Dompu, (SM).- Belakangan ini Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Dompu sering mendapat sorotan dari publik terkait
pelayanannya terhadap para pasien. Diantaranya diduga meraup keuntungan
dengan melakukan operasi sesar setiap pasien yang datang melahirkan.
Masalah ini menjadi perbincangan yang cukup hangat
di salah satu grup pada jejaring facebook (fb). Rata – rata pihak yang
melakukan interaktif dalam diskusi melalui dunia maya tersebut mengaku pernah
merasakan bentuk pelayanan rumah sakit Dompu, ketika keluarganya menjadi
pasien bersalin.
Di antaranya FR (30) mengatakan, belum lama ini ia membewa isterinya melahirkan di rumah sakit Dompu. “Saya memang sengaja bawa isteri langsung ke rumah sakit, supaya ketika
dia melahirkan langsung ditangani oleh tenaga medis. Jadi saya tidak perlu
khawatir soal keselamatan dia”, ujarnya.
Namun oleh pihak rumah sakit langsung mendiagnosa
bahwa isterinya akan mengalami
kelahiran tidak normal, makanya harus dilakukan tindakan medis berupa operasi
sesar. “Karena seperti
keterangan rumah sakit Dompu, saya pun langsung mengeluarkan isteri saya hari itu juga dan membawanya ke
Rumah Sakit Umum Bima.
Soalnya saya meragukan keterangan itu. Karena saya yakin isetri saya akan melahirkan secara normal”, terangnya.
Setelah berada di RSUD Bima, isterinyapun terbukti melahirkan secara normal. Berangkat dari pengalaman –
pengalaman yang dialami maniak fb ini terhadap bentuk pelayanan petugas rumah
sakit Dompu, sehingga merekapun mengindikasikan bahwa operasi
sesar hanyalah jalan untuk meraih keuntungan.
Di tempat terpisah Kepala Pelayanan RSUD Dompu dr. Dias Indarko yang
dikonfirmasi membantah keras tudingan dimaksud. “Tidak benar jika kami terobsesi mencari keuntungan
dengan mendiagnosa pasien yang melahirkan di sini harus dioperasi sesar”, tegasnya.
Menurutnya, rata – rata pasien yang akan
melahirkan ke rumah sakit Dompu, setelah mendapat rujukan dari Puskesmas
di wilayah tinggalnya dengan membawa keluhan terhadap masalah yang dihadapi. “Pasien yang datang ke sini tentu sudah
ditangani dulu oleh bidan yang ada di Polindes dan Pukesmas. Karena tidak bisa
melahirkan secara normal, sehingga dirujuklah disini. Jadi tidak sembarang kami
melakukan operasi sesar terhadap pasien”, ujarnya.
Kata dia, tindakan operasi baru dilakukan setelah
mengecek usia kandungan kemudian disesuaikan dengan jadwal yang seharusnya
pasien melahirkan. Jika sudah melewati itu, maka untuk menghindari komplikasi yang membahayakan keselamatan
ibu dan bayi, sehingga operasi pun dilakukan.
“Kalau telat melahirkan dari jadwal yang
seharusnya, maka keselamatan nyawa si bayi terancam, untuk itu kita lakukan
operasi”, terangnya lagi
seraya menambahkan, “kalaupun
ada diagnosa kami yang meleset, misalnya dari indikasi kelahiran sesar, tapi ternyata melahirkan secara
normal, itu hanya kejadian langka atau kebetulan saja”, ujarnya.
Lanjutnya, dari jumlah pasien melahirkan yang
ditangani melalui operasi sesar, diantaranya para pemilik Jamkesmas dan
Jampersal. Rumah sakit sebenarnya merugi bila melakukan operasi sesar terhadap masyarakat yang mendapat
bantuan biaya pelayanan kesehatan dari dana subsidi pemerintah tersebut
(Jampersal dan Jamkesmas,red). Pasalnya, kata dr. Dias, standar biaya operasi
dan termasuk obat – obatannya sebesar Rp2 juta lebih. Sementara Jampersal dan
Jamkesmas membayar biaya operasi per pasien sebesar Rp1,2 juta.
“Siapa bilang kami cari utung. Malah
buktinya kami rugi sekitar tujuh sarutan ribu bila melakukan operasi sesar
terhadap pengguna Jamkemas dan Jampersal. Tapi-kan tidak demikian, kami juga pun ingin menolong
masyarakat”, pungkasnya. (SM.15)