Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Samping

25 Januari 2012 | Rabu, Januari 25, 2012 WIB Last Updated 2012-01-25T02:51:01Z

Ferry: Jika SK 188 Dicabut, Bagaimana SK lain?
Bima, (SM).- Meski aksi penolakan tambang terus bergulir, namun Bupati Bima H.Ferry Zulkarnain, ST bersikukuh mempertahankan SK 188/45/357/2008 tentang eksploitasi tambang di Kecamatan Lambitu.    
“Kalau SK 188 saya cabut, bagaimana dengan SK-SK lain. Seperti SK di Wera dan SK di Parado,” ucap Bupati Ferry menanggapi desakan anggota DPRD Kabupaten Bima untuk mencabut SK 188, saat rapat konsultasi di ruang DPRD Kabupaten Bima, Selasa (24/1).
Bupati Ferry memiliki pertimbangan lain ketika mencabut SK 188 sebagaimana aspirasi masyarakat Lambu. Menurutnya, jika dicabut, tidak tertutup kemungkinan juga akan terjadi di wilayah NTB. Bahkan secara nasional. Ia kuatirkan, kedepannya juga akan muncul desakan dari masyarakat di kecamatan-kecamatan lain untuk memaksakan kehendak. “Hal ini justru bisa memicu instabilitas daerah,” ujarnya.
Selain pertimbangan tersebut, Bupati Ferry mengutarakan pertimbangan secara politis ketika disimpulkan SK 188 tersebut dicabut total sebagaimana yang menjadi tuntutan masyarakat Lambu dan anggota DPRD. “Ada resiko politik bagi saya ketika SK dicabut. Karena banyak bahasa-bahasa di luar, saya akan melanggar Undang-undang. Kalau saya melanggar Undang-undang saya melanggar sumpah jabatan,” tuturnya.
Dan jika Bupati melanggar sumpah jabatan, lanjut Ferry, nanti ramai-ramai datangi DPRD untuk menggugat dirinya yang ujung-ujungnya meminta untuk mundur sebagai Bupati. Sisi lain, Bupati Ferry mengaku bersedia mencabut total SK 188 tersebut, asalkan ada yang bisa memberikan jaminan ketika dirinya dinyatakan telah melanggar UU. “Siapa yang bisa memberi jaminan?,” tanyanya.
Bupati Ferry mengajak anggota DPRD Kabupaten Bima agar membicarakan hal-hal yang bersifat tehins, untuk mencari celah hukum supaya pihaknya bisa mengambil keputusan pencabutan total SK 188 dimaksud. “Lebih baik kita bicara tehnis, ketimbang kita bicara kehendak rakyat,” timpalnya.
Bupati Ferry menyindir muatan politik yang numpang dibalik penolakan tambang di Lambu sehingga berujung kerusuhan. Katanya, ada oknum-oknum tertentu yang sudah terlampau jauh masuk memprovokasi rakyat. Oknum yang tidak bertanggung jawab ini, sengaja melakukan aksi dan menyebarkan isu-isu miring di tengah masyarakat, sehingga rakyat makin terprovokasi.
“Misalnya, ada oknum dengan pakai baju keki sengaja mengukur lahan rumah dan kebun rakyat. Nah, cara ini seolah-olah pemerintah nantinya akan menguasai lahan pekarangan rumah maupun kebun rakyat untuk kegiatan tambang. Padahal tidak ada niat Pemerintah untuk menguasai milik rakyat,” tandasnya. (SM 06)      
×
Berita Terbaru Update