Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tidak Tranpsaran, Warga Rontu Demo SMPN 5

06 Februari 2013 | Rabu, Februari 06, 2013 WIB Last Updated 2013-02-07T02:08:57Z

Kota Bima, (SM).- Dianggap tidak transparan dan mahalnya biaya sekolah, sejumlah warga Kelurahan Rontu menggelar aksi demo didepan SMPN 5 Kota Bima dan kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (dikpora). Satu tuntutan sekolah gratis yang digaungkan segera direalisasikan.

Massa menuntut agar sekolah gratis dapat direalisasikan tidak seperti saat ibi harus membayar uang sampai Rp 460 ribu setiap siswa, transparansi keuangan khususnya dana BOS dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). 
Saat orasi, Adhar menuding pihak sekolah telah terjadi penyalahgunaan anggaran dilakukan secara bersama-sama oleh guru dan pihak Kepala Sekolah (kepsek) mengenai uang beasiswa bagi siswa.  Jumlah anggaran beasiswa yang diterima siswa tidak sama jumlahnya namun berfariasi ini yang menjadi pertayaan orang tua murid.
Seperti untuk beasiswa ditahun 2013 ini siswa ada yang mendapat Rp 250 ribu,  Rp 50 ribu bahkan ada juga yang mendapatkan Rp 275 ribu, pembagian uang tersebut juga dikatakan tidak transparan cenderung ditutup-tutupi.   Begitupun dengan jumlah uang yang arus dikumpulkan oleh siswa setiap tahunnya sangat besar mencapai Rp 460 ribu.
Menurut mereka, uang sebesar Rp 460 ribu ditingkat SPMN begitu besar dan memberatkan bagi orang tua murid, terlebih adanya aturan wajib belajar sembilan tahun dimana pemerintah telah menganggarkan semua biaya sekolah sehingga masyarakat dapat mengikuti pendidikan secara gratis.
Kata gratis kini faktanya bohong belaka, di SMPN 5 siswa harus membayar berbagai biaya dari komite, osis sampai pramukan.Usai menggelar aksi di depan SMPN 5 warga kemudian mendatangi Dinas Dikpora menyuarakan tuntutan yang sama.
Kepsek SPMN 5 Kota Bima, Zainudin, Spd diwawancara terpisah, mengatakan semua  yang dikatakan pendemo tadi adalah tidak benar, pihaknya tetap berasaskan tranparansi dalam tata kelola keuanga. Begitupun dengan adanya anggaran BMS, seluruh siswa yang menerima BSM disampaikan secara gamblang mengenai jumlah uang yang diterimanya.
Diakui juga, hanya terjadi miskomunikasi dengan warga, masalahnya ada uang BSM yang diterima oleh siswa kurang dari jumlah yang dituangkan. Itu bukan dipotong sengaja oleh pihak sekolah namun prosesnya diberikan kepada siswa kemudian diminta untuk membayar tunggakan komite.”tidak benar kita tidak transparana,” pungkasnya.
Kemudian mengenai adanya baiaya yang diterapkan sekolah sebesar Rp 460 ribu bagi setiap siswa, menurut Zainudin, itu berdasarkan kesepakatan orang tua murid dan itu sebenarnya tidak wajib bagi siswa karena memang masih ada 50 persen yang belum membayar.
Apalagi anggaran itu digunakan sepenuhnya untuk perbaikan sarana dan prasarana sekolah yang memang tidak akan mampu dibangun hanya dengan mengandalkan uang dari dana BOS yang setiap tahunnya sangat minim dari pemerintah sehingga disiasati dengan adanya uang komite dimaksud.  (dd)
×
Berita Terbaru Update