Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Produksi Susu Kuda Liar Terancam

21 Januari 2013 | Senin, Januari 21, 2013 WIB Last Updated 2013-01-21T08:01:26Z


Bima, (SM).- Terus menyusutnya lahan penggembalaan ternak kuda di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima mengancam hilangnya produksi susu kuda liar yang menjadi kebanggaan masyarakat Bima. Penyempitan lahan gembalaan lantaran aktifitas pembukaan lahan bagi perladangan semakin gencar dilakukan warga.

Seperti yang terjadi salah satu sentra pemerasan susu kuda liar Desa Mpili Kecamatan Donggo, dari sebelumnya sebanyak 100 Kepala Keluarga (KK) yang memiliki ternak kuda, kini mulai berkurang hanya tingaal 40 KK. Alasannya tidak ada lagi lahan penggembalaan.
Ketika wartawan Suara Mandiri mendatangi Desa Mpili, Sabtu (19/1), M. Saleh warga Dusun Kamunti, Desa Mpili ini mengaku jika musim hujan produksi susu kuda liar sangat kurang. Alasannya kuda yang dimiliki sudah dilepas liar ke dalam hutan lantaran tidak tersedianya lagi lahan penggembalaan.  Hanya saja saat ada pesanan baru kemudian dirinya mencari dulu kuda ke dalam hutan.
Kata dia, jarak untuk pergi menangkap kuda yang akan diperas air susunya sangat jauh sehingga menjadi kendala utama saat ini, yaitu di hutan pegunungan Kecamatan Soromandi. “Butuh dua hari untuk menangkapnya,” ujarnya.
Diakui M. Saleh, sebelum kondisisnya seperti saat ini, warga pada musim tanam dapat melepas kuda tidak telalu jauh dari perkampungan, karena masih banyak tersedianya lahan pengembalaan, tapi kini tidak lagi bisa, semua lahan tidur sudah beralih fungsi menjadi lahan perladangan. “Pada musim tanam seperti ini tidak tersedia lagi lahan pengembalaan,” terangnya.
Kalaupun kuda dilepas liar sekitar perkampungan maupun hutan sekitarnya,  akan menimulkan masalah dengan pemilik ladang, kuda kerap masuk ke dalan ladang. Bahkan yang lebih bermasalahnya lagi, terkadang kuda–kuda akan sangat jauh keberadaannya bahkan sampai masuk ke dalam perkampungan di Kecamatan Bolo.
Alasan itulah, kata M. Saleh, kemudian pemilik kuda mulai menjual kuda-kudanya, yang masih bertahanpun tidak mampu mempertahankan jumlahnya, lantaran masalah tidak tesedianya lahan gembalaan. Sementara pada musim tanam saat musim hujan, pemilik kuda harus menggiring kuda-kudanya jauh sampai pedalaman hutan di Soromandi.
Kepala Desa (Kades) Mpili, Yusriadin yang ditemui secara terpisah, menginyakan keluhan warganya dan membenarkan berkurangnya produksi kuda liar, untuk tiga tahun terakhir saja sudah 70 persen penghasil susu kuda liar balik haluan tidak lagi menjadi penghasil susu kuda liar. “Alasannya sama, tidak lagi tersedianya lahan penggembalaan,” ungkapnya.
Dari sebelumnya ada sebanyak 100 lebih penghasil susu kuda liar, kini tinggal 40 orang saja, sehingga berakibat pada jumlah produksi susu kuda. Dengan demikian menjadi ketakutan pihaknya adalah hilangnya produksi susu kuda liar padahal sudah menjadi ciri khas Bima di mata orang luar Bima sebagai penghasil susu kuda liar yang terkenal.
Apa solusi yang dapat diberikan untuk mempertahankan produksi susu kuda liar, diakui Yusriadin, tidak ada. Kesulitannya lahan yang kini menjadi ladang sudah tidak bisa lagi menjadi lokasi penggembalaan karena lahan-lahan tersebut juga merupakan milik perorangan. (dd)
×
Berita Terbaru Update