Bima, (SM).- Kematian, Bachtiar, salah satu dari 5
orang terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 Mabes Polri di Kabupaten
Dompu akhir pekan lalu memicu inisiatif Ormas membentuk Tim Pencari Fakta dan
Rehabilitasi (TPFR) Bima.
TPRF Bima terbentuk atas inisiatif
Organisasi Masyarakat (Ormas) yang menilai ada kejanggalan atas penembakan 5
orang terduga teroris, sekaligus merehabilitasi nama daerah Bima. Sedikitnya 12
Ormas mendukung pembentukan TPFR Bima. Diantaranya, Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kabupaten Bima, JAT Wilayah Nusra, An Naba, LDK STKIP Bima, LBH Amanah
dan HMI Cabang Bima.
Dalam pernyataan persnya, Ketua MUI
Kabupaten Bima, KH Abdurahim Haris mengatakan, pihaknya prihatin atas berbagai
kasus yang terjadi di wilayah Bima belakangan ini, misalnya konflik sosial yang
berakhir korban jiwa. Kejadian demi kejadian yang beruntun terjadi tersebut,
mencemarkan nama daerah Bima yang dikenal dengan santun dan agamais.
“Akhir-akhir ini muncul kasus terorisme yang kami yakini tidak ada teroris di
Bima, walaupun ada dari Poso yang lari ke Bima,” paparnya.
Dilatari berbagai kejadian tersebut,
ungkapnya, dibentuk tim yang akan mencari fakta serta untuk merehabilitasi nama
daerah Bima pada umumnya. “Bentuk kegiatan untuk mencari fakta dengan
investigasi di lapangan,” jelasnya.
Ia mengatakan, TPFR Bima terdiri dari 12
Ormas yang muncul untuk menjawab pertanyaan masyarakat tentang kasus terorisme.
“TPFR akan berkerja lama dengan tanpa limit waktu dan hasilnya akan diumumkan
pada publik,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Ketua TPFR Bima, Hadi
Santoso, mengatakan, tim ini terbentuk diawali dengan adanya kejanggalan serta
berita sepihak. “Kami di Bima, tahu berita dari luar Bima. Kami di Bima sendiri
tidak tahu,” sorotnya.
Hadi juga menyinggung soal status siaga I
untuk pulau Sumbawa yang diklaim Mabes Polri
setelah kejadian penembakan di Kabupaten Dompu. “Kami di Bima sendiri tidak ada
merasa trauma. Aktifitas tetap berjalan,” tuturnya.
Fakta awal yang ditemukan TPFR Bima atas
peristiwa penembakan di Kabupaten Dompu yang salah satunya menewaskan,
Bachtiar, adalah yang bersangkutan tidak pernah ke luar daerah sebagai yang
diakui Mabes Polri bahwa, Bachtiar, burunan dari Poso. “Yang bersangkutan
setiap harinya beraktifitas menjual kue,” tegasnya. (ima)