yang masih tetap eksis dan konsisten untuk menjawab tantangan zaman dengan arah geraknya jelas dan terarah, maka perlu mengambil langkah-langkah kongkrit yang konstruktif untuk menterjemahkan ide-ide solutifnya sebagai orientasi dari tujuannya yang ingin dicapai, yakni dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai kemanusiaan, sosial dan tentunya untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakanya, baik kelompok internal organisasi itu sendiri maupun masyarakat luas khusunya masyarakat  Kota Bima yang berada di Malang maupun yang berada di  Kota Bima. Langkah ini diambil semata-mata untuk kemaslahatan ummat sebagaimana arah gerak dan tujuannya yang ingin dicapai.

Terlepas nilai-nilai dasar yang ingin dibangun di atas tersebut. Sebuah organisasi kemahasiswaan dalam hal ini IMKOBI yang berada di Malang selalu bahkan tidak bisa lepas dari persoalan-persoalan, baik persoalan internal yang menyangkut manajemen-administratif dan kepemimpinan. Pada problem eksternal seperti persoalan fenoman sosial, politik, ekonomi, pendidikan, budaya dan lain sebagaianya adalah hal yang perlu dan harus ditanggapi oleh IMKOBI bukan dengan kaca mata kuda tapi lebih dari itu, yaitu dengan menggunakan kaca atau perspektif yang ilmiah. Dua hal inilah yang menjadi agenda yang harus diselesaikan oleh IMKOBI sebagai representasi dari masyarakat Kota Bima yang berada di luar tentunya.
Fenomena yang tidak dapat dihindari baik oleh organisasi, personal dan tentunya oleh kita semua adalah persoalan mainstream atau ideology budaya global –sebuah ideologi yang menekankan pada pemerataan atau bebas nilai antara individu, kelompok, bangsa, negara, dan geografis- yang beberapa tahun terakhir telah menjelma seperti Tuhan di masyarakat kita khususnya di kalangan generasi muda di Kota Bima. Kondisi inilah yang mulai merambati lumpuhnya kesadaran dan nalar disegala dimensi kehidupan generasi muda akan akar nilai luhur yang telah diwariasi oleh nenek moyang kita pada generasi muda.
Keterjebakan kaum muda yang mendapat posisi sebagai mahasiswa telah mejadi fenomena tersendiri dalam masyarakat kita dewasa ini. Untuk itulah, dengan adanya dekadensi nilai moral yang kian hari kian keropos, maka perlu ada langkah-langkah kongkrit yang solutif dan konstruktif tentunya untuk membenahi kondisi tersebut yakni dengan mengembalikan kembali nilai-nilai luhur yang telah diwarisi oleh nenek moyang terdahulu yang pada hari ini telah ditinggalkan. Salah satunya adalah nilai seni dan budaya. Nilai inilah yang menjadi jawaban atas keterjebakan generasi kita hari ini, artinya masyarakat di ajak untuk bangga dengan hasil karya daerahnya sendiri.
Kita ketahui bersama, Kota Bima adalah satu dari sekian daerah yang cukup memiliki nilai-nilai warisan budaya yang tidak kalah tingginnya dengan daerah lain, seperti seni dan sastra yang bersifat lisan maupun tulisan, yang sekarang mulai sedikit-demi sedikit terkikis. Maka inilah yang menjadi salah satu menjadi tangung jawab kita bersama untuk membangun Kota Bima pada ranah budaya. Upaya penetrasi negara maju pada negara berkembang seperti Indonesia , maka mau tidak mau Kota Bima sebagai  bagian dari Indonesia pasti mengalami konsekuensi logis dari upaya tersebut. Pada sisi lain ketetundukan negara ini pada negara maju, yang berujung pada dikeluarkannya regulasi-regulasi dan sederetan produk kebijakan dan undang-undang kesemuanya tidak menguntungkan masyarakatnya.
Prinsip negara ini yang tidak jelas, akan dibawa ke mana bangsa ini, sampai sekarang belum terjawab. Maka kearifan lokal adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh negara untuk menjawab persoalan negara dan budaya global tersebut.
Menggali kembali nilai-nilai luhur tersebut adalah keharusan, baik oleh generasi muda maupun masyarakat Kota Bima pada umumnya di manapun itu berada, langkah ini sebagai upaya untuk memposisikan bangsa (daerah) Kota Bima di mata daerah lain dan dunia lain bahwa kita mampu dan sama seperti yang lain memiliki nilai budaya. Untuk itulah, kepengurusan IMKOBI Malang mencoba mengambil langkah-langkah dengan mengambil kembali luhur ke-Bima-an pada entitas dasar peradabannya seperti dahulu yang sekarang mulai terkikis oleh kuatnya budaya global dan keroposnya internalisasi nilai budaya Kota Bima yang ada pada generasi muda (mahasiswa Kota Bima di Malang) dan masyarakat Kota Bima pada umumnya. Tanpa menggali kembali nilai ini sangat mustahil kita (masyarakat Kota Bima) akan temukan warisan-warisan luhur pada generasi yang akan datang, bukankah cita-cita globalisasi adalah bagaimana mereduksi nilai-nilai luhur yang ada di setiap negeri dan skup terkecilnya adalah Kota Bima.
Sudah sewajarnya kita sebagai generasi pewaris peradaban Kota Bima untuk masa yang akan datang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada masyarakat kita sekarang khususnya adalah kaum muda. Untuk itulah dalam kepengurusan ini kami mengangkat arah gerakan dengan membangun tema “Membangun Kearifan Lokal di Tengah Arus Budaya Globalisasi Melalui Organisasi Kemahasiswaan”.
Semoga upaya dalam menjawab setumpuk pekerjaan rumah di atas, kepengurusan IMKOBI mampu menjawabnya. Namun tanpa dukungan baik material maupun moril dari pemerintah yakni sinergisitas IMKOBI (Mahasiswa Kota Bima di Malang) dan adanya asrama permanent sendiri mustahil cita-cita kami ini akan terwujud. Semoga ijtihad kita selalu di ridhoi oleh Allah SWT.Amin. (*)
Penulis: Ketua Kerukunan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Bima (KKPMB) Malang
×
Berita Terbaru Update