Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Bedah Rumah Beraroma Tak Sedap?

17 Januari 2013 | Kamis, Januari 17, 2013 WIB Last Updated 2013-01-18T13:40:00Z
Dompu, (SM).- Program bedah rumah kumuh yang dilaksanakan Bappeda Dompu melalui anggaran Kementerian Daerah Tertinggal (KPDT) tahun 2012 yang dilanjutkan pada 2013, terus menuai  protes warga. Bahkan tak sedikit dari para aktifis muda  yang mengeritisi   beberapa dugaan kejanggalan terhadap dalam pelaksanaan program tersebut karena dianggap merugikan daerah dan rakyat.
Diantaranya, predesium Aliansi Masyarakat Miskin Kota (AMMK), MF Yuniarto.  Pria ini menilai,  ada banyak dugaan penyimpangan yang dia temukan  pada program bedah rumah kumuh. Selain banyak warga miskin yang tidak terdata sebagai penerima bantuan tersebut.
Pihaknya juga mencium ‘aroma tak tak sedap’ atau pelaksanaan kegiatan yang menyalahi prosedur.  Diantaranya, indikasi mark up harga  satuan barang jenis bahan bangunan. Dugaan penyimpangan  katanya, terindikasi melibatkan Unit Pengelolah Kegiatan (UPK), pendamping dan jajaran ke atas. ‘’Ini kejaganggalan yang kami temukan sementara di beberapa desa/ kelurahan yang mendapatkan program bedah rumah tahun 2013,’’cetusnya.
Pria yang akrab disapa Joyo ini menganggap, permainan oknum tertentu yang menyalahi  aturan, dapat merugikan nasib masyarakat miskin. Bahkan  para pedagang  bahan bangunan pun  didiskriminasi atas kebijakan mengarahkan untuk membeli bahan bangunan pada salah satu toko tertentu. 
Ditegaskannya, pihaknya  akan terus melakukan infestigasi terhadap kasus tersebut untuk melengkapi data yang mereka peroleh saat ini. Data itu, nanti rencananya akan disampaikan kepada lembaga penegak hukum. ‘’Kami belum siap membeberkan desa/kelurahan mana saja yang bermasalah. Kami masih melengkapi datanya,’’terang mantan Ketua HUmpad Kabupaten Dompu ini.
Di tempat terpisah, PPK Program bedah rumah kumuh, Ir.Abdul Muis yang dihubungi mengatakan, dirinya belum menemukan  dugaan tindak penyimpangan dalam pelaksanaan program bedah rumah yang melibatkan  UPK dan pendamping. ‘’Mungkin teman – teman (MF Yuniarto) keliru,’’tegasnya.
Ia menggambarkan, harga bahan bangunan saat ini melambung naik. Misalnya seng semula hanya 35 ribu / lembar. Sekarang sudah naik sampai Rp40 ribu/lembar. Sementara masalah yang dihadapi masyarakat  yakni kelangkaan bahan bangunan seperti seng dan kayu. Hampir semua tokoh cepat laris barangnya, sehingga sebagian  masyarakat tak mendapatkan barang itu. ‘’Bayangkan saja, toko tak mampu melayani kebutuhan bahan bangunan 3000 orang  yang mendapatkan program bedah rumah kumuh itu,’’tegasnya.
Ia menganggap, terlalu sulit ruang bagi pihak tertentu untuk melakukan hal yang buruk dalam program ini. Sebab dana pencairan pertama senilai Rp3 juta dari rencana 2 kali pencairan atau total dananya Rp6 juta, langsung masuk ke rekening masyarakat penerima bantuan. Masyarakat, sudah pintar. Mereka membeli sendiri kebutuhan bahan bangunannya. ’’Tidak ada yang mau ngasi uang ke UPK dan pendamping. Mereka  beli sendiri, mereka sudah pintar,’’tegasnya.
Akan tetapi, jikapun ada kejadian seperti yang ditemukan oleh  AMMK, itu hanya kasuistik. ‘’saya sendiri tidak bisa mengawal semua kegiatan di lapangan. Kalaupun ada itu kasuistik,’’pungkasnya. (dym)
×
Berita Terbaru Update