Kendati jasat terduga teroris Sirajuddin (19) sudah di
kembumikan di pemakaman umum Desa Bakajaya Kecamatan Woja Jum’at lalu, setelah
lebih dari satu bulan membeku tanpa identitas di kamar jenazah Mabes
Polri. Kematian itu masih menyisahkan sejumlah masalah bagi para keluarga
almarhum, diantaranya mereka tak menerima jika Sirajuddin dituding
sebagai salah satu terduga anggota teroris.
Oleh wartawan Dedi Suryadi
Siapa yang tak tahu tentang peristiwa penggerebekan
tim detasemen khusus (Densus 88) anti terror Mabes Polri di wilayah
Kandai Dua, sekitar 5 Januari 2013, yang dikabarkan telah menewaskan tiga
dari empat orang terduga teroris yang bersembunyi di sebuah gubuk di tengah
ladang kacang kedalai pada wilayah Kelurahan kandai Dua, Kecamatan Woja Dompu.
Bahkan tak ada yang menyangka jika Sirajuddin adalah salah
dari tiga orang yang tewas dibrondong timah panas tim Densus. Malah pada saat
operasi Densus tersebut berlangsung, wartawan amat sulit mengakses
informasi. Polres Dompu pun ikut merahasiakan informasi kepada awak media massa terkait indentitas
para terduga teroris yang tewas dalam operasi penggerebekan di Kelurahan Kandai
Dua.
Berselang lebih dari dua minggu, tiba – tiba muncul sosok
seorang Bapak di Kantor Polres Dompu. Dia adalah Jikra warga Desa Bakajaya
datang bersama beberapa orang kerabat dekatnya, dengan tujuan untuk mencari
informasi soal keberadaan anak sulungnya Sirajuddin (19) yang
hilang sejak hari penggerebekan tim Densus terhadap para terduga teroris
pelarian dari daerah Poso.
Nampak wajah lugu Jikra yang penuh bingungan.
Sejumlah wartawan mengantar dirinya menemui Kapolres Dompu AKBP Benny Basir
Warmansya SIK yang kala itu hendak menunaikan solat Zuhur di Moshola
belakang aula Polres Dompu.
Kapolres dengan ramahnya menyambut kedatangan
orangtua Sirajuddin. Sirajuddin kemudian menceritakan masalah yang dia
hadapi atas kehilangan putranya secara tiba – tiba pada hari
yang sama dengan peristiwa penggrebekan berdarah di Kandai Dua.
Kata Jikra, anaknya baru berusia 19 tahun dan masih lajang.
Dia putus sekolah saat masih duduk di bangku kelas 2 SMK 1 Woja atau di Desa
Bara. Sejak beberapa tahun belakangan ini, Sirajuddin menjadi
pelayan bakso di salah satu pengusaha Bakso pada Desa O’o Kecamatan Dompu. Dia
mendapat gaji, maka dan tidur di O’o.
Jikra menambahkan, disaat – saat tertentu Sirajuddin
pulang ke kampung halamannya untuk mengunjungi kedua orangtuanya. Pemuda
lajangan terkenal ramah dan memiliki banyak sahabat ini, seumur hidupnya tidak
pernah menginjakkan kakinya di tanah Poso. ‘’Sejak minggu pertama penggerebakan
itu, dia tak lagi pulang ke rumah,’’tukasnya.
Sebagai orangtua, dia amat risau terhadap nasib putranya.
Karena itu,Jikra mengaku sempat menyanyakan keberadaan Sirajuddin di tempat
kerjanya. Namun tak satupun diantara mereka yang mengatahui keberadaan
Sirajuddin. Malah pemilik Bakso mengira jika Sirajuddin pada malam hari sebelum
meninggal, menginap di rumah orangtuanya. ‘’Kalau di Bakso O,o tidak ada.
Lantas dia dimana sekarang?,’’tutur Jikra *** (bersambung…)