Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Sapi Program Bappeda di Punti Banyak yang Mati

16 Maret 2012 | Jumat, Maret 16, 2012 WIB Last Updated 2012-03-16T15:26:02Z

Bima, (SM).- Program pemerintah yang bertujuan membuka lapangan kerja untuk rakyat tak semata-mata berjalan sesuai rencana. Acapkali, dengan kompleksnya persoalan, program tersebut pun menjadi tak tepat sasaran. Seperti program pengentasan kemiskinan dari kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bima tahun 2011 lalu. Sebanyak 20 ekor sapi yang diserahkan ke kelompok ternak Kebun Percontohan Desa Punti Kecamatan Soromandi gagal dan tak sesuai rencana. Karena hingga memasuki bulan Maret ini, tersisa enam ekor, selebihnya banyak yang mati.

Hal tersebut diakui oleh anggota Kelompok yang tidak ingin namanya dikorankan, saat menghubungi Suara Mandiri via celuller, Kamis kemarin. Kata dia, pengelolaan ternak dimonopoli oleh Ketua Kelompoknya. “Aturannya, sapi itu harus diserahkan ke masing-masing anggota sebanyak dua ekor, bukan dikelola sendiri oleh Ketua Kelompok”, ungkapnya.
Dijelaskannya, pada Kelompok “Kebun Percontohan” itu ada sepuluh orang anggota, dengan jumlah sapi bantuan sebanyak 20 ekor. Mestinya Ketua Kelompok menjalankan perintah aturan dengan membagi per satu anggota sebanyak dua ekor sapi. “Seandainyan sapi itu dibagi, tentu tak ada banyak sapi yang mati. Sampai sekarang sudah 14 sapi yang mati karena kelaparan dan tak dirawat dengan baik”, terangnya.
Melihat sikap dominasi pelaksanaan program yang ditunjukan oleh Ketua Kelompok itu, sumber mengaku pesimis sapi yang tersisa itu bisa berkembang biak dengan baik. Karena selama pengelolaannya tidak dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh anggota yang ada.
Ketua Kelompok Kebun Bersama, Drs. Hasanudin membantah tudingan anggotanya bahwa dirinya mendominasi pelaksanaan program tersebut. Dari awal, pihaknya sudah melibatkan semua anggota dan memberikan pengarahan agar sapi bantuan itu dirawat dan bersama-sama. “Siapa yang memberikan informasi itu, suruh menghadap ke saya. Tudingan itu tidak benar”, tepisnya, saat di hubungi via celuller Kamis kemarin.
Mengenai sapi yang mati, Hasanudin mengakui memang banyak sapai yang mati dan maish tersisa sekitar enam ekor. “Seandainya angota rajin datang urus sapi, tentu masalahnya tidak seperti ini. Tapi semua anggota malas, makanya sapi banyak yang sakit dan mati”, tegasnya.
Menjawab keinginan anggota kelompok agar sapi tersebut dibagi sebanyak dua ekor ke masing-masing anggota, Hasanuddin menjelaskan, dalam aturan sudah jelas mengatur pembagiannya setelah tiga tahun dirawat dan dikembangbiakkan. “Aturannya, sapi yang baru diterima bukan langsung dibagi ke anggota kelompok. Dirawat dan dikembangbiakan dulu selama tiga tahun, baru dibagi”, tegasnya.
Karena banyak sapi yang sudah mati, dia menambahkan, pihaknya sudah melaporkannya ke Bappeda. Selanjutnya, bertanggungjawab dengan upaya mengembangbiakan sapi yang tersisa. “Jika sapi yang tersisa ini sudah banyak, dan waktu tiga tahun sudah lewat, maka sapi ini akan kita bagi ke anggota kelompok”, tambahnya. (SM.07)
×
Berita Terbaru Update