Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kondisi Pasar Raya Bima Terjorok

10 Januari 2013 | Kamis, Januari 10, 2013 WIB Last Updated 2013-01-11T03:00:27Z

Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bima mendapatkan tropi Adipura hanyalah isapan jempol belaka, faktanya kondisi pasar saja tidak terurus. Jelas terlihat, kita menyaksikan kondisi pasar begitu kotor dan becek serta berbau, khususnya pada los pasar ikan sisi selatan pasar Raya Bima. Begitupun dengan kondisi sampah yang berserakan, hal itu tidak saja terjadi di dalam los pasar namun juga terjadi sepanjang jalan di sekitarnya.

Catatan Wartawan Suara Mandiri – Dedy Darmawan.

RABU KEMARIN, Suara Mandiri berkesempatan mengunjungi pasar Raya Bima. Kondisi pasar Raya Bima bukan sekali ini saja terlihat dan terkesan kotor dan jorok, sejak lama pasar tersebut kondisinya tidak pernah berubah, Pemerintah hanya bisa menagih retribusi tanpa memperhatikan kenyamanan pasar. Tidak saja warga yang berbelanja namun juga warga sekitarpun mengeluhkan kondisi pasar saat ini yang jauh dari kata layak disebut sebagai pasar.
Yang paling membuat pengunjung pasar tidak nyaman adalah bau yang ditimbulkan dari keberadaan sampah sisa-sisa aktifitas pasar, seperti bekas potongan daun dan plastik serta air bekas. Terlihat pula saluran air yang tidak berfungsi, akibatnya bau tidak sedap menjadi keseharian para pengunjung. Seperti disampaikan sejumlah pengunjung pasar, Jahariah pada Koran ini.
Ia mengaku sangat tidak nyaman bila berbelanja di Pasar Raya Bima, namun bagaimana lagi hanya ada satu pasar yang ada, walaupun begitu kotor dan jorok karena keseringan akhirnya sudah terbiasa. ”Sudah terbiasa pak, mau bagaimana lagi,” ujarnya.
Menurut Jahariah, pemerintah jangan hanya menerima retribusi dari aktifitas pasar, tetapi harus memperhatikan kondisi pasar, jangan biarkan kesan jorok dan kotor tetap melekat apalagi statusnya Pasar Raya yang lokasinya berada di jantung Kota Bima. Tentunya menjadi penilaian orang luar kalau pasar saja begitu kotor, belum lagi di lokasi-lokasi yang lain, mungkin saja kondisinya sama.
Demikian halnya diungkapkan Adi, warga Penaraga. Menurutnya, pemerintahh jangan saja berpidato telah membangun gedung-gedung megah dan jalan-jalan beraspal, taman-taman yang banyak kalau salah satu ikon suatu daerah seperti pasar tidak terurus, tentunya menjadi pertanyaan besar. “Kemana sih pemerintahnya,” sorot Adi.
Ya begitulah pemerintah, senangnya dipuja-puja karena berhasil membangun gedung bertingkat, gang dan jalan dihotmix. Baru sedikit dikritik kupingnya kepanasan. Padahal hal itu sekedar mengingatkan bahwa masih ada tugas yang terabaikan, seperti halnya Pasar raya Bima. Bukan menjadi alasan pembenaran, bahwa kondisi pasar dimana pun berada tetap kondisinya sama, sembrawut.
Karena itu, kebijakan yang urgen tak pernah diseriusi, padahal anggaran pemerintah yang besar tentunya bukan menjadi masalah hanya untuk menganggarkan pembenahan kondisi pasar saat ini, apalagi pasar di sebuah kota kecil seperti Kota Bima.
Di samping itu, yang terpenting, kesadaran masyarakat, khususnya penerima manfaat seperti pedagang di pasar Raya Bima untuk tidak membuang sampah sembarangan. Jika ini dibangun bersama perbaikan fasilitas yang ada, sudah pasti kondisi pasar kita menjadi lebih baik dan higenis. (*)
×
Berita Terbaru Update