Kota Bima, (SM).- Isu santer yang
berkembang atau sengaja dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu, tentang
pengunduran diri Hadi Santoso,ST, MM dari jabatan Ketua Tim Pencari Fakta dan
Rehabilitasi (TPFR) Bima karena "ketakutan" atas intimidasi
oknum-oknum terntentu dibantah. Hal itu disampaikan Hadi kepada Suara Mandiri
dalam siaran persnya, Kamis (28/2).
Menurut Hadi tidak
benar bahwa dirinya mengundurkan diri. Sebab sebagai jabatan Ketua TPFR
menyangkut amanah ummat atau organisasi besar (12 Ormas) yang ada di Bima. “Saat
ini telah bertambah Ormas yang bergabung dalam TPFR Bima dari 12 Ormas menjadi
18 Ormas. Hal itu menunjukkan apresiasi masyarakat Bima terhadap kinerja dan
misi yang diemban oleh TPFR Bima,” ujarnya.
Hadi membenarkan
bahwa dirinya mendapatkan intimidasi langsung dan tidak langsung, berupa isu
penetapan diri sebagai TO (target Operasi) Densus 88. Hal yang sama juga
dirasakan anggota TPFR Bima lainnya. Tapi hal tersebut justru membuat semangat anggota
naik, karena hal itu menunjukkan bahwa apa yang diperjuangkan itu (Insya Allah)
berada di jalan yang benar. Mengingat sudah menjadi rahasia umum bahwa Densus
'88 diduga kuat lebih membawa misi kaum zionis-yahudi, dibandingkan membawa
misi kedaulatan NKRI apalagi misi Islam sebagai agama terbesar di negara ini.
Menurutnya, dari
berbagai data dan fakta yang didapatkan di lapangan, maupun pihak terkait seperti
Komnas HAM, TPM (tim pengacara muslim), PP Muhammadiyah, PB NU, dan MUI pusat,
memiliki satu kesimpulan yang sama yakni kinerja Densus telah melanggar HAM
secara berat, extra ordinary crime. Yang menyebabkan banyak nyawa orang-orang
ber-Iman, soleh dan tidak bersalah menjadi tumbal keberingasan oknum-oknum
Densus 88 tersebut.
Dirinya bersama-sama
seluruh orang/lembaga yang tergabung dalam TPFR adalah kumpulan generasi yang
lahir dari "rahim" Kesultanan Islam Bima. Dalam darah kami insya
Allah mengalir darah para pejuang Islam. Yang pantang melihat Islam dan
ummatnya diinjak-injak dan dinistakan. “Kami akan terus berjuang mengungkapkan
kebenaran, anti kedzoliman dan kesewang-wenanangan. Meskipun karena itu kami
harus membayarnya dengan nyawa,” ungkap Hadi.
Secara pribadi,
Hadi mengaku mengenal dengan baik hampir semua organisasi-organisasi Islam-umum
yang ada di Bima, yang didalamnya penuh generasi-generasi yang komit pada
Islam, tidak terima daerahnya dijadikan obyek dari proyek terorisme. Namun, dirinya
pun faham bahwa hukum di negara ini penuh dengan manipulasi dan kriminalisasi
sebagaimana terpampang begitu "telanjang" di media elektronik.
“Karena itu, saya
bersama TPFR Bima akan senantiasa waspada dan meminta seluruh warga Bima untuk
selalu jeli dan selektif dalam menerima dan menanggapi isue-isue yang sengaja
dikembangkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” urainya.
Pihaknya meminta
kepada Bupati-Wakil Bupati Bima, dan Bapak Walikota-Wakil Walikota Bima untuk
selalu ingat secara penuh akan jatidiri sebagai pemimpin daerah yang memiliki ruh
dan darah para pejuang Islam, sebagaimana leluhur yang merupakan pelopor
perjuangan itu agar lebih memprioritaskan program-program yang
menumbuhkembangkan semangat ber-Islam yang kaffah (menyeluruh). Dan anti pada
gejala-gejala pemberangusan Islam di daerah ini.
“Saya tahu
persis bapak-bapak sekalian (sebagaimana Bapak-bapak pun mengenal saya) bahwa bapak
sekalian adalah pemimpin yang sangat pemberani dan apa adanya. Karena itu, mohon
jangan pernah padamkan semangat keberanian itu untuk membela Islam,” pintanya.
Hadi meminta kepada
para ayahanda di MUI Pusat, PP Muhammadiyah, PB NU, DDII, Persis, Khilafatul
Muslimin, HTI, TPM dll untuk secara serius menindaklanjuti rekomendasi berbagai
lembaga termasuk Komnas HAM. “Semoga Allah SWT senantiasa memberikan basyiroh,
dan menyatukan hati ummat-ummatnya, guna menghadapi musuh-musuh Islam yang
sesungguhnya,” pungkas Hadi dalamsiran persnya. (sam)