Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Isu Pengunduran Diri Ketua TPFR Bima Dibantah

01 Maret 2013 | Jumat, Maret 01, 2013 WIB Last Updated 2013-02-28T17:31:01Z


Kota Bima, (SM).- Isu santer yang berkembang atau sengaja dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu, tentang pengunduran diri Hadi Santoso,ST, MM dari jabatan Ketua Tim Pencari Fakta dan Rehabilitasi (TPFR) Bima karena "ketakutan" atas intimidasi oknum-oknum terntentu dibantah. Hal itu disampaikan Hadi kepada Suara Mandiri dalam siaran persnya, Kamis (28/2).

Menurut Hadi tidak benar bahwa dirinya mengundurkan diri. Sebab sebagai jabatan Ketua TPFR menyangkut amanah ummat atau organisasi besar (12 Ormas) yang ada di Bima. “Saat ini telah bertambah Ormas yang bergabung dalam TPFR Bima dari 12 Ormas menjadi 18 Ormas. Hal itu menunjukkan apresiasi masyarakat Bima terhadap kinerja dan misi yang diemban oleh TPFR Bima,” ujarnya.
Hadi membenarkan bahwa dirinya mendapatkan intimidasi langsung dan tidak langsung, berupa isu penetapan diri sebagai TO (target Operasi) Densus 88. Hal yang sama juga dirasakan anggota TPFR Bima lainnya. Tapi hal tersebut justru membuat semangat anggota naik, karena hal itu menunjukkan bahwa apa yang diperjuangkan itu (Insya Allah) berada di jalan yang benar. Mengingat sudah menjadi rahasia umum bahwa Densus '88 diduga kuat lebih membawa misi kaum zionis-yahudi, dibandingkan membawa misi kedaulatan NKRI apalagi misi Islam sebagai agama terbesar di negara ini.
Menurutnya, dari berbagai data dan fakta yang didapatkan di lapangan, maupun pihak terkait seperti Komnas HAM, TPM (tim pengacara muslim), PP Muhammadiyah, PB NU, dan MUI pusat, memiliki satu kesimpulan yang sama yakni kinerja Densus telah melanggar HAM secara berat, extra ordinary crime. Yang menyebabkan banyak nyawa orang-orang ber-Iman, soleh dan tidak bersalah menjadi tumbal keberingasan oknum-oknum Densus 88 tersebut.
Dirinya bersama-sama seluruh orang/lembaga yang tergabung dalam TPFR adalah kumpulan generasi yang lahir dari "rahim" Kesultanan Islam Bima. Dalam darah kami insya Allah mengalir darah para pejuang Islam. Yang pantang melihat Islam dan ummatnya diinjak-injak dan dinistakan. “Kami akan terus berjuang mengungkapkan kebenaran, anti kedzoliman dan kesewang-wenanangan. Meskipun karena itu kami harus membayarnya dengan nyawa,” ungkap Hadi.
Secara pribadi, Hadi mengaku mengenal dengan baik hampir semua organisasi-organisasi Islam-umum yang ada di Bima, yang didalamnya penuh generasi-generasi yang komit pada Islam, tidak terima daerahnya dijadikan obyek dari proyek terorisme. Namun, dirinya pun faham bahwa hukum di negara ini penuh dengan manipulasi dan kriminalisasi sebagaimana terpampang begitu "telanjang" di media elektronik.
“Karena itu, saya bersama TPFR Bima akan senantiasa waspada dan meminta seluruh warga Bima untuk selalu jeli dan selektif dalam menerima dan menanggapi isue-isue yang sengaja dikembangkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” urainya.
Pihaknya meminta kepada Bupati-Wakil Bupati Bima, dan Bapak Walikota-Wakil Walikota Bima untuk selalu ingat secara penuh akan jatidiri sebagai pemimpin daerah yang memiliki ruh dan darah para pejuang Islam, sebagaimana leluhur yang merupakan pelopor perjuangan itu agar lebih memprioritaskan program-program yang menumbuhkembangkan semangat ber-Islam yang kaffah (menyeluruh). Dan anti pada gejala-gejala pemberangusan Islam di daerah ini.
“Saya tahu persis bapak-bapak sekalian (sebagaimana Bapak-bapak pun mengenal saya) bahwa bapak sekalian adalah pemimpin yang sangat pemberani dan apa adanya. Karena itu, mohon jangan pernah padamkan semangat keberanian itu untuk membela Islam,” pintanya.
Hadi meminta kepada para ayahanda di MUI Pusat, PP Muhammadiyah, PB NU, DDII, Persis, Khilafatul Muslimin, HTI, TPM dll untuk secara serius menindaklanjuti rekomendasi berbagai lembaga termasuk Komnas HAM. “Semoga Allah SWT senantiasa memberikan basyiroh, dan menyatukan hati ummat-ummatnya, guna menghadapi musuh-musuh Islam yang sesungguhnya,” pungkas Hadi dalamsiran persnya. (sam)
×
Berita Terbaru Update