Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Keluarga Keberatan Dituding Teroris (1)

04 Maret 2013 | Senin, Maret 04, 2013 WIB Last Updated 2013-03-07T02:28:50Z

Kendati jasat terduga teroris Sirajuddin (19) sudah di kembumikan di pemakaman umum Desa Bakajaya Kecamatan Woja Jum’at lalu, setelah lebih dari satu bulan membeku tanpa identitas di  kamar jenazah Mabes Polri. Kematian itu masih menyisahkan sejumlah masalah bagi para keluarga almarhum, diantaranya  mereka tak menerima jika Sirajuddin dituding sebagai salah satu terduga anggota teroris.
Oleh wartawan Dedi Suryadi

Siapa yang  tak tahu tentang peristiwa penggerebekan tim detasemen khusus (Densus 88) anti terror Mabes Polri  di wilayah Kandai Dua, sekitar 5 Januari 2013, yang dikabarkan telah menewaskan  tiga dari empat orang terduga teroris yang bersembunyi di sebuah gubuk di tengah ladang kacang kedalai pada wilayah Kelurahan kandai Dua, Kecamatan Woja Dompu.
Bahkan tak ada yang menyangka jika Sirajuddin adalah salah dari tiga orang yang tewas dibrondong timah panas tim Densus. Malah pada saat operasi Densus tersebut berlangsung, wartawan  amat sulit mengakses informasi. Polres Dompu pun ikut merahasiakan informasi kepada awak media massa terkait indentitas para terduga teroris yang tewas dalam operasi penggerebekan di Kelurahan Kandai Dua.
Berselang lebih dari dua minggu, tiba – tiba muncul sosok seorang Bapak di Kantor Polres Dompu. Dia adalah Jikra warga Desa Bakajaya datang bersama beberapa orang kerabat dekatnya, dengan tujuan untuk mencari informasi soal keberadaan anak sulungnya  Sirajuddin  (19) yang hilang sejak hari penggerebekan  tim Densus terhadap para terduga teroris pelarian dari daerah Poso.
Nampak wajah lugu Jikra yang  penuh bingungan. Sejumlah wartawan mengantar dirinya menemui Kapolres Dompu AKBP Benny Basir Warmansya SIK yang kala itu hendak menunaikan solat Zuhur di Moshola belakang  aula Polres Dompu.
Kapolres dengan ramahnya menyambut kedatangan  orangtua Sirajuddin. Sirajuddin kemudian menceritakan  masalah yang dia hadapi  atas kehilangan  putranya secara tiba – tiba pada  hari yang sama dengan peristiwa penggrebekan berdarah di Kandai Dua.
Kata Jikra, anaknya baru berusia 19 tahun dan masih lajang. Dia putus sekolah saat masih duduk di bangku kelas 2 SMK 1 Woja atau di Desa Bara. Sejak beberapa tahun  belakangan ini, Sirajuddin  menjadi pelayan bakso di salah satu pengusaha Bakso pada Desa O’o Kecamatan Dompu. Dia mendapat gaji, maka dan tidur di O’o. 
Jikra menambahkan, disaat – saat tertentu Sirajuddin pulang  ke kampung halamannya untuk mengunjungi kedua orangtuanya. Pemuda lajangan terkenal ramah dan memiliki banyak sahabat ini, seumur hidupnya tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah Poso. ‘’Sejak minggu pertama penggerebakan itu, dia tak lagi pulang ke rumah,’’tukasnya.
Sebagai orangtua, dia amat risau terhadap nasib putranya. Karena itu,Jikra mengaku sempat menyanyakan keberadaan Sirajuddin di tempat kerjanya. Namun tak satupun diantara mereka yang mengatahui keberadaan Sirajuddin. Malah pemilik Bakso mengira jika Sirajuddin pada malam hari sebelum meninggal, menginap di rumah orangtuanya. ‘’Kalau di Bakso O,o tidak ada. Lantas dia dimana sekarang?,’’tutur Jikra *** (bersambung…)
×
Berita Terbaru Update