Bima, (SM).- Terus menyusutnya lahan penggembalaan
ternak kuda di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima mengancam hilangnya produksi
susu kuda liar yang menjadi kebanggaan masyarakat Bima. Penyempitan lahan
gembalaan lantaran aktifitas pembukaan lahan bagi perladangan semakin gencar
dilakukan warga.
Seperti yang
terjadi salah satu sentra pemerasan susu kuda liar Desa Mpili Kecamatan Donggo,
dari sebelumnya sebanyak 100 Kepala Keluarga (KK) yang memiliki ternak kuda,
kini mulai berkurang hanya tingaal 40 KK. Alasannya tidak ada lagi lahan
penggembalaan.
Ketika wartawan
Suara Mandiri mendatangi Desa Mpili, Sabtu (19/1), M. Saleh warga Dusun
Kamunti, Desa Mpili ini mengaku jika musim hujan produksi susu kuda liar sangat
kurang. Alasannya kuda yang dimiliki sudah dilepas liar ke dalam hutan lantaran
tidak tersedianya lagi lahan penggembalaan. Hanya saja saat ada pesanan
baru kemudian dirinya mencari dulu kuda ke dalam hutan.
Kata dia, jarak
untuk pergi menangkap kuda yang akan diperas air susunya sangat jauh sehingga
menjadi kendala utama saat ini, yaitu di hutan pegunungan Kecamatan Soromandi.
“Butuh dua hari untuk menangkapnya,” ujarnya.
Diakui M. Saleh,
sebelum kondisisnya seperti saat ini, warga pada musim tanam dapat melepas kuda
tidak telalu jauh dari perkampungan, karena masih banyak tersedianya lahan
pengembalaan, tapi kini tidak lagi bisa, semua lahan tidur sudah beralih fungsi
menjadi lahan perladangan. “Pada musim tanam seperti ini tidak tersedia lagi
lahan pengembalaan,” terangnya.
Kalaupun kuda
dilepas liar sekitar perkampungan maupun hutan sekitarnya, akan menimulkan masalah dengan pemilik
ladang, kuda kerap masuk ke dalan ladang. Bahkan yang lebih bermasalahnya lagi,
terkadang kuda–kuda akan sangat jauh keberadaannya bahkan sampai masuk ke dalam
perkampungan di Kecamatan Bolo.
Alasan itulah,
kata M. Saleh, kemudian pemilik kuda mulai menjual kuda-kudanya, yang masih
bertahanpun tidak mampu mempertahankan jumlahnya, lantaran masalah tidak
tesedianya lahan gembalaan. Sementara pada musim tanam saat musim hujan,
pemilik kuda harus menggiring kuda-kudanya jauh sampai pedalaman hutan di
Soromandi.
Kepala Desa
(Kades) Mpili, Yusriadin yang ditemui secara terpisah, menginyakan keluhan
warganya dan membenarkan berkurangnya produksi kuda liar, untuk tiga tahun
terakhir saja sudah 70 persen penghasil susu kuda liar balik haluan tidak lagi
menjadi penghasil susu kuda liar. “Alasannya sama, tidak lagi tersedianya lahan
penggembalaan,” ungkapnya.
Dari sebelumnya
ada sebanyak 100 lebih penghasil susu kuda liar, kini tinggal 40 orang saja,
sehingga berakibat pada jumlah produksi susu kuda. Dengan demikian menjadi
ketakutan pihaknya adalah hilangnya produksi susu kuda liar padahal sudah
menjadi ciri khas Bima di mata orang luar Bima sebagai penghasil susu kuda liar
yang terkenal.
Apa solusi yang
dapat diberikan untuk mempertahankan produksi susu kuda liar, diakui Yusriadin,
tidak ada. Kesulitannya lahan yang kini menjadi ladang sudah tidak bisa lagi
menjadi lokasi penggembalaan karena lahan-lahan tersebut juga merupakan milik
perorangan. (dd)