Mahasiswa diamankan setelah aksi lempar dengan
aparat kepolisian, Kamis (29/3) (Foto BIN SM)
|
Bima, (SM).- Angin protes kebijakan Presiden SBY Boediono menaikan
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) masih berhembus kencang. Tak hanya terjadi di
daerah lain, di Bima pun melakukan hal serupa. Kamis kemarin, aksi yang digelar
ratusan mahasiswa dari berbagai organisasi di depan Bandar Udara Sultan
Muhammad Salahuddin, berakhir ricuh. Satu orang mahasiswa tertembak, 10 orang
mahasiswa lainnya diamankan.
Aksi yang dikawal ketat
aparat Polrest Bima Kabupaten itu juga menurunkan Tentara Nasional Indonesia
(TNI). Diturunkannya alat Negara tersebut, lantaran aksi yang digelar oleh
LMND, PMI, SMI, HMI, BEM STKIP Taman Siswa dan Front Mahasiswa dan Pemuda
Samili berpotensi memboikot Bandar Udara Sultan Muhammad Salahuddin. Kendati
kericuhan terjadi, namun massa mahasiswa gagal menduduki Bandara.
Tak hanya ingin
memboikot Bandara, massa juga memblokir jalan setempat. Arus lalu lintas di
sekitar Bandara macet total. Antrian kendaraan sekitar satu kilo dari arah
selatan dan utara pun tak bisa dihindari. Mahasiswa menutup jalan dan tidak
membiarkan pengguna jalan beraktifitas.
Aksi dimulai sekitar
pukul 09.00 wita. Secara bergantian mahasiswa berorasi. Tuntutannya hampir
sama, tolak kenaikan BBM menjadi harga mati. Kemudian meminta kepada Presiden
SBY Boediono mengundurkan diri sebagai Kepala Negara, karena dinilai tak mampu
memberikan kesejahteraan untuk rakyat Indonesia.
Karena ingin memboikot
transportasi udara di Bima, tak hanya berorasi, mahasiswa juga ingin merangsek
masuk dari arah gerbang tengah Bandara. Aksi saling dorong dengan aparat pun
tak bisa dihindari. Berulang kali demikian, hingga kemudian mobil Water Canon
disiagakan untuk menghalau keinginan massa.
Saat kesekian kalinya
aksi dorong tak bisa dihindari, semburan air dari Water Canon serta gas air
mata akhirnya memecah barisan massa. Ada yang bertahan dan bersembunyi di balik
kendaraan yang mengantri, tak sedikit pula yang menyelamatkan diri ditempat
yang jauh dari Bandara.
Melihat potensi boikot
besar, satu battalion anggota TNI datang dan memasuki halaman dan disiagakan
pada dua gerbang Bandara. Sementara itu, mahasiswa tengah mengkonsolidasi massa
di sekitar rumah makan samping Bandara. Tak berselang lama, aksi lempar pun
terjadi. Kemudian diikuti dengan pengejaran yang dilakukan oleh Aparat
Kepolisian. Ada yang bersembunyi, namun banyak juga yang mengambil langkah
seribu ke berbagai arah.
Saat pengejaran yang
disertai dengan tembakan, 10 orang mahasiswa diamankan. Sedangkan satu orang
mahasiswa yang bernama Haerudin, mahasiswa semester VI Jurusan Bahasa Inggris
STKIP Taman Siswa terkena tembakan di bagian paha tembus tangan kiri. Kini,
Haerudin masih terbaring lemas di RSUD Bima.
Pasca penembakan dan
pengejaran oleh polisi, massa masih berkonsentrasi di depan kampus STKIP Taman
Siswa. Tersiar kabar saat itu, mahasiswa ingin kembali dan melanjutkan aksinya
untuk memboikot Bandar Udara Sultan Muhammad Salahuddin.
Kapolrest Bima
Kabupaten, AKBP. Dede Alamsyah, SIK di hadapan 10 orang mahasiswa yang
diamankan mengatakan, dirinya tidak pernah melarang untuk berdemonstrasi, namun
jangan sampai anarkis. Jika ingin aksi di bandara juga, bukan di depan bandara,
tetapi harus berada di jarak 500 meter dari bandara. “Saya merasa kecewa dengan
kalian. Bisa tidak aksi baik-baik. Apa sih yang kurang, jika ingin berdiskusi,
mari ke rumah dan berdiskusi dengan saya,” katanya dengan nada kecewa. (SM.07)